Perkutut
Aming Lie Blitar, Sukses Jelajah Konkurs di Berbagai Kota, Kini Siap Lanjutkan Pencapaian Podium Bersama Produk GAMAS Bird Farm
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya GAMAS Bird Farm menjadi catatan perjalanan hobi perkutut yang pernah dilakoni Aming Lie. Sang ayah yakni Teguh Santoso yang telah membangun farm di Sunter Mas Jakarta Utara tahun 1998 lalu, masih begitu kuat dalam pikiran dan hatinya. GAMAS Bird Farm rasanya sulit untuk dihapus dalam memori Aming Lie.
“Saya masih ingat betul ketika tahun 1998 lalu bersama papa, GAMAS Bird Farm resmi dibuka saat berada di Jakarta. Terus terang saya tidak akan mungkin begitu saja melupakan apalagi sampai meninggalkan,” terang Aming Lie. Kenyataan inilah yang menjadi alasan kuat baginya untuk meneruskan eksistensi GAMAS Bird Farm.
Kemanapun pergi GAMAS Bird Farm selalu menyertai. Dari Jakarta, kemudian pindah ke Solo dan saat ini berakhir di Blitar, daerah yang menjadi pengembaraan Aming Lie untuk yang terakhir. “Saat ini saya mantap tinggal di Blitar bersama keluarga, saya pastikan GAMAS Bird Farm akan come back dari sini,” ungkapnya.
Kebulatan tekad Aming Lie untuk meneruskan GAMAS adalah selain karena faktor hobi yang tidak mungkin untuk ditinggalkan, farm tersebut telah banyak memberikan arti yang luar biasa baginya. “Banyak cerita yang tidak mungkin saya lupakan saat bersama papa dalam membangun GAMAS,” sambung Aming Lie.
Kisah pengembaraan dari satu konkurs ke konkurs lainnya, dari satu kota pindah ke kota lainnya, hanya demi menyalurkan hobi perkutut. Dikisahkan oleh Aming Lie, selain Jakarta, Soreang Bandung pernah menjadi daerah persinggahan. Di sana Aming Lie sempat membangun komunitas peternak dan pelomba perkutut bersama masyarakat setempat.
Kisah tersebut terjadi pada akhir 2003. Di Soreang Bandung Aming Lie berhasil membangun showroom untuk memasarkan produk ternaknya. “Saat di Soreang Bandung saya membina pemula sampai bisa menjadi pelomba dan juga membina masyarakat untuk bisa ternak perkutut karena waktu itu disana hobi perkutut kurang aktif,” kata Aming Lie lagi.
Bahkan saat di Soreang Bandung, ia berhasil membuat kerekan dua blok walaupun dari bambu. Sebuah perjuangan untuk memasyarakatkan perkutut sehingga warga disana bisa merasakan hobi tersebut. Pengembaraan Aming Lie kembali dilanjutkan. Tahun 2006 memutuskan untuk meninggalkan Soreang Bandung dan berlabuh di Lampung Sumatera.
“Saya di Lampung untuk memasarkan produk GAMAS dan respon yang diberikan oleh kung mania disana begitu luar biasa. Saya benar-benar merasakan betul tinggal disana selama satu tahun,” lanjut pria bernama Indonesia Slamet Santoso, SE. Prestasi yang berhasil dibukukan adalah podium pertama Festifal Way kambas 2006 lewat aksi orbitan bernama Amit-Amit di Kelas Piyik.
Berikutnya tahun 2007 Aming Lie memutuskan pindah ke Malang, tapi itu tidak bertahan lama karena langsung merantau ke Situbondo dan Bondowoso. Akhir 2008 Bali menjadi daerah jelajah berikutnya. Di Pulau Dewata, Aming mengaku cukup lama tinggal disana. Tahun 2011 aktif mengikuti kegiatan Liga Perkutut Bali.
Keikutsertaannya ternyata berbuah manis. Saat penobatan peraih nominasi Liga Perkutut Bali 2011, nama Aming Lie masuk sebagai peraih rangking kedua dengan nama orbitan Qiu-Qiu, peraih peringkat keempat dan kelima pada kelas yang sama yakni Kelas Dewasa Senior. Sebuah pencapaian yang terbilang luar biasa.
Apalagi produk yang berhasil diorbitkan merupakan perkutut bergelang GAMAS. Setelah sukses menorehkan prestasi apik di Bali, September 2020, Aming Lie pindah ke Solo, karena ketika itu GAMAS Bird Farm yang pernah berdiri di Jakarta dipindahkan ke Solo dengan alasan mengikuti jejak Teguh Santoso yang saat itu tinggal di kota tersebut.
Dari 20 petak kandang saat ada di Jakarta, GAMAS mengurangi jumlah kandang ketika pulang ke Solo menjadi 10 petak saja. Namun setelah Aming Lie bergabung kembali, jumlah tersebut ditambah menjadi 40 petak kandang. Nampaknya Solo bukanlah daerah persinggahan terakhir karena sejak 4 bulan lalu, Aming Lie menyatakan akan menetap di Blitar.
“Rasanya saya akan tetap tinggal di Blitar bersama keluarga. Saya ingin membangun kembali GAMAS Bird Farm seperti awal-awal saya bersama papa menekuni ternak perkutut. Mudah-mudahan ini menjadi daerah terakhir saya tinggal sehingga tidak ada alasan lagi untuk kembali pindah ke daerah lain,” harap Aming Lie.
Di Blitar GAMAS Bird Farm berdiri tegak dengan jumlah kandang ternak mencapai 55 petak. Nampaknya Aming Lie begitu semangat untuk menatap kembali masa depan cerah di dunia hobi perkutut bersama GAMAS Bird Farm miliknya. “Do’akan saja mudah-mudahan saya bisa mengulang sukses dari Blitar,” katanya lagi.
Sepertinya prestasi apik jawara bergelang GAMAS seperti Romansa, Joyo Landung, Tungsar, Tungcar, Renjana, Seruling Gading dan Qiu-Qiu yang pernah diorbitkannya sampai puncak prestasi menginspirasinya untuk kembali mengulang sukses di masa yang akan datang dengan hasil yang tidak berbeda jauh.