Puter Pelung
Team Caisar Sampang, Dua Bulan Terbentuk Segudang Prestasi dalam Genggaman Usai Jelajah Arena Lomba
Membangun sebuah kelompok bukan sekedar mengumpulkan beberapa orang untuk menjadi anggota, menyusun struktur kemudian mendeklarasikan diri. Ada hal yang perlu dilakukan agar kelompok tersebut memiliki visi dan misi yang jelas, sehingga tujuan yang ingin dicapai benar-benar bisa terealisasi.
Ada hal penting yang harus ditanamkan kepada anggota sehingga mereka tahu dan paham terhadap keberadaan kelompok tersebut. Apa saja yang harus dilakukan dan apa pula yang tidak boleh dilanggar. Semua harus memiliki satu pandangan, sehingga kelompok tersebut benar-benar menjadi sebuah wadah yang memberikan manfaat.
Team Caisar Sampang Madura, bisa menjadi contoh bagaimana membangun kebersamaan dalam satu wadah. Meski memiliki perbedaan berlatar belakang, mereka mampu menjadikan kelompok tersebut menjadi sebuah kekuatan yang terbukti saat turun lapangan. Team ini kini membuktikan diri sebagai kekuatan baru untuk menyemarakkan hobi puter pelung.
Beranggotakan empat mania yakni Husairi, R.Rahmatullah, H.Halili dan Abdul Aziz, Team Caisar sukses menjelma menjadi sebuah team yang sudah berhasil menggapai prestasi di arena. Dalam berbagai gelaran yang mereka ikuti, setiap akhir acara, selalu membawa pulang trophy kejuaraan.
Tak tanggung-tanggung, seluruh amunisi yang mereka boyong ke arena lomba, seluruhnya mampu menembus daftar kejuaraan di semua kelas yang dibuka penyelenggara. Husairi mengakui bahwa setiap kali turun lomba, Team Caisar miminal membawa trophy juara 6 sampai 7 bahkan bisa lebih, disesuaikan kondisi saat berada di lapangan
“Alhamdulillah setiap kali kami ikut lomba, minimal dapat 6 trophy, kadang juga bisa lebih. Trophy tersebut kami dapat dari seluruh burung yang kami bawa,” terang Husairi. Ditambahkan bahwa jumlah tersebut bisa saja lebih, bergantung dari berapa banyak burung yang dibawa dan kelas apa saja yang diikuti.
Dalam gelaran di Probolinggo beberapa waktu lalu, Team Caisar berhasil memboyong sembilan trophy juara dari tiga kelas yang diikuti yakni Kelas Utama, Kelas Madya dan BOB. Gelaran di Nganjuk, juga demikian adanya. Trophy yang berhasil diboyong ke Sampang jumlahnya mencapai 9 buah.
Yang membuat bangga mereka atas keberhasilan tersebut bukan sekedar jumlah trophy yang sudah dikoleksi, tetapi adalah bahwa Team Caisar adalah pendatang baru dalam dunia hobi puter pelung. Resmi dibentuk pada 07 November 2021 lalu, namun sudah memiliki rekor kemenangan yang membanggakan.
Husairi resmi bergabung dalam komunitas hobi puter pelung sejak satu tahun lalu. “Saya tahu puter pelung dari teman, kebetulan ada teman yang main puter duluan, lalu saya ikut-ikutan main sampai hari ini,” ungkap sekertaris di Bakesbangpol Sampang. Ketika di lomba, Husairi mengaku banyak bertemu dengan para senior dan belajar soal puter pelung.
R.Rahmatullah mengaku baru 7 bulan mengenal puter pelung. “Saat hari Hari Raya Qurban saya bersilaturrahmi ke saudara, disana ada puter pelung, saya dengarkan, kog enak dan langsung saya beli. Ternyata saat saya lombakan, tidak pernah juara, karena burung tidak mau tampil,” jelas Carik Asem Raja Sampang.
H.Halili juga mengaku demikian. Sebagai pelomba dirinya selalu hadir ke arena lomba untuk melombakan puter pelung miliknya. Itulah yang menjadi awal pertemuan mereka. Husairi yang memiliki rekam jejak sebagai peserta yang selalu berhasil menembus juara, bertemu R.Rahmatullah dan rekan yang lain.
Saat itu R.Rahmatullah sempat curhat tentang kendala yang dialami karena burung orbitannya tidak pernah bunyi. “Awal lomba burung saya tidak pernah bunyi, saat saya ketemu Pak Camat (Husairi), saya tanya bagaimana agar burung mau bunyi saat dilomba,” jelas Carek Asem Njrengik Sampang.
Komunikasi yang terjalin di arena lomba berlanjut di luar kegiatan lomba puter pelung. Intensitas komunikasi yang semakin sering itulah, akhirnya tercetus keinginan untuk membuat team agar mereka selalu bersama. Saat mereka berempat turun dalam lomba D’Sultan Probolinggo pada Minggu 07 November 2021 menjadi moment special.
Saat itu mereka memboyong trophy juara. Kemenangan itulah yang akhirnya tercetus untuk membuat kelompok yang akhirnya lahir nama Team Caisar. Sejak saat itu juga mereka selalu bersama menuju arena lomba. Husairi mengaku bahwa prioritas pertama Team Caisar adalah bukan juara tapi manggung.
“Pengalaman yang pernah saya rasakan ketika bawa burung ke lomba, ternyata tidak mau manggung dan hanya diem. Akhirnya saya cari tahu apa penyebab dan faktor kegagalan. Belajar dari burung, bagaimana mengkondisikan burung mau bunyi. Kini, Team Caisar hanya focus untuk mengkonsidikan burung agar mau bunyi,” ungkap Husairi.
Langkah selanjutnya adalah menyediakan puter pelung dengan kualitas bagus untuk lomba sehingga menunjung dari visi dan misi. Soal perburuan calon jawara, Husairi mengaku memiliki kriteria khusus. “Seleksi burung yang mau kami beli harus memenuhi pakem, acuannya pernah ikut lomba dan juara, karena kalau burung juara berarti bagus berdasarkan penilaian juri,” sambung Husairi lagi.
Dengan usia yang masih sekitar dua bulan, Team Caisar sudah berhasil mengkoleksi trophy juara dengan jumlah yang sangat banyak. Keberhasilan tersebut digapai berkat amunisi mereka seperti Dayak dan Kosambi andalan R.Rahmatullah, Penjajah dan Gila orbitan Husairi dan Bandar Madura amunisi H.Halili.
Nama-nama tersebut adalah andalan yang dikhususkan untuk tarung di gelaran nasional. Team Caisar sendiri memiliki amunisi berlapis. Artinya ada amunisi yang dikhususkan untuk tarung di lomba nasional, regional dan local. Tujuannya untuk memastikan level burung yang harus memilih gelaran dengan level seperti apa.
“kami tidak mungkin menurunkan burung kelas nasional pada lomba regional apalagi local. Bagi kami menang terhormat adalah sebuah kebanggaan yang tidak bisa ditukar dengan apapun,” tegas R.Rahmatullah. mereka juga berkomitmen bahwa juara adalah bukan tujuan utama atau prioritas.
Yang terpenting bisa menyalurkan hobi, menjalin silaturrahmi kemudian baru membawa pulang trophy juara. “Kami sudah berkomitmen untuk berangkat lomba bareng, jika salah satu tidak bisa hadir, maka kami putuskan untuk tidak bernagkat. Hal ini berdasarkan pengalaman yang kami rasakan,” bongkar Husairi.