Lomba
GALANG BF Surabaya, Pendatang Baru yang Sukses Lahirkan MARKESO, Amunisi Ajik Gungtut Denpasar Bali, Peraih Podium Delapan Dewasa Yunior LPI 2024

Menjadi bagian dari komunitas perkutut Surabaya, sebenarnya bukan menjadi sebuah cita-cita Pratik sejak lama. Jangankan untuk bisa menjadi peternak dan sekaligus pelomba, bayangan untuk berada di tengah-tengah kung mania, tidak pernah terbersit sekalipun. Namun jalan menentukan lain.

“Awalnya saya tidak senang perkutut, apalagi harganya yang mahal, membuat saya pernah berfikiran untuk apa membeli perkutut, kan lebih baik dibelikan krupuk, bisa dapat banyak,” canda Pratik mengawali obrolan. Siapa sangka jika pada akhirnya, Pratik kini menjadi bagian dari hobi milik kung mania tanah air.
Bahkan dari perkutut, Pratik berhasil menjadi peternak sukses yang mampu mencetak produk unggulan kelas konkurs level nasional. Kisah ini berawal ketika sahabat terdekatnya yakni Aris Blontang, telah berhasil menuntunnya menyandang predikat sebagai kung mania, hobi yang baru digelutinya.
“Dulu Mas Prayit sempat bercanda bahwa buat apa beli perkutut yang harganya mahal, mending dibelikan krupuk, bisa dapat banyak. Saat itu saya biarkan saja karena dia belum tahu dan paham soal perkutut. Saya tidak menyalahkan hal tersebut karena tidak ada yang bisa disalahkan,” ungkap Aris Blontang.
Seiring perjalanan waktu, ketika Aris sering mengajaknya ke dunia para penggila burung perkutut dan Pratik berada di tengah-tengah mereka, lambat laun ada perubahan pola pikir. Perkutut yang awalnya dianggap sebagai sesuatu yang asing dan tidak membuatnya tertarik, mulai merasuki pikiran.

“Sejak saya sering kumpul sama komunitas perkutut, ada rasa senang dan asyik yang masuk dalam pikiran saya,” ungkap Pratik lagi. Terlebih lagi obrolan dengan kung mania, termasuk juga Aris, semakin menyeret pikiran Pratik untuk menjadi bagian dari dunia baru tersebut. Diam-diam Pratik dan Aris sepakat untuk membeli perkutut dengan tujuan ternak dan lomba.
Aris yang memiliki pengalaman sebagai kung mania lawas, mencoba mengarahkan dan memberikan pemahaman tentang dunia hobi perkutut. Pikiran yang terbuka terhadap perkutut inilah yang membuat Pratik menyarakan diri sebagai kung mania. “Ketika itu saya bilang ke Mas Aris untuk dipandu agar bisa menjadi bagian hobi perkutut,” sambung Pratik.
Sejak saat itu, Pratik dan Aris bersama-sama menambah kesibukan di luar waktu pekerjaan dengan masuk ke arena untuk melombakan burung. Dari lomba ke lomba yang digelar disetiap kota, menjadi rutinitas yang tidak pernah ditinggalkan. “Saya mulai senang perkutut dan menjadi peserta lomba bersama Mas Aris. Burung perkutut yang saya bawa di dapat dari peternak yang kebetulan jadi referensi Mas Aris,” kata Pratik lagi.
Ketika itu Pratik begitu menikmati profesi barunya. Sampai akhirnya terbesit keinginan untuk bisa mengorbitkan burung dari ternakan sendiri. Perburuan materi indukan dan juga amunisi lapangan dilakukan. Suatu ketika Aris memantau burung lewat media social dan rasanya cocok untuk dijadikan calon amunisi.

