Perkutut
Lahan Sempit, Tak Halangi Putra Madura BF Cetak Burung Lomba Tiga Warna

LAHAN sempit ternyata tidak menghalangi seorang H Amir untuk beternak perkutut. Hanya tersisa lorong gang ukuran 75 cm x 2 meter, H Amir masih bisa mengembangkan 5 pasang indukan perkutut. Hasilnya gak tanggung-tanggung, tembus tiga warna hitam usulan ke empat warna. Piyik bernama Banzer yang masih turun di setengah kerek ini pun dipinang ke Jawa dengan harga fantastis.
Bagi H Amir memelihara perkutut seperti sudah menjadi bagian dari hidupnya. Bagaimana tidak, kesibukannya sebagai pedagang sate kambing di Jalan Tukad Yeh Aya Nomor 2 Denpasar ini begitu disibukkan oleh pengunjung terlebih lagi sebelum Corona. Bahkan ia mengaku sempat dikontrak salah satu hotel terbesar di Nusa Dua setahun hingga mengantarkan bisa bersama istri naik haji.
Untuk menyegarkan kecapean dan kesibukan, ia merasa terhibur dan merasa segar kembali setelah mendengarkan suara perkutut atau sempat ke lapangan ikut berlomba. Itulah mengapa ia beternak perkutut walau kandang digantung dan hanya lima pasang saja. ‘’Yang penting ternak dan berusaha memilih indukan yang bagus. Soal hasil kita berserah saja kepada yang di atas,’’ terang H Amir.

Ternyata memang benar, dari ketekunannya mengembangkan lima pasang indukan dengan telaten, baik pakan, menjaga kebersihan kandang, dan memastikan mendapat sinar matahari walau hanya 2 jam sehari Putra Madura BF mampu mengorbitkan anakannya di arena lomba bergengsi, bersaing dengan peternak-peternak berkelas. ‘’Saya hanya bisa bersyukur, di tengah pandemi Covid dari hasil jual perkutut bisa menutupi biaya hidup termasuk menyekolahkan ketiga anak saya, dua sudah tamat kuliah di Surabaya dan kini tinggal satu lagi beranjak kuliah,’’ papar H Amir.
Menyekolahkan tiga putra ke jenjang lebih tinggi bukan perkara mudah, terlebih lagi di tengah perekonomian yang lagi terpuruk. Begitu juga mencetak anakan perkutut hingga tembus tiga warna usulan ke empat warna juga bukan perkara mudah. Indukan menjadi kunci utama dari keberhasilan beternak selain piawai merawat indukan hingga mau berjodoh, bertelor, menetas dan hidup hingga dewasa dengan kondisi sehat.
H Amir menceritakan bermula dari pejantan bergelang Cahaya Suci dari ternakan Madura yang dipertemukan dengan betina anak Raja dari Bali Ayu maka lahir Putra Madura yang beberapa kali sempat moncer di lapangan.
Putra Madura ini kemudian dijodohkan dengan betina ring Aljamali yang merupakan anak dari pejantan burung Pemekasan dengan betina Anak Manja. Dari perkawinan Putra Madura dengan Aljamali inilah kemudian netas Banzer yang moncer di ajang Latber Bali Bangkit 2021 pada 24 Oktober 2021 di Lapangan Pengwil P3SI Bali Sanur yang kemudian di-takeover oleh perawat tersohor Jabar dengan harga lumayan tinggi. ‘’Sekarag masih ada dua adiknya yang bakal dipersiapkan turun pada 6 Februari pekan depan,’’ ujarnya.
Selain Putra Madura sebagai indukan, masih ada beberapa saudaranya yang juga dikembangkan sebagai pejantan. Di antaranya dicarikan jodo anakan Bintang 9 BF yang berdarah Raja dari Bali Ayu, ada juga betina dari Sapta Windu. ‘’Modal saya minim, kebanyakan pakai ring sendiri jadi indukan,’’ucap H Amir.
Bagi H Amir, bermain burung perkutut ia mengedepankan kejujuran. Oleh karena itu, ia selalu apa adanya soal indukan. Baginya pilihannya pada tipikal suaranya yang sesuai dengan pakem yang dilombkaan, baik suara depan, tengahnya yang banyak, nekan satu satu dan tebal serta tentu ujungnya selalu dibawa. Begitu juga betina, berusaha mendapatkan yang keluar suara depan, tengahnya satu satu dan ada ujungnya. Terlebih lagi trahnya bagus seperti anak Raja dari Bali Ayu dimana Raja pernah menjuarai lomba di Bali dengan suara tengah banyak dengan ujungnya yang panjang. ‘’Harapan saya bisa mencetak mirip suara Raja saja sudah bersyukur. Dan untuk mencapai itu, saya masih mencari darah untuk memaksimalkan suaranya,’’ ucap H Amir seraya mengatakan dirinya hanya bisa mencoba dan mencoba serta menikmati prosesnya di tengah kesibukan jualan sate. (gde)
