Connect with us

Perkutut

H.Atro Surabaya, Kung Mania Senior yang Tetap Eksis Tekuni Hobi Perkutut, Ini Alasan Enggan Meninggalkan Komunitas

Published

on

Sosok satu ini bukanlah nama baru dalam komunitas penghobi, pelomba dan peternak perkutut. Kiprahnya di dunia hobi burung perkutut tanah air sudah tidak bisa diragukan lagi. H.Atro, begitu orang mengenal namanya. Kung mania yang tinggal di Gembong Sawah Barat Surabaya ini, mengaku mengenal perkutut dari usia muda.

H.Atro Surabaya, level perawat nasional sudah berhasil disandangnya

“Saya senang perkutut sejak kecil. Saat masih di Madura, saya pernah disuruh orang tua membawa sapi ke tegalan (ladang) buat cari makan sendiri, tapi setelah sampai disana saya tinggal untuk mencari perkutut di hutan dekat rumah,” jelas H.Atro memulai obrolan. Kesenangan tersebut terbawa sampai usia remaja.

Ketika pindah ke Surabaya, H.Atro makin tak terpisahkan dengan dunia perkutut. Ketika itu masih jenis lokal. “Dulu saya cari perkutut lokal di hutan. Kalau sudah gitu saya kadang tidak tahu waktu, dari pagi bisa sampai sore hari,” ungkap H.Atro lagi. Tahun 1975 menjadi awal dimana perkutut lokal hadir di tengah-tengah.masyarakat penghobi.

Mantau burung rawatan menjadi rutinitas sehari-hari

Bahkan ketika itu lomba perkutut lokal bisa dinikmati. Namun belum ada kelas khusus, semua ditarungkan dalam satu kelas dengan jumlah peserta maksimal 4 blok. Menurut H.Atro tahun 1989, perkutut Bangkok mulai masuk, tapi saat itu masih suara engkel jalan 3. Peluang yang bagus untuk memanfaatkan moment hobi perkutut dilakoni H.Atro.

Tasik, Bandung dan Jakarta yang menjadi daerah potensial dalam mencari burung tersebut, akhirnya menjadi jujukan H.Atro untuk mendapatkan perkutut. “Di awal-awal Bangkok mulai masuk Indonesia, saya sering ke Tasik, Bandung dan Jakarta untuk cari perkutut,” sambung pria yang kini sudah berada pada usia 74 tahun.

Tetap eksis menekuni hobi perkutut sebagai perawat burung kualitas nasional

Tidak jarang H.Atro mendapatkan titipan teman-teman untuk mencarikan burung buat lomba dan ternak Hampir tiap minggu perjalanan Surabaya Jakarta dijalani dengan menggunakan angkutan kereta api. Rutinitas inilah yang menjadikan nama H.Atro semakin populer di kalangan komunitas perkutut kota tersebut.

Setiap kali H.Atro datang kesana, itu artinya akan menjadi berkah bagi mereka karena akan ada perputaran uang. Sampai akhirnya pada tahun 1991, H.Atro pindah ke Embong Sawah untuk memulai profesi baru sebagai perawat burung. Tak tanggung-tanggung H.Jay Binuang Kalimantan Selatan memberi kepercayaan untuk mengawal dan merawat koleksi perkutut untuk dilombakan.

Jaga performa sang rawatan dengan menu khusus dan spesial

Sejak saat itulah nama H.Atro makin eksis sebagai perawat perkutut kelas konkurs level atas. H.Jay sendiri dikenal sebagai kung mania yang tidak mau setengah-setengah dalam berburu perkutut kelas konkurs. Berapapun bandrol yang dipasang, jika memang cocok, maka tidak akan kata mundur.

H.Atro menjadi pihak yang diberikan kekuasaan untuk memilih, menentukan dan memastikan apakah perkutut tersebut akan di take over atau tidak. “Alhamdulillah sampai sekarang saya masih dipercaya oleh Bos untuk mencari perkutut dan memastikan apakah mau dibeli atau tidak,” sambung H.Atro.

Mengkondisikan stamina sang rawatan wajib dilakukan demi sebuah prestasi

Lebih lanjut disampaikan bahwa ketika ada orang yang ingin menawarkan perkutut pada H.Jay maka harus melalui seleksi H.Atro dan juga H.Jay sendiri. Setelah resmi transaksi terjadi, H.Atro juga yang dipercaya untuk merawat, mengawal dan mengorbitkan sampai pada puncak prestasi.

Selama ini perkutut yang resmi menjadi milik H.Jay/H.Rehan Binuang memiliki bandrol mencapai ratusan juta. Kebiasaan mencatat prestasi transaksi berlangsung sejak lama sampai saat ini. Bahkan menurut pengakuan H.Atro, H.Jay/H.Reyhan menyebutkan bahwa dalam hitungan sekitar tiga bulan belakangan ini sudah men-take over 4 ekor perkutut.

H.Atro dikandang ternak yang menjadi penghuni burung-burung rawatannya

“Selama tiga bulan ini Bos beli burung 4 ekor dengan nilai Rp 200 juta, lalu Rp 100 juta, lalu beli lagi Rp 250 juta dan terakhir Rp 200 juta,” ungkap H.Atro lagi. Kepercayaan besar inilah yang membuat H.Atro untuk bisa menjaganya. H.Reyhan ketika ditanya seputar H.Atro mengatakan percaya untuk mencarikan, merawat dan melombakan burung. 

“H.Atro itu orang kita, saya percaya. Dia itu ikut kita sudah sejak dulu. Makanya saya percaya dan ingin mengembangkan perkutut agar bisa lebih semarak lagi,” terang H.Reyhan saat dihubungi mediaagrobur.com via telp. Bahkan H.Reyhan mengaku soal pantau burung yang jadi incaran, biasanya melibatkan juga H.Atro untuk memastikan kualitasnya.

Bersama Spiderman, rawatan paling anyar dengan bandrol Rp 200 juta

“Jika ada burung yang mau dibeli, biasanya dipantau H.Atro dan juga H.Cholil biar perkutut tersebut cocok dan sesuai keinginan,” lanjut H.Reyhan lagi. Yang membuat H.Atro kagum dengan sosok H.Jay dan juga H.Reyhan adalah bahwa meski perkutut yang dibeli mencapai angka ratusan juta, namun tidak pernah menargetkan harus selalu menang.

“Saya senang kerja dengan bos, sebab tidak pernah narget burung harus juara, walapun belinya ratusan juta, karena perkutut memang tidak bisa diprediksi, tapi saya tetap berusaha agar burung bisa tampil bagus dan dapat juara,” urai H.Atro lagi. Ditambahkan bahwa selama ini tidak ada cerita bahwa H.Jay dan H.Reyhan menjual burung-burung yang sudah tidak terpakai. “Dari dulu bisa tidak pernah jual burung, kalau beli malah terus-menerus,” imbuh H.Atro mengakhiri obrolan.

Copyright © 2022 Media Agrobur. All Right Reserved.