Connect with us

Perkutut

Suseno Usman Ketua P3SI Pengwil Riau, Berharap Masa Kejayaan Hobi Perkutut Kembali Bisa Dihadirkan

Published

on

Riau, hobi perkutut masa lalu dan saat ini. Ada perbedaan yang sangat mencolok. Sekitar tahun 1997, Riau dikenal sebagai daerah yang memiliki geliat hobi perkutut luar biasa. Berbagai kegiatan, mulai dari tingkat paling bawah sampai gelaran nasional, menjadi pemandangan yang bisa dinikmati dan dirasakan.

Suseno Usman (kanan), Ketua Pengwil P3SI Riau

Tahun 1995, Suseno Usman yang menjabat sebagai Ketua P3SI Pengwil Riau merasakan benar, bagaimana Riau mampu menjadi saksi betapa luar biasanya hobi perkutut ketika itu. “Tahun 1997 dan selanjutnya, Riau mampu menjadi daerah yang luar biasa dalam hobi perkutut, seluruh tokoh dan pemain ikut ambil bagian dalam memeriahkan hobi,” terang Suseno Usman mengawali obrolan.

Kemeriahan hobi perkutut di Riau semakin bermakna karena mampu menjalin hubungan dengan beberapa mania dari negeri tetangga. “Dulu ketika Riau ada acara lomba, peserta bukan saja dari Indonesia saja, tetapi bisa dari luar, yakni Singapure, Malaysia, Thaliand dan Bangkok bahkan negara lainnya,” sambung Ketua P3SI Pengwil Riau.

Bersama tokoh perkutut di Riau

Gelaran konkurs nasional bertajuk Pengwil Riau Cup yang digelar tahun 1997, semakin memperjelas bahwa daerah ini benar-benar eksis dan semarak. Jalinan kerjasama dengan Pengurus P3SI Pusat semakin memperjelas bahwa Riau adalah daerah yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan menjadi ikon hobi perkutut tanah air.

Namun seiring perjalanan waktu, kemeriahan yang pernah terukit, lambat laun mengalami kondisi yang sangat disayangkan. Beberapa tokoh yang dulunya menjadi motor dan penyemangat, sedikit demi sedikit mulai menghilang. Ada yang sudah meninggal dunia dan tidak sedikit yang sudah tidak lagi menekuni hobi perkutut.

Dalam sebuah kesempatan even perkutut di Sumatra

Sementara itu, para generasi muda dan pendatang baru belum pernah muncul. Kung mania yang bertahan dan yang datang sampai saat ini adalah orang-orang lama, sedangkan orang baru tidak ada. Bahkan dikatakan oleh Suseno Usman bahwa dua tiga terakhir mulai melempem, karena ekonomi dan tidak punya burung bagus, sehingga gairahnya merosot.

“Dulu peternak yang memiliki banyak kandang ternak, mulai berkurang, ada peternak yang  dulunya punya kandang sekitar 20 sampai 30, sekarang berkurang jadi  5 kandang saja dan materi yang mereka pakai, itu-itu saja. Tidak ada perubahan dan peningkatan yang membuat kondisi berubah,” ungkap pemilik Mangkubumi Bird Farm.

Suseno Usman ingin kembali menyemarakkan hobi perkutut di Riau

Semakin lama, perjalanan hobi perkutut berubah. Peternak ataupun pelomba yang dulu eksis, sekarang bubar dan berpindah sebagai petani sawit karena dinilai lebih memberikan keuntungan bagi mereka. Tidak sedikit yang tetap bertahan di dunia hobi, namun hobi lainnya seperti hobi burung berkicau.

Begitu juga dengan pengda yang pernah dimiliki, juga mengalami hal serupa. “Dulu Pengwil Riau membawahi Pengda Dumai, Palalawan, Siak, Bengkalis, Bangkinang dan Prawang. Sekarang yang masih bertahan dan tetap eksis menekuni hobi perkutut adalah Pengda Kampar (Bangkinang),” sambung Suseno Usman.

Semarak hobi perkutut di Riau ingin kembali dihadirkan

Pada saat itulah, masa kejayaan hobi perkutut di Riau mulia meredup. Salah satu faktornya adalah soal ekonomi dan semangat yang tidak nampak seperti dulu. Suseno Usman sebagai pucuk pimpinan di organisasi Pengwil Riau berharap agar semarak yang pernah terbangun, bisa kembali seperti dulu lagi.

Berbagai upaya dilakukan, namun belum menampakkan hasil. Bahkan keinginan untuk menyerahkan pucuk pimpinan kepada orang yang lebih muda dan punya semangat tinggi, juga belum mendapatkan dukungan. “Saya sebenarnya ingin turun, karena sudah terlalu lama jadi Ketua Pengwil, tetapi sampai saat ini belum ada penggantinya,” tambah Suseno Usman.

Bersama juri yang bertugas dalam sebuah gelaran

Karena alasan hobi perkutut yang sudah ditekuni sejak masih usia muda, maka eksistensi adalah hal yang harus ditunjukkan. “Hobi saya disitu, maka saya harus meluangkan waktu untuk selalu hadir dalam setiap kegiatan. Mungkin karena kami dekat sehingga setiap ada acara, saya usahakan datang,” sambung pria yang kini sudah memasuki usia 73 tahun.

Padahal jarak yang ditempuh dari kediaman sampai ke lokasi kegiatan, sekitar 60 km dengan jarak tempuh kuang lebih 2 jam. Terlebih dengan medan berat dan tidak mulus yang harus dilalui, menjadikan waktu perjalanan bisa lebih lama lagi. “Saya berharap Riau bisa kembali mencapai masa kejayaan seperti dulu kala,” harap tokoh lawas yang tinggal di Pekanbaru.

Berharap muncul generasi baru untuk membangun hobi perkutut di Kalimantan

Diakhir obrolan, Suseno Usman menegaskan bahwa hobi perkutut di Riau kini tidak seperti dulu lagi. “Saya heran mengapa hobi perkutut di Riau melempem, bahkan kalah dengan semarak hobi lain yakni hobi kicau. Inilah yang membuat saya seringkali bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya dengan kondisi di Riau,” kata Suseno Usman dengan nada heran.

Advertisement

Copyright © 2022 Media Agrobur. All Right Reserved.