Perkutut
Cokro Hindoyo Carpenter Lombok, Setelah Sukses Bidik Prestasi Level Nasional, Target Lanjutan Cetak Produk Ring Sendiri
Bagi seorang penggila lomba, tujuan akhir dari misi menuju lapangan, adalah mempersembahkan prestasi terbaik berupa trophy juara. Namun bukan hal mudah dan gampang untuk bisa mencapai titik tersebut. Karena yang pasti level tersebut bukan tidak ada yang berminat, sebaliknya banyak yang mengincar.
Hanya mereka yang memiliki kesiapan matang, baik amunisi berkualitas disertai dengan metode rawatan yang sesuai sehingga menjadikan.sebuah kekuatan maha dahsyat untuk bisa tampil tanpa perlawanan saat berada di antara gempuran lawan. Cokro Hindoyo, penggila asal Lombok Nusa Tenggara Barat, menjadi satu diantara sekian mania yang memasang target untuk bisa mencapai level tersebut.
Tentunya untuk bisa meraih hasil maksimal, Cokro mengaku harus melakukan persiapan matang sebelum masuk arena. Keterbatasan dalam menguasai teknik menjadikan sang orbitan sebagai eksekutor di lapangan, akhirnya Cokro menggandeng H.Cholil, perawat yang sudah memiliki reputasi luar biasa sebagai perawat level nasional.
“Terus terang kalau soal merawat burung sampai pada puncak prestasi, apalagi untuk perkutut kelas nasional, saya belum mampu, makanya saya menggandeng Abah Cholil untuk membantu saya merealisasikan keinginan memiliki burung bagus dan sanggup berprestasi di arena,” terang pemilik Carpenter Bird Farm Lombok. H.Cholik ketika dikonfirmasi mengaku tidak keberatan dengan keinginan Cokro.
“Pak Cokro kan senang lomba, tapi tidak punya perawat, makanya minta tolong saya untuk bisa mengorbitkan sampai menjadi juara,” jelas pemilik HDL Bird Farm Menganti Gresik. Kenyataan itulah yang akhirnya menjadikan kedua sosok ini mampu menjalin kerjasama sebagai seorang penggila lomba dan perawat handal.
Beberapa amunisi milik Cokro Hindoyo yakni Bagong (produk HDL), Bangsawan (ternakan Central) Mick Doohan (produk Cristal), Monster (tenakan PA), Lesti (produk HDL) dan Banaspati (produk ternak HDL) kini resmi menjadi tanggung jawab H.Cholil untuk menjadikannya sebagai penghancur lawan. Barisan amunisi ini tinggal bersama H.Cholil di markas HDL.
“Saya sengaja menitipkan jago-jago saya di Abah Cholil Menganti dengan tujuan untuk memudahkan pemantau dan karena jadwal lomba lebih banyak ada di Jawa,,” sambung Cokro. Deretan amunisi tersebut membidik konkurs nasional di Kelas Dewasa Senior, kecuali Lesti yang memilih Kelas Dewasa Yunior sebagai tempat untuk pamer kualitasnya.
Berkat amunisi inilah, nama Cokro saat ini mampu mensejajarkan diri sebagai mania penggila lomba dengan level kung mania nasional. Karena beberapa tampilan sang orbitan selalu menyelesaikan proses penjurian dengan hasil memuaskan. Prestasi demi prestasi seakan sudah menjadi langganan yang jarang meleset. H.Cholil sendiri mengaku melakukan tugas dengan target menang.
“Sebagai orang yang dipercaya untuk merawat burung, saya berusaha untuk menjaga kepercayaan itu. Jadi persiapan yang lakukan tidak asal lomba, saya berusaha melihat kondisi burung, apakah siap atau tidak,” ungkap H.Cholil. Keuntungan memiliki jumlah amunisi lebih dari satu ekor memiliki sisi positif. Jika satu tidak siap, maka ada pengganti yang bakal mengisi posisi tersebut.
Bahkan jika ada beberapa yang siap tarung, maka akan ada pertarungan amunisi lebih dari satu ekor. Dan selama ini H.Cholil selalu sukses membawa amunisi milik Cokro pada podium paling atas dalam daftar kejuaraan. “Tujuan perawat kan harus bisa memaksimalkan penampilan rawatannya hingga mencapai titik paling atas. Karena seorang perawat paham betul sampai di titik mana performa yang akan ditampilkan oleh burung tersebut,” tambah H.Cholil lagi.
Setelah sukses menggapai prestasi bergengsi di konkurs level nasional, kini Cokro membidik satu misi lagi, yakni bisa mencetak produk yang tidak beda jauh. Namun kali ini dengan merk produk dari ring sendiri yakni Carpenter. “Saya memang ingin bisa menghasilkan produk bagus dari hasil ternak dengan ring Carpenter, karena itu akan menjadi pelengkap saya selama menekuni hobi perkutut,” harap Cokro Hindoyo..
Keinginan tersebut direspon bagus oleh H.Cholil. “Saya setuju apapun yang menjadi keinginan Pak Cokro selama itu bagus, makanya saya mendukung,” kata H.Cholil lagi. Keputusan itu berakhir dengan menggunakan metode lomba dan ternak (AC/DC), deretan jago-jago yang dimilikinya.
Selain pertarungan menghadapi musuh di lapangan, deretan amunisi Cokro juga menghadapi serangan lawan jenis saat berada di kandang penangkaran. Diantara sekian jawara yang telah melambungkan nama Cokro di dunia hobi perkutut tanah air sebagai mania yang sukses mengorbitkan perkutut handal, Mick Doohan resmi masuk kandang ternak dan pensiun dari pertarungan.
“Mick Doohan memang sudah resmi kami putuskan untuk masuk kandang ternak,” kata H.Cholil lagi. Saat ini Mick Doohan sudah berjuang bersama pasangannya demi menurunkan anakan yang diharapkan bisa meneruskan nama besar sang ayah. Sedangkan amunisi lain juga sudah memiliki pasangannya untuk menghasilkan anakan, tetapi tetap tampil di lapangan untuk menghadapi lawan.
Harapan Cokro dan juga H.Cholil, indukan ini nantinya berhasil memiliki penerus yang akan membawa supremasi kejuaraan pada konkurs yang mereka ikuti. Dengan gelang bertuliskan Carpenter yang melingkar pada kaki sang turunan, nama Carpenter Bird Farm akan semakin melambung, bukan saja sebagai penggila lomba dan peraih penghargaan di lapangan, tetapi juga mencatatkan prestasi sebagai pencetak perkutut level nasional.
“Anakan dari indukan jawara itu, saat ini masih muda. Biasanya produk kami baru bisa muncul kualitasnya saat usia sudah beranjak dewasa, sehingga tidak bisa main untuk kelas hanging. Tunggu tanggal mainnya, mudah-mudahan ring Carpenter akan segera hadir dengan performa yang membuat lawan gemetar,” tegas H.Cholil.