Connect with us

Perkutut

Legowo Bird Farm Menganti Gresik, Fokus Kembangkan Indukan dan Evaluasi Hasil Ternak, Sementara Produk Belum Sepenuhnya Dilepas

KONBUR Tayang

:

Tahun 2019 menjadi waktu dimana Sutayat menentukan pilihan menjadi peternak perkutut. Keputusan tersebut nampaknya tidak didukung penuh oleh keadaan. Pasalnya pada saat bersamaan wadah Covid-19 datang menghantam kehidupan masyarakat. Ketika itu pula, Sutayat mengaku tidak bisa berbuat banyak selain menjalani dengan keterbatasan yang ada.

Sutayat pemilik Legowo Bird Farm Menganti Gresik

“Saya memutuskan untuk menekuni ternak perkutut saat Covid-19 menyerang. Karena sudah kadung bertekat, maka saya tetap jalan meski dengan keterbatasan yang ada,” terang pria yang akrab dipanggil Tayat. Apalagi ternak perkutut yang ditekuni adalah cara untuk mengisi waktu kosong di hari tua.

Tahun pertama berjalan begitu berat karena kondisi yang tidak memungkinkan. Namun demikian Tayat mengaku tetap semangat menjalaninya. Memasuki tahun kedua, tepatnya 2020, fokus lebih ditingkatkan. Tayat mengaku mulai lebih fokus memperhatikan kandang ternak, terlebih masa pensiun yang sudah dimiliki, sehingga lebih banyak waktu untuk mengurus kandang ternak.

Kandang ternak dengan fasilitas lengkap

Legowo Bird Farm yang sudah dideklarasikan mulai mendapatkan perhatian lebih. Beberapa indukan mulai meramaikan lokasi kandang ternak. Karena merupakan proses awal, Tayat mengaku tidak ambil pusing dengan perburuan indukan dari trah dan peternak mana, yang penting sesuai dengan keinginan.

Seiring perjalanan waktu, ketika pertemuan dengan beberapa kung mania, termasuk didalamnya peternak, Tayat semakin memahami bahwa ternak tidak asal memasuki sepasang indukan. Ada hal-hal yang perlu diketahui bahwa indukan tersebut harus benar-benar sesuai kebutuhan dan arah yang ingin dicapai.

Deretan sangkar berisi produk dengan kualitas yang tidak mengecewakan

“Awalnya saya membeli indukan volume kecil, ketika saya tahu bahwa pilihan itu kurang tepat, akhirnya saya ganti dengan volume yang agak besaran dikit,” ungkap pria yang kini berada di usia 60 tahun. Setelah itu semua dijalani, ada hal yang ternyata harus dikorbankan demi mendapatkan hasil yang sesuai keinginan.

Indukan dengan tipikal volume sedang, sepertinya harus juga dilakukan pergantian. Sampai akhirnya, Tayat mengaku berburu indukan baru dengan tipikal volume besar. Beberapa peternak yang memiliki indukan tersebut, jadi incaran. Pilihan itulah yang akhirnya menjadi keputusan yang harus dilakukan agar harapan dan keinginan menjadi peternak yang sesuai harapan, bisa direalisasikan.

Menikmati hasil ternakan sendiri yang bisa membuat bangga

Pelan namun pasti, apa yang dilakukan ternyata membuahkan hasil. Ada beberapa produk yang layak untuk dijadikan referensi oleh kung mania, khususnya bagi pegiat lomba. Meski dinilai produk tersebut belum maksimal, namun setidaknya beberapa pemburu burung kelas lomba, mulai melirik perkutut bergelang Legowo.

“Alhamdulillah, ada beberapa hasil anakan sudah bisa dikatakan lumayan dan layak untuk lomba. Rekan-rekan yang pernah mendengar suaranya, mengatakan bahwa burung ternakan saya, sudah lumayan bagus,” jelas Sutayat. Namun demikian, bukan berarti perkutut tersebut bisa dengan mudah dilepas.

Berpose di depan kandang umbaran berukuran jumbo

Selama 1,5 tahun ke belakang, Sutayat mengaku jarang melepas dan bahkan hampir tidak pernah mengeluarkan produk ternaknya. “Selama ini saya memang jarang dan mungkin tidak pernah melepas burung, bukan karena tidak butuh uang, tetapi ingin tahu perkembangan burung ketika sudah dewasa.

Saya tidak ingin mengecewakan pembeli dengan produk yang kurang bagus, makanya saya tahan dulu,” ungkap Sutayat. Ada prinsip yang diterapkan selama menekuni ternak. Setiap 5 strip anakan, sengaja tidak dilepas dengan harapan ada evaluasi yang akan dilakukan terkait hasil produk.

Joglo tempat istirahat dan memantau perkutut di atas kerekan dan gantangan

Jika selama 5 strip tersebut, anakan mengalami perkembangan yang bagus, artinya dari anakan pertama, kedua sampai kelima, ada peningkatan kualitas, maka indukan tersebut akan dipertahankan dengan asumsi bahwa anakan kelima, diyakini akan menghasilkan anakan dengan kualitas yang lebih bagus.

Sebaliknya ketika anakan demi anakan yang dihasilkan, mengalami penurunan kualitas, maka pada strip kelima, akan dilakukan perombakan indukan. Begitu juga jika selama 5 strip anakan, tidak mengalami perkembangan kualitas anakan, maka indukan jangan harap akan bertahan menjadi penghuni kandang ternak.

Produk siap pantau dari hasil ternakan sendiri

Untuk itulah, Sutayat mengaku memilik stok indukan lebih, yang setiap waktu bisa digunakan untuk proses ganti formasi indukan. Tidak heran jika untuk saat ini fokus mengembangkan kandang menjadi prioritas yang dilakukan. “Terus terang, saya jarang ikut lomba, begitu juga dengan latihan, juga saya lakukan hanya pada waktu senggang saja. Karena saya lebih fokus pada pengembangan kandang ternak,” sambung Sutayat lagi.

Keinginan yang paling diharapkan adalah adanya indukan yang menjadi penghuni kandang tenak, semua sudah bergelang Legowo BF. “Selama menjadi peternak perkutut, saya tida ingin stagnan. Saya harus berani memutuskan sesuatu yang menurut saya harus dilakukan. Jika tidak ada keberanian, maka saya rasa kita tidak akan bisa berkembang. Tentunya berani mengambil keputusan berdasarkan evaluasi yang sudah dilakukan sebelumnya,” tambah Sutayat lagi.

Copyright © 2022 Media Agrobur. All Right Reserved.