Perkutut
Sultan Bird Farm Surabaya, Utak Atik Materi Kandang Ternak, Kombinasikan Indukan Terbaik dengan Bibit Muda
Masa jedah konkurs tanah air, nampaknya memberikan berkah bagi peternak. Setidaknya mereka bisa mengutak atik indukan kandang, mencari formasi materi terbaik untuk menghasilkan produk yang diharapkan lebih bagus lagi. Sultan Bird Farm Surabaya menjadi satu diantara sekian farm yang memanfaatkan moment libur lomba ini untuk menganalisa indukan.
“Mumpung lomba lagi libur, saya mencoba memperbaiki keberadaan indukan. Ada beberapa indukan yang saya geser dengan harapan bisa mendapatkan anakan yang lebih bagus lagi dari sebelumnya,” tutur H.Djainuri sang pemilik farm. Geser menggeser indukan bukan dilakukan saling tukar indukan yang sudah ada, namun juga menyuntik indukan baru.
Menurut H.Djainuri indukan baru yang dimaksudkan adalah hasil anakan sendiri ditambah dengan indukan dari luar. “Sebenarnya tujuan saya selain untuk mengganti materi yang lebih prospek, saya juga ingin indukan kandang berasal dari anakan sendiri. Karena ada beberapa anakan yang cocok untuk jadi indukan,” imbuhnya.
Usia indukan ring Sultan miliknya, rata-rata sudah berada di angka 8 sampai 9 bulan. Calon indukan dari ring sendiri merupakan produk dari indukan import dan beberapa indukan farm dalam negeri. Lebih lanjut H.Djainuri mengatakan bahwa sudah waktunya untuk menggunakan indukan sendiri.
Belajar dari pengalaman yang sudah dirasakan, peluang Sultan untuk melahirkan anakan kelas lomba dengan indukan sendiri sebenarnya sudah nampak, salah satunya perkutut bernama Zam Zam. Diakui oleh H.Djainuri bahwa Zam Zam adalah anakan pertama dari perkawinan indukan jantan Sultan 717 K.Jakarta Kota bersama pasangannya QQ 536.
Lahir di kandang Banyuwangi milik Sultan Bird Farm Surabaya. Soal prestasi, jangan diragukan. Tarung untuk pertama kalinya di arena lomba, tanpa berbekal pengalaman Zam Zam langsung menerobos daftar kejuaraan diperingkat kelima Kelas Piyik Yunior pada usia 5 bulan kurang dalam even Latber Gotong Royong Blitar Putaran I, Minggu 9 Februari 2020.
“Zam Zam baru pertama kali turun lomba, selama ini tidak pernah mengenal arena dan belum pernah berhadapan dengan burung lain, hanya saya latih sesekali di markas Sultan BF saja. Itupun juga kalau saya lagi ada waktu senggang, lebih tepatnya Zam Zam jarang saya latih,” ungkap H.Djainuri.
Ketika itu Benny Mintarso yang mengawal pertarungan mengaku bahwa performa yang dihadirkan Zam Zam bukanlah penampilan yang sebenarnya. Kemenangan tersebut masih kurang dari harapan. Masih banyak yang harus dilakukan untuk memaksimalkan performa yang sebenarnya dimiliki.
“Saya kira penampilan Zam Zam di Blitar baru 60 persen. Butuh proses agar bisa menaikkan lagi performanya untuk menjadi lebih bagus dari saat ini,” terang Benny Mintarso. Seiring perjalanan waktu Benny yakin bahwa Zam Zam akan menjadi petarung yang mumpuni dan siap menghadapi lawan.
“Jika melihat kualitas yang dimiliki, saya yakin Zam Zam bisa menyusul prestasi Marcopolo bahkan bisa melebihi,” imbuhnya. Prestasi ini tentu menjadi jawaban banyak orang akan keraguan bahwa Sultan Bird Farm akhirnya bisa mencetak burung kelas lomba dari kandang sendiri.
Nampaknya Zam Zam bukanlah satu-satunya produk Sultan Bird Farm yang bakal mendulang prestasi. Menurut H.Djainuri ada kandang lain yang sudah terlihat bakal memunculkan produk handal, kandang tersebut adalah Kandang Gubeng dan Kandang Surabaya Kota, Kandang Senin. Ada beberapa produk yang terpantau bagus, namun belum bisa memastikan. “Saya sudah memiliki anakan prospek, beberapa kali saya latih sudah