Negosiasi dilakukan dan terjadi kata deal. Namun tidak membutuhkan waktu lama, pemilik burung menginformasikan bahwa ada pembeli lain yang ingin mentake over burung tersebut. Padahal posisi burung masih ada di peternak tersebut. Bahkan Aris dijanjikan mendapatkan unrung lebih.
Namun dengan halus dilakukan penolakan, karena misi utama adalah berburu calon amunisi. Karena tidak ingin terjadi hal-hal di luar keinginan, maka mereka berdua berangkat ke farm yang dimaksud. Disana mereka memastikan bahwa burung yang sudah mereka beli, masih ada. Namun saat berada disana, Aris mendengar ada suara burung untuk indukan yang bunyi.
Suara itu cocok untuk jadi materi indukan. Bahkan saat itu perkutut yang dimaksud sedang bercumbu dengan perkutut lain, seakan satu pasang indukan di kandang umbaran. Melihat pemandangan tersebut, Aris langsung menginstruksikan pada rekannya untuk membawa pulang sepasang indukan tadi.
Sesampai dikediaman Pratik, indukan tadi langsung masuk kandang. Proses perkawinan tidak mengalami kendala. Keduanya langsung berjodoh di kandang Galang Bird Farm Balongsari Surabaya. Ternyata indukan tersebut hanya menghasilkan 1 telor saja dan menetas. Aris mengaku bahwa burung ini memiliki prospek bagus.

Latihan di lapangan Perkutut Pocan Waru Sidoarjo menjadi lokasi yang diincar Aris untuk memastikan kualitas produk Galang. Ketika itu ada kung mania lain yang menawar burung tersebut, bahkan H.Ribut ikut-ikutan menawar burung itu meski terkesan tidak serius. Usia burung itu berada di posisi piyik bulu coklat.
Keinginan Aris dan Pratik untuk membawa produk itu ke arena lomba, benar-benar dilakukan. Setiap kali turun lomba, perkutut bernama Markeso selalu membawa pulang trophy juara meski tidak berada di barisan paling depan daftar kejuaraan. Setidaknya mental dan kualitas burung sudah terbukti dalam setiap gelaran yang diikutinya.
Sampai akhirnya saat tarung di Konkurs LPI Salatiga, mereka berdua bertemu dengan H.Ribut perawat handal asal Surabaya. “Saat saya bawa ke Salatiga, Markeso tidak bunyi dan H.Ribut membawanya untuk dirawat. Saat itu saya lombakan di Kelas Piyik Yunior atau setengah kerek,” lanjut Aris Blontang.
Siapa sangka, ketika burung ini berada dalam rawatan H.Ribut, performa yang sebenernya muncul. Markeso makin bersinar dan berubah menjadi petarung yang selalu siap berada di depan. “Saya akui, sejak di pegang H.Ribut, Markeso makin bagus,” puji Aris lagi. Prestasi inilah yang akhirnya membuat nama Markeso yang turun di Kelas Dewasa Yunior, layak disejajarkan dengan jawara lainnya.
Nama besar Markeso yang selalu muncul dalam setiap gelaran konkurs tanah air, membuat banyak pasang mata untuk memilikinya. Salah satu adalah Ajik Gungtut Widura Denpasar Bali. Tidak butuh proses berbelit, akhirnya take over Markeso terjadi dengan nilai yang mereka anggap sangat wajar.

“Saya senang dan bersyukur karena Markeso, produk kandang saya bisa berprestasi di lomba nasional dan kini dimiliki pemain dari Denpasar Bali. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada H.Ribut yang berhasil mengangkat potensi Markeso dan terima kasih juga buat apak Ajik yang sudah percaya untuk memiliki Markeso,” papar Pratik.
Markeso sukses menembus urutan delapan Klasemen Akhir Liga Perkutut Indonesia 2024 di Kelas Dewasa Yunior hanya dengan dua kali tarung yang dilakoni. Kepergian Markeso memang disayangkan namun itukah pilihan yang harus diambil. Aris mengaku memiliki beberapa produk yang diprediksi bisa melanjutkan nama besar Markeso.
“Ada beberapa produk dari kandang lain yang in syaa Allah bisa melanjutkan Markeso,” sambung Aris lagi. Bahkan menurut pengakuan mereka, trah Markeso sebenarnya juga berhasil menjadi amunisi handal. Markeso adalah anakan pertama dengan satu telor, sedangkan anakan kedua, berjenis jantan dengan jumlah dua ekor.
Namun karena kualitas kurang bagus, akhirnya masuk menjadi penghuni kandang ternak. Siapa sangka ternyata anakannya bagus dan pernah menjadi juara di gelaran Pondok Candra Waru Sidoarjo, namanya adalah Pahlawan. Kini resmi terbang ke Mataram. Kita tunggu saja gebrakan apa lagi yang akan dilakukan Aris Blontan dan Pratik bersama Galang Bird Farm Balongsari Surabaya.
