Perkutut
Tak Nyana Bird Farm Bluto Sumenep, Ada Cerita Menarik Penggunaan Nama Ternak, Indukan Palem 48 dan Violis Diakui Membawa Hoki
Pilihan H.Rofik untuk menggunakan nama Tak Nyana untuk ternak perkututnya, memang bukan tanpa alasan dan asal pakai. Ada cerita menarik dibalik penggunaan kata tersebut. “Saya pakai nama Tak Nyana Bird Farm memang tidak menyangka,” terang H.Rofik yang dikunjungi mediaagrobur.com.
Dikisahkan pada tahun 2021 lalu, H.Rofik ditawari perkutut oleh salah satu rekan. Setelah lewat proses pantau, ternyata tipe burung tersebut tidak cocok, salah satu faktornya karena suara kecil. Akhirnya H.Rofii memutuskan untuk menawarkan ke rekan lainnya. “Saya bilang ke teman, akan menawarkan ke yang lain karena saya tidak cocok,” sambung Ketua Pengcam Bluto.
Kolom atau kumpulan menjadi lokasi yang akan dijadikan tempat untuk menawarkan burung tersebut. Saat dipantau, ternyata ada rekan yang bersedia. Negosiasi soal harga dilakukan, pemilik burung minta harga 7 juta untuk burung tersebut, namun calon pembeli nawar 6,5 juta, tetapi dengan catatan mau menjual sapi miliknya terlebih dahulu.
Sebelum kata deal disepakati, sang calon pembeli berusaha untuk menjual sapinya. Tetapi apa yang terjadi, sapi miliknya hanya ditawar 5,5 juta. Itu artinya bahwa harga tidak sesuai dengan yang ditawarkan. Dengan demikian calon pembeli batal meneruskan usaha untuk mendapatkan burung tersebut.
Merasa gak enak, jika sampai transaksi ini gagal, akhirnya H.Rofik mengambil keputusan untuk tetap membeli burung yang dimaksud. “Saya malu dan gak enak sama teman, jika burung ini tidak sampai terjual, akhirnya saya beli sendiri dengan harga 7 juta sesuai permintaan teman yang punya burung,” ungkap bapak dua putra.
Tiga bulan pasca transaksi itu terjadi, H.Rofik membawa burung ini dalam sebuah gelaran, ternyata hasil yang didapat mengejutkan. Turun di Kelas Dewasa Bebas, perkutut yang dikasih nama Tak Nyana ini berhasil menembus urutan ketiga. Keberhasilan itu, tidak sampai disana.
Beberapa lomba yang diikuti, Tak Nyana selalu membawa pulang trophy juara. Bahkan dalam konkurs di Taman Mini Indonesia Indah, Tak Nyana juga sempat menyabet podium. Satu tahun berlalu, tepatnya 2022, Tak Nyana akhirnya resmi berpindah tangan ke kung mania Talango Sumenep Madura.
“Ada teman yang ingin punya burung, akhirnya saya tawarkan Tak Nyana. Saya jual dengan harga Rp 10 juta,” kata H.Rofik lagi. Bandrol tersebut terbilang rugi, karena saat melepasnya ke kung mania Talango, H.Rofik menyertakan pasangannya. Padahal awalnya H.Rofik mendapatkan burung ini satu ekor saja tanpa bersama pasangannya.
Kenyataan itulah yang akhirnya menginspirasi H.Rofik untuk membangun kandang ternak dengan nama Tak Nyana Bird Farm. Dan ternyata nama tersebut diakui membawa hoki. “Alhamdulillah sejak pakai nama Tak Nyana, ternak saya hasilnya bagus-bagus,” kata H.Rofik lagi. Materi indukan yang dipakai adalah indukan jantan Palem 48 dan betina Violis.
Sepasang indukan itulah yang menjadi cikal bakal ternak Tak Nyana. “Awal saya membangun kandang ternak hanya 4, sekarang sudah ada 19 kandang, namun baru sebagian yang terisi,” ujar H.Rofik. Pengembangan dilakukan dari kedua perkutut tersebut. Anakan yang kini dipakai untuk mengisi kandang ternak adalah trah Palem 48 dan Violis.
Karena merasa cocok dengan materi yang ada, Tak Nyana belum sekalipun memasukkan materi baru. “Sebenarnya saya bukan anti indukan lain, tapi sejak tiga tahun lalu saya belum ambil indukan baru, karena belum ada yang cocok. Saat ini saya butuh betina yang akan dipasangkan dengan indukan milik saya sendiri,” imbuh pengusaha di bidang kayu.