Perkutut
Felix Bird Farm Banjarmasin, Prestasi Orbitan Mampu Pertahankan Eksistensi Hobi
Hobi kadang tidak mampu dinalar secara logika. Sering kali hobi dinilai tidak masuk akal, namun tetap bisa dilakukan dan bahkan dipertahankan. Karena hobi pula, semua mampu menjaga eksistensi di tengah gempuran berbagai hal yang bisa saja setiap saat meruntuhkan, melupakan dan mengakhirinya.
Begitu pula dalam dunia hobi perkutut. Kung mania yang merupakan sebutan bagi mereka yang aktif dalam komunitas penghobi, peternak dan pelomba, adalah sebuah kelompok yang mampu mempertahankan keberadaan kegiatan hobi perkutut. Mereka itulah yang menjadi pelaku sehingga hobi perkutut sampai saat ini masih bisa dilihat dan dirasakan.
Salah satu faktor yang mampu mempertahankan posisi kung mania untuk tetap berada di dalam komunitas, adalah prestasi. Bukan saya sebatas mencetak perkutut kelas lomba, namun juga memastikan bisa orbit di lapangan sampai menyentuh titik paling tinggi dari sebuah kejuaraan pada even yang diikutinya.
Felix Bird Farm Banjarmasin, menjadi peternak yang sampai saat ini masih tetap eksis karena prestasi. “Sebenarnya saya tidak punya banyak waktu untuk selalu berada di kandang ternak, memperhatikan perkembangan indukan dan juga anakan apalagi sampai melakukan evaluasi terhadap apa yang terjadi,” terang Henny Sutanto pemilik farm.
Karena yang pasti, aktifitas yang dilakukan tidak melulu hanya pada urusan ternak perkutut. Ada kegiatan lain yang dinilai menjadi pekerjaan utama, sehingga membutuhkan perhatian, fokus dan konsentrasi lebih besar. Namun karena kecintaan dan perkutut adalah sebuah hobi, maka Henny Sutanto merasa tidak mampu untuk meninggalkannya.
“Di perkutut saya hobi, dengan perkutut saya bisa punya teman banyak dan bisa menjadikan pikiran lebih fresh ketika berada dan berkumpul bersama mereka,” ungkap pria yang juga menekuni ternak merpati pos. Kenyataan itulah yang membuatnya harus tetap bertahan sebagai bagian dari komunitas hobi perkutut.
Agar bisa berbagi waktu antara ternak dan lomba perkutut, Henny Sutanto akhirnya bertahan dengan 6 kandang ternak. Sebenarnya jumlah tersebut terbilang sangat minim dan Henny Sutanto bisa saja menambah jumlah kandang karena masih ada lahan yang bisa dipakai untuk membangun petak untuk rumah perkutut.
Namun dengan alasan tidak ada banyak waktu dan hanya ingin fokus dengan jumlah kandang terbatas, akhirnya keputusan tersebut tetap dipertahankan. “Dengan jumlah kandang hanya 6 petak, saya bisa lebih fokus pada kualitas, sehingga nantinya hasil ternakan saya bisa lebih bagus dan bisa dibanggakan,” ungkap Henny Sutanto lagi.
Berbekal indukan Verona, Ajong, Altis, Himalaya, Jimat dan beberapa nama lain, farm yang memulai ternak perkutut pada tahun 2018 silam terus menunjukkan eksistensinya sebagai peternak yang sukses dengan hasil produknya. Lewat barisan indukan itulah Felix sukses mencetak perkutut berprestasi dengan nama Amarah.
Lahir dari kandang Felix 5 (Jimat x Verona), Amarah mampu menjadi pemenang di Kelas Dewasa Yunior dalam sebuah gelaran yang diikutinya. “Amarah prestasinya hanya berada di Kelas Dewasa Yunior, namun ada juga prestasi saya di Kelas Dewasa Senor tapi dari produk farm lain,” urai Henny Sutanto lagi.
Prestasi lainnya dalam mengorbitkan burung kelas lomba adalah Cleo, perkutut bergelang Verona. Prestasinya mampu menembus konkurs bertitel Liga Perkutut Indonesia yang pernah digelar di Banjarmasin pada tahun 2018 lalu. “Cetak perkutut itu tidak gampang, makanya jika ada yang muncul, itu merupakan kebanggaan tersendiri,” sambungnya.