Perkutut
GNP Bird Farm Tulungagung, Terus Berbenah Materi Indukan Meski Produknya Mulai Diperhitungkan

Tiga tahun sudah GNP Bird Farm Tulungagung comeback menekuni hobi perkutut setelah cukup lama vakum. Kesibukan kantor menjadi salah satu faktor yang membuat Galih Nusantoro, harus melepaskan urusan perkutut dari pikiran meski sebenarnya keputusan itu bukanlah pilihan yang diinginkan.

“Saya sebenarnya main perkutut sudah lama, tapi sempat vakum. Sejak 3 tahun lalu saya kembali karena ada waktu kosong untuk main lagi,” terang Galih Nusantoro pemilik GNP Bird Farm. Setelah menyatakan kembali, seluruh yang pernah ada, ditinggalkan dan membawa hal-hal baru.
Materi indukan lama sudah tidak ada dan ketika itu sampa saat ini menggunakan indukan baru, bergelang Cristal, Victory, Fortune, TL, ZNB yang merupakan trah terbaik dari masing-masing farm tersebut. Begitu juga dengan jumlah petak kandang yang awalnya hanya berjumlah 8, kini sudah bertambah menjadi 32 petak.

Bertambahnya jumlah kandang sebagai wujud keseriusan untuk menekuni ternak perkutut. Kehadiran indukan baru dari trah unggulan, menumbuhkan semangat yang tinggi untuk bisa mencetak produk kualitas lomba. Tahun pertama, Galih Nusantoro mengaku melakukan evaluasi terhadap hasil ternakan.
Didapat kesimpulan bahwa harus dilakukan reformasi indukan untuk bisa mendekati titik tujuan. Proyek belum berhasil dini dinilai wajar karena merrupakan proses yang harus dilalui untuk bisa sampai pada tujuan yang diinginkan. Satu tahun perjalanan berikutnya, Galih Nusantoro kembali melakukan evaluasi terhadap produk kandang.

Meski sudah mengalami peningkatan, artinya ada beberapa produk yang dinilai sudah lebih baik kualitasnya, namun misi yang diharapakan, juga belum berada di titik seperti keinginan. Reformasi kandang juga kembali dilakukan untuk memaksimalkan bahwa tahun berikutnya, hasil sudah bisa dirasakan.
Sampai akhirnya tahun ketiga, GNP Bird Farm mulai memunculkan produk harapan. Beberapa kandang yang terisi indukan trah bagus, mulai memunculkan anakan incaran kung mania yakni kandang Giant, KKK, Scott dan Lapierre. Bahkan salah satu anakan kandang Lapierre diakui memiliki potensi luar biasa.

Bambang Kancil Primarasa Bandung Jawa Barat yang sempat berada di kandang GNP mengaku mendengar salah satu produk berusia piyik yang dinilai mewah. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata anakan tersebut berasal dari kandang Lapierre. Galih Nusantoro yang dilaporin perihal produk bagus tersebut hanya tersenyum.
“Alhamdulillah ada kung mania kawak yang sudah mengakui salah satu anakan dari kandang GNP. Ini adalah sebuah pengakuan yang membuat saya bangga sekaligus senang. Oang sekaliber Mas Bambang mau mengakui kualitas hasil ternakan saya, adalah hal yang membuat saya tidak bisa berkata-kata,” ungkap Galih Nusantoro.

Kenyataan itulah yang membuat Galih mengaku bangga dengan apa yang sudah dilakukannya. Muncul pertanyaan, mengapa jika produk GNP Bird Farm sudah mulai memunculkan anakan bagus, tapi Galih Nusantoro sendiri jarang mengorbitkan amunisi di lapangan.
“Sebenarnya saat saya mau mengorbitkan burung bagus, belum sempat populer, sudah langsung di take over rekan-rekan,” ungkap Galih Nusantoro. Alasan lain adalah bahwa, biasanya perkutut bergelang GNP akan muncul potensi bagusnya saat berusia menjelang dewasa.

“Produk saya baru keluar bagusnya saat berusia antara 6 sampai 8 bulan. Makanya saya tidak punya burung piyik,” sambung Galih Nusantoro lagi. Meski sudah berhasil mengembangkan materi indukan, namun sampai saat ini GNP Bird Farm terus melakukan penyempurnaan materi dengan harapan agar produknya bisa lebih dahsyat lagi.
Volume besar, cowong dan air suara yang bagus, menjadi target yang harus tercapai. Apalagi dengan sistem penjurian saat ini yakni 3 – 5 – 7, mengharuskan performa burung yang betul-betul terbaik dan maksimal. “Sampai saat ini saya masih berburu indukan untuk mengisi kekurangan. Mudah-mudahan segera mungkin bisa terwujud,” harap pria berkacamata.
