Perkutut
Fahror Rosi Kades Mangar Pamekasan, Makin Semangat Berburu Prestasi di Arena Bersama Amunisi Level Atas
Meski tercatat sebagai pendatang baru, namun gerak cepat Fahror Rosi dalam menjelajah konkurs satu ke konkurs lainnya sudah membuahkan hasil. Konkurs di Kota Atlas Semarang, Kota Gudeg Yogyakarta, Pulau Dewata Bali dan beberapa kota lainnya pernah menjadi daerah yang disinggahi.
Tentu saja untuk bertaruh dengan lawan akan orbitan yang dimiliki. Setidaknya dengan memilih turun di luar kota, akan menambah pengalaman. Beberapa amunisi yang disiapkan untuk menjajal kemampuan lawan, nampaknya tidak menghadapai masalah berarti. Sang pendatang baru ini begitu yakin untuk tetap bertahan dengan kemampuan yang ada.
Eksekutor Six, perkutut bergelang CTP dan Deby produk ternak SB, seakan menjadi pertanda dan bukti bahwa Fahror Rosi tidak mau main-main dalam menekuni hobi perkutut. “Saya memang orang baru, tapi bukan berarti saya harus mengalah. Jika memang layak maka tidak ada kata ditunda untuk menjadi juara,” tegas sang Kepala Desa Mangar Tlanakan Pamekasan.
Kedua amunisi tersebut sudah pernah mencicipi betapa ketatnya persaingan perebutan posisi kejuaraan dibarisan paling depan. Keduanya harus bertarung dengan lawan yang sudah memiliki nama besar dan pengalaman lebih banyak di atas kerekan bersama peserta lain yang ikut ambil bagian pada kelas yang sama.
Bagi Fahror Rosi yang penting yakin, persiapan burung sudah oke, maka tidak ada yang harus dikhawatirkan. “Alhamdulillah selama ini saya banyak dibantu Mas Deny Sampang dalam merawat burung, sedikit namun pasti saya mulai memahami bagaimana memperlakukan burung ketika saat berada di rumah ataupun mau bertarung,” sambungnya.
Deby dan Eksekutir Six sendiri memang diproyeksikan untuk pertarungan di level atas karena secara kualitas dan mental lapangan, sangat memungkinkan untuk menuju kesana. Namun mengingat usianya ketika orbit terbilang masih muda, maka Kelas Piyik Yunior (Setengah Kerek) menjadi pilihan yang harus dilakukan.
“Saya sengaja tidak menurunkan Deby dan Eksekutor Six saat masih piyik hanging, meski sebenarnya sudah siap. Bagi saya kelas kerekan lebih membanggakan dari pada kelas Piyik Hanging,” ungkap sang Kepala Desa Mangar. Bahkan saat tarung di Kelas Piyik Yunior, Deby ataupun Eksekutor Six saat itu masih berusia sekitar 4 bulan.
“Sebenarnya saya sempat tidak percaya, jika Deby dan Eksekutor Six pernah juara di kelas kerekan meski usianya baruu sekitar 4 bulan, tapi berdasarkan pertimbangan dan melihat kesiapan burung tersebut, saya memilih untuk tetap menurunkannya dan ternyata pilihan itu tidak salah,” kata Fahror Rosi lagi.
Deby dan Eksekutor Six, bukanlah dua amunisi yang dimilikinya. Ada dua ekor perkutut yang digadang-gadang akan menyusul sukses pendahulunya. Perkutut tersebut adalah Biar Tahu dan Beda Tipis, kedua produk tersebut lahir dari kandang CTP. Soal prestasi, sudah pernah dibuktikan dari beberapa gelaran yang pernah diikutinya.
“Saya optimis dengan dua amunisi lagi untuk melengkapi yang sudah saya miliki. Jika yang lain tidak bisa tampil, maka ada pelapis yang siap dikerek, sehingga saya tidak perlu libur lomba, jika memang benar-benar tidak ada halangan pekerjaan,” kata Fahror Rosi menambahkan.
Apalagi tahun 2022 nanti agenda akan lebih padat, sehingga membutuhkan amunisi tambahan untuk bisa terus eksis di arena. “Saat ini saya lagi senang lomba, makanya saya usahakan agar tidak sampai libur, ketika burung belum siap dibawa. Caranya adalah menyediakan burung lomba lebih dari kebutuhan,” katanya lagi.
Sampai saat ini Fahror Rosi masih membidik calon amunisi untuk melengkapi koleksi yang sudah ada. Namun perburuan yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan. “Saya tetap mencari burung lagi untuk menambah yang sudah ada, tapi harus sesuai dengan apa yang saya inginkan,” kata sang Kepala Desa mengakhiri obrolan.