Connect with us

Perkutut

GAMAS Bird Farm, Demi Eksistensi Rela Berpindah Tiga Kota, Romanza Jadi Salah Satu Produk Unggulan Menembus Konkurs Nasional

KONBUR Tayang

:

Kisah GAMAS Bird Farm dalam menekuni ternak perkutut terbilang lama dan panjang. Demi mengeksiskan hobi tersebut, Teguh Santoso sang pemilik rela berpindah di tiga kota. GAMAS Bird Farm pertama kali dilaunching pada tahun 1998 di Sunter Mas Jakarta Utara dengan formasi indukan dari Putra Jaya, ACC, Leo, Anak Manja, TOW, Andalas, Asiu dan sederet produk lain.

Romanza juara 2 dan Srikandi juara 7 Konkurs Kranggan Pondok Gede

Tahun pertama ketika berada dalam komunitas kung mania tanah air, Teguh Santoso yang juga seorang pengacara berusaha tampil di lapangan dengan membawa produk dari Putra Jaya. Seiring perjalanan waktu, tahun 2001, Teguh Santoso sudah bisa membawa produk ternak GAMAS ke arena lomba. Romanza menjadi amunisi saat tandang ke lokasi konkurs.

Bakat luar biasa Romanza terdeteksi sejak usia dini. Saat diturunkan dalam sebuah gelaran pada Kelas Piyik Bulu Coklat dan Piyik Hanging dengan raihan juara yang membanggakan. Seiring usia yang semakin bertambah, Romansa berusaha menjajal even yang lebih bergengsi. Dipilihlah Cinta Satwa Cup pada November 2001 lalu di Cileungsi Bogor Jawa Barat.

Prestasi Joyolandung di podium pertama Kelas Piyik Senior Pulo kambing

Turun di Kelas Piyik Senior, perkutut yang lahir dari indukan Anak Manja dan ACC langsung menggebrak pada podium pertama. Kemenangan tersebut mengilhami Teguh Santoso yang juga sebagai Komisaris Utama di sebuah perusahaan waktu itu, untuk menjajal kembali even di luar kandang. Gelaran nasional berikutnya masih pada tahun yang sama yakni di Sidoarjo.

Lagi-Lagi Romanza berhasil mempertahankan podium pertama pada kelas yang sama Kelas Piyik Senior. Tarung berikutnya adalah Latber Bina Lindung Pondok Gede pada 22 Desember 2002. Kali ini Romanza menggenggam tiket di Kelas Dewasa Bebas dan berhasil menuntaskan penjurian pada urutan kedua.

Romanza juara 1 Konkurs Nasional Cinta Satwa Cup 2001 Cileungsi

Pengembaraan Romanza nampaknya hanya bertahan selama 1 tahun karena harus masuk kandang. Menempati kandang GAMAS K.Waru, Romansa tinggal bersama pasangannya yakni betina Andalas. Pasca absennya Romanza, GAMAS Bird Farm ternyata meneruskan tradisi raih kemenangan di arena bersama produk bernama Joyo Landung, Tungsar, Tungcar, Renjana, Seruling Gading dan nama lain.

Soal prestasi, barisan jago-jago tersebut tidak sampai memudarkan nama besar GAMAS sebagai peternak yang sukses mencetak sekaligus mengorbitkan produk kelas konkurs di level atas. Raihan juara juga dimulai dari piyik sampai berumur dewasa. Tahun 2003 GAMAS kembali mengorbitkan produk berkualitas.

Kolekssi piala berbentuk piring bukti kualitas produk GAMAS BF

Kali ini eksistensi GAMAS dilanjutkan oleh putra mahkota yakni Aming Lie. Even di markas Xena Bird Farm Bandung milik H.Zainuri Hasyim pada 02 November 2003 menjadi sasaran berikutnya. Turun pada Kelas Piyik Hanging, GAMAS berhasil meloloskan dua orbitannya pada podium pertama dan kelima. 

Tidak berhenti disana, GAMAS terus menambah koleksi prestasi dan trophy juara. Pada  29 Februari 2004, lomba P3SI  Latber Semangat Bahari Tegal menjadi persinggahan berikutnya. Turun pada Kelas Piyik Hanging, juara kedua berhasil dibawa pulang. Saat flu burung melanda Jakarta tahun 2005 GAMAS Bird Farm memilih menunggu sampai kondisi kembali normal.

Romanza juara 2 dan Joyolandung juara 3 Konkurs Depok Cup

Keberhasilan GAMAS Bird Farm mencetak sekaligus mengorbitkan produk sendiri berdampak pada antusias kung mania untuk merasakan hal yang sama. Jebol kandang oleh beberapa peternak dan pelomba menjadi pemandangan yang terlihat di markas GAMAS. Bahkan peternak sekelas Putra Jaya Bird Farm milik Almarhum Sumo masuk dalam daftar jebol kandang.

Tahun 2010, Teguh Santoso memutuskan pindah ke Solo. Kandang ternak GAMAS dibawa serta. Dari 20 kandang saat di Jakarta, Teguh Santoso mengurangi jumlah kandang di Solo menjadi 10 petak, karena alasan tidak mungkin untuk mengurus jumlah kandang lebih banyak dengan usia yang semakin bertambah tua.

Romanza juara 2 Piyik Yunior Konkurs Gita Sena Tangerang

Aming yang kini menjadi ujung tombak GAMAS Bird Farm tidak berhenti untuk mengibarkan bendera farm miliknya. Nama GAMAS Bird Farm kembali berkibar dalam gelaran Liga Perkutut Bali tahun 2011. Beberapa orbitan sekaligus produk GAMAS rutin menembus urutan kejuaraan sampai akhirnya mengkoleksi poin.

Saat Klaseman Akhir Liga Perkutut Bali diumumkan, ada 3 produk GAMAS yang dinyatakan lolos sebagai peraih 10 besar yakni urutan kedua dengan nama burung Qiu Qiu dan urutan keempat dan kelima. Kedua burung ini memang bukan atas nama Aming/GAMAS, tetapi sudah resmi menjadi milik Dodit kung mania yang juga pemilik Seafood Makbeng Sanur Bali.

Joyolandung juara 1 Piyik Senior Konkurs Bina Lindung Pondok Gede

“Kebetulan dua produk GAMAS dibeli rekan mania yakni Dodit, jadi saya hanya sekedar merawat dan mengorbitkan saja,” ungkap pria bernama Indonesia Slamet Santoso, SE. September 2020 Aming menyatakan kembali ke Solo, lebih fokus mengurus kandang ternak. Kandang yang saat itu hanya tersisa 10 petak, akhirnya ditambah menjadi 40 kandang.

Teguh Santoso yang kini sudah menginjak usia 83 tahun, akhirnya memutuskan untuk pulang kampong ke Sidoarjo. Aming pun memutuskan untuk memindahkan GAMAS Bird Farm dari Solo ke Blitar, tempat tinggalnya saat ini. “Papa saya pindah ke Sidoarjo dan saya memutuskan untuk tinggal di Blitar bersama keluarga,” sambung Aming lagi.

Formasi indukan kandang ternak GAMAS Bird Farm waktu itu

Nampaknya Blitar akan menjadi persinggahan terakhir GAMAS Bird Farm. Saat ini jumlah kandang sudah dilakukan penambahan menjadi 55 petak. Aming berharap dan bisa melanjutkan nama besar GAMAS sebagai pencetak sekaligus pengorbit perkutut berprestasi di even regional ataupun nasional. Kita tunggu gebrakan Aming bersama GAMAS selanjutnya.

Copyright © 2022 Media Agrobur. All Right Reserved.