Perkutut
Sutikno Blega Bangkalan, Eksistensinya Masih Memberikan Manfaat Bagi Kung Mania
Tahun 1996 lalu menjadi awal bagi Sutikno menekuni hobi perkutut. Surabaya menjadi kota dimana ia mengenal dan menyibukkan diri dengan urusan perkutut. “Ketika saya mulai main perkutut, saya kebetulan kuliah disalah satu universitas swasta di Surabaya,” terang Sutikno.
Seiring perjalanan waktu, saat dirinya semakin memahami dunia tersebut, ia mengenal banyak kung mania dan peternak besar di jamannya, seperti Grand Master, Rindu Group, Jupiter, LY dan Millenium. Pertemuan demi pertemuan yang dilakukan bersama mereka, nama Sutikno semakin dikenal dan diperhitungkan.
Saat meninggalkan Surabaya untuk kembali ke kampung halaman di Blega Bangkalan, Sutikno tidak melepaskan silaturrahmi dengan kung mania dan peternak yang sudah dikenalnya. Jalinan tersebut ia lakukan dengan jalan membantu menyebarkan produk beberapa peternak ke daerah sekitar Blega.
“Saya sering kali membawa burung dari Surabaya ke Blega Bangkalan untuk disebarkan. Alhamdulillah para pembeli senang dan akhirnya percaya saat mendapatkan burung sesuai keinginan dan peternak semakin sering mempercayakan produknya untuk disebarkan,” ungkap Sutikno.
Berkat kemampuan dalam memahami dan menilai perkutut, seringkali ada penawaran untuk menjadi juri. Namun semua itu dia tolak dengan alasan, bahwa menjadi pemain atau pelomba adalah pilihan yang dinilai lebih baik. “Saya banyak ditawari jadi juri, tapi saya tidak mau karena saya merasa enjoy jadi peternak dan pelomba,” imbuhnya.
Kemampuan Sutikno dalam menilai burung, nampaknya menjadi berkah bagi rekan-rekan disekitar tempat tinggalnya. Tidak sedikit dari mereka yang berusaha meminta bantuan untuk memantaukan burung yang akan dibeli ataupun menilai bagiamana kualitas burung tersebut, apakah memiliki prospek bagus atau tidak.
“Alhamdulillah saya masih dipercaya rekan-rekan di Blega untuk memantau burung yang akan mereka beli atau burung miliknya, apakah layak untuk dilomba atau tidak,” ungkapnya. Bahkan beberapa juri muda di Blega Bangkalan seringkali melakukan diskusi atau sharing seputar hobi perkutut.
“Di rumah saya sering didatangi teman-teman untuk diskusi, terus terang saya senang karena dari sana saya bisa semakin menambah ilmu soal perkutut,” imbuhnya. Untuk melengkapi hobinya, Sutikno juga membangun kandang ternak. Ada sekitar 15 petak kandang yang berdiri dibelakang kediamannya.
“Saya lebih memperhatikan kualitas hasil ternakan dari pada jumlah sanakan yang saya hasilkan dari ternak perkutut,” imbuhnya. Seleksi ketat yang dilakukan untuk menentukan pilihan indukan yang dipakai menjadikan produk yang lahir dengan ring Tikno Bird Farm selalu menjadi buruan kung mania.
Perkutut bergelang Tikno yang sudah menyebar ke beberapa peternak lain, mampu melahirkan anakan dengan kualiatas mumpuni. Salah satunya Lesti, yang pernah orbit dengan prestasi yang membuat nama Sutikno semakin popular di kalangan kung mania, baik pelomba ataupun peternak.
Presgtasi Lesti inilah yang akhirnya membuat H.Azis AZ Bird Farm Pamekasan lantas menjebol kedua indukannya. “H.Azis Pamekasan pernah menjebol indukan saya gara-gara ada ternakan saya yang jadi juara,” aku Sutikno lagi. Tidak sedikit juga dari kung mania dan peternak yang melirik ketika ada produk ternak dikediamannya.
Kemampuan yang dimiliki Sutikno dalam menilai burung, membuatnya dipercaya untuk mengisi posisi sebagai Dewan Pengawas utusan Bangkalan. Tantangan sekaligus tugas baru inilah yang saat ini lagi menjadi kesibukan yang dilakoninya. Beberapa penyelenggaraan kegiatan di Bangkalan dan sekitarnya, Sutikno nampak berdiri dipinggir lapangan untuk menjalankan tugas untuk memantau perjalanan penjurian peserta di arena.