Perkutut
Konkurs Tanpa Teriak, Apakah Benar Ada, H.Anwar Alwi Ketua Pengwil Kepulauan Riau Bisa Membuktikannya

Lomba tanpa teriak. Pemandangan seperti ini seringkali menjadi impian banyak kung mania. Sebuah tontonan yang menghadirkan suasana tenang, damai dan tidak bising dengan suara selain kemerduan perkutut yang berada di atas kerekan ataupun gantungan. Satu sama lain bisa menikmati sekaligus menilai tanpa diganggu oleh teriakan peserta.

Indah rasanya bisa berada dalam kondisi seperti itu. Apakah semua itu mungkin dihadirkan. Tentu saja mungkin. Karena yang pasti H.Anwar Alwi, Ketua P3SI Pengwil Kepulauan Riau sukses menghadirkan gelaran konkurs seni suara burung perkutut tanpa terganggu oleh suara peserta dan penonton yang berada di luar pagar pembatas.
“Alhamdulillah selama saya menjadi Ketua Pengwil Kepulauan Riau sejak 2017 lalu, lomba bisa berlangsung damai dan tenang tanpa ada teriakan dari peserta,” terang H.Anwar Alwi. Lebih lanjut disampaikan bahwa Buana Central Park Bukit Daeng Batam, menjadi salah satu lapangan yang selalu menyajikan pemandangan tersebut.

Saat H.Anwar memulai tugas sebagai Ketua Pengwil, awalnya lapangan ini posisinya berada ditepi jalan, jadi lalu lalang motor sehingga kurang nyaman. Yang pasti ketika itu peserta dan juri merasa terganggu, sampai akhirnya pindah ke lokasi yang agak dalam dan nyaman sampai bertahan saat ini.
Masih menurut H.Anwar, awal ada yang teriak satu dan dua, namun dengan adanya pendekatan kepada peserta yang teriak, disampaikan bahwa kalau teriak hal itu tidak sopan, apalagi untuk peserta usia 40 tahun ke atas. Saya sampaikan ketika itu bahwa teriak adabnya tidak pas, wong mau lomba kog teriak. Itu yang saya sampaikan pada mereka,” ungkap H.Anwar.

Lambat laun, pelan namun pasti, akhirnya mereka sadar dan mau merubah sikap dan tingkah laku yang selama ini kurang baik untuk dilakukan. Akhirnya terjadi kesepakatan untuk tidak teriak, setiap ada lomba diingatkan untuk tidak boleh teriak. Guna mendukung program tanpa teriak, panitia berusaha memberikan dukungan.
Caranya dengan menyediakan kebutuhan peserta selama proses penjurian berlangsung, seperti kopi, makanan kecil sehingga peserta bisa diredam untuk tidak melakukan teriakan. “Pada intinya penghobi Batam suka pada hal-hal yang dirasa nyaman. Inilah yang kami manfaatkan sebagai sarana agar mereka tidak melakukan,” sambung pria kelahiran Kediri Jawa Timur.

Hal senada disampaikan Purnomo. Untuk menghindari peserta teriak, maka panitia mempersilahkan makan dengan menu yang tersedia. “Sejak awal kami berusaha membudayakan agar peserta tidak teriak. Hal ini kami lakukan sebelum terlanjur. Kita kasih tahu, aturan salah satunya dilarang berteriak,” jelas Ketua Bidang Penjurian Pengwil Kepulauan Riau.
Jika dalam sebuah gelaran, ada peserta yang komplain, maka bisa langsung dissampaikan pada koordinator saja, bisa lewat panitia yang ditunjuk. “Kami mencoba memulai dari sedikit dulu, baru nanti perkembang ke yang lebih besar. Dalam sebuah gelaran, ada salah satu panitia atau pengurus yang mengingatkan,” imbuhnya.

Ditambahkan oleh H.Anwar Alwi bahwa selama ini peserta lomba di Kepulauan Riau memang tidak sebanyak yang ada di Pulau Jawa. Namun demikian jika ada usaha dan upaya untuk menciptakan suasana yang damai dan tenang ketika berada dalam lingkungan lomba, maka bisa direalisasikan dengan dukungan dari beberapa pihak.
“Mungkin juga peserta tidak sebanyak di Jawa, tapi kalau saling tengok, kalau semua saling menyadari, apa tujuan kita berlomba dan apa tujuan kita ke lapangan, mungkin kita akan memahami. Alangkah bagusnya jika diawali dari daerah. Dicoba enaknya kalau tidak teriak. Pasti akan memilih tanpa teriak,” kata H.Anwar lagi.

Sering kali tanpa sadar pas burung mau teriak ketika burung kita tampil maksimal, itu terjadi secara spontan, tapi karena komit ingin menciptakan lomba tanpa teriak, maka tidak dilakukan. Bisa belajar dari lomba tanpa teriak. Menurut H.Anwar, hampir diseluruh wilayah Kepri yang meliputi Pengda Batam dan Tanjung Balai, tidak ada yang teriak.
“Mungkin lomba tanpa teriak yang membuat peserta dari Singapore hadir ke Batam. Kalau lomba teriak, pastinya mereka tidak akan bisa berkunjung kesini. Lomba tanpa teriak akan terasa sekali saat akan memantau burung, meski dari jarak yang cukup jauh, pasti akan terdengar dengan jelas,” tambah Purnomo mengakhiri obrolan.
