Perkutut
Tembus Bendera 4 Warna Di Sabiilus Cup Panorogo, Piyik Senopati Ring JBM, Langsung Ingin Diboyong Ke Situbondo
Gelaran Sabiilus Cup Panorogo, hari Minggu (14/3) kemarin di Lapangan Ngraket, Balong, Panorogo. Lomba khusus piyik hanging, hasil Kolaborasi Sub. Pengcam Kidul, Kuto, Ponorogo itu. Betul-betul jadi pembuktian sekaligus ketangguhan piyik-piyik jebolan JBM Bird Farm (BF) Malang.
Perlu diketahui, lomba khusus piyik hanging di Ponorogo tersebut diikuti jago-jago piyik terbaik dari lintas kota. Bahkan dari total 10 blok gantungan yang disediakan panitia, nyaris semua blok terisi penuh. Sehingga tak keliru, kalau persaingan antar jago-jago piyik muda di Sabiilus Cup betul-betul ketat.
Apalagi juri yang ditugaskan rata-rata juri senior Nasional dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menjadikan lomba khusus piyik hanging ini serasa event Nasional saja. Sehingga untuk bisa menjadi yang terdepan. Sang jagoan piyik muda, dituntut bukan hanya harus bisa menyingkirkan jago piyik lainnya yang ada di 10 blok gantungan.
Tapi piyik-piyik muda tersebut, juga harus mampu menunjukkan performa terbaiknya dihadapan tim juri yang bertugas. Baik kualitas anggung suaranya maupun kestabilan kerjanya dari babak ke babak. Selain itu, untuk bisa menjadi yang terdepan, sang jagoan juga harus punya mental jawara.
Performa apik itulah yang mampu ditunjukkan Senopati, jago piyik muda jebolan farm JBM. Senopati yang saat itu digantung di pinggir dengan nomor 121, betul-betul menunjukkan talentanya sebagai jago muda masa depan.
Dan meskipun ini penampilan perdana Senopati turun di lomba. Namun piyik bergelang JBM yang ternyata masih adik dari Netral JBM. Lahir 120 hari lalu dari JBM Kandang Jisamsu (Cristal B3 & Kopa K-8). Mampu kerja full dan selalu ngisi, sejak babak pertama sampai babak keempat berakhir.
Bahkan performa apik Senopati, mampu bikin heboh suasan lomba. Saat piyik jebolan farm JBM itu satu-satunya burung yang mendapat koncer empat warna. Dan itu disaksikan serta diakui bukan hanya oleh para peserta maupun penonton. Tapi beberapa tokoh perkutut yang hadir saat itu juga mengakui akan kualitas dan ketangguhan Senopati. Karena jarang, piyik hanging bisa tembus koncer 4 warna.
“Senopati memang layak mendapat koncer 4 warna. Karena saat narik, mulai dari suara depan, tengah serta ujungnya dipakai semua. Suaranya cowong cristal, tengahnya banyak senggang satu-satu dan ujungnya juga panjang,” terang salah satu juri senior, saat dikonfirmasi oleh awak mediaagrobur.
Sementara menurut H. Faisol Syafii sang pemilik farm JBM. Juga mengamini apa yang disampaikan oleh juri. Karena benar, kalau pas narik anggung kualitas Senopati memang nyaris sama dengan saudaranya yaitu Netral JBM. Suara depan narik, tengah banyak dan ujungnya panjang. Bahkan sejak umur 2 bulan, piyik ini sudah menunjukkan talentanya sebagai piyik masa depan.
Awalnya H. Faisol tidak mengira kalau Senopati bakal juara 1 di Ponorogo. Pasalnya, piyik ini memang tak akan diturunkan ke lomba. Namun Sabtu sore, saat ada piyik di kandang umbaran bunyi-bunyi. Pemilik JBM pun mengangkat piyik tersebut ke sangkar yang ternyata Senopati. Yang akhirnya Senopati pun dibawa serta ke Ponorogo dan juara setelah tembus 4 warna.
“Dulu bapaknya yaitu Bintang (Cristasl B3), sering juara. Begitu juga dengan saudara belahannya yaitu Berlian yang sudah dibeli KH.Muhaimin Besuki. Pertama Bintang saya jodohkan dengan betina terbaik yang ada di Kopa BF yaitu Kopa K-8. Namun setelah mendapat anakkan beberapa strip, betinanya saya ganti dengan trah TL-51,” cerita H. Faisol.
Tapi setelah dengan betina trah TL-51 mengetahui suara tengahnya agak rapat, lanjut H. Faisol. Bintang saya kembalikan lagi dengan betina KopaK-8. Baru kemudian muncul Netral JBM, Sultan Muda, Singa Laga serta beberapa piyik kualitas lainnya yang sudah ditangan kungmania Indonesia dan yang terbaru Senopati.
Selama ini JBM memang tak pernah menyimpan burung-burung lomba. Pasalnya, begitu ada piyik baru ngangakt dari puter, langsung diburu dan diboyong oleh kungmania. Tak terkecuali dengan Senopati yang bergelang JBM 4617. Menurut H.Faisol, seminggu sebelum juara, burung ini sudah dibeli oleh Nurwadi, kungmania dari Situbondo, namun piyik tersebut tidak dibawah pulang.
“Betul, saat itu beliau datang bersama istri tercinta untuk melamar piyik adik Netral. Dan pak Nurwadi, sudah mengoleksi burung-burung ring JBM sejak jamannya Mutiara Sejati tahun 2008. Bahkan beliau mendapat dukungan langsung dari Hj. Raudah sang istri yang melarang untuk beli burung selain ring JBM,” tambah H.Faisol.
Dan begitu pemilik JBM mengabari Nurwadi, kalau piyiknya berhasil masuk juara 1. Kungmania Situbondo itu pun mengaku senang dan meminta untuk memberi nama Senopati. Bahkan ia akan segera meluncur ke markas JBM, untuk membawa pulang piyik tersebut ke Situbondo.
Dan benar, hari Rabu 17 Maret 2021 kemarin. Nurwadi dengan ditemani Anton, betul-betul hadir di Markas JBM Malang. “Ia betul, beliau hadir dengan maksud ingin membawa pulang Senopati ke Situbondo. Bahkan saat saya sampaikan kalau sehabis dari Ponorogo, Senopati banyak yang ingin meminang. Tapi beliau hanya tersenyum serta enggan untuk melepas meski dengan tawaran harga yang tinggi,” kata H. Faisol.
Rupanya keinginan Nurwadi yang memboyong pulang Senopati, belum mendapat ijin dari pemilik JBM. Pasalnya H. Faisol eman, kalau di Situbondo nanti Senopati kurang medapat perhatian yang serius. Karena Senopati ini masih burung piyik dan perlu mendapat penanganan lebih, agar mental dan kualitas anggungnya tidak rusak.
“Senopati itu umurnya baru 4 bulan, jadi rawatannya harus hati-hati. Dan lagi minggu besuk (21/3), Senopati bakal saya coba turunkan lagi di Panarukan Cup Situbondo. Ya mudah-mudahan, di sana Senopati mau kerja seperti di Ponorogo,” pungkas H.Faisol yang sudah banyak mengorbitkan jago-jago ring JBM yang sudah jadi milik kungmania Indonesia. *agrobur2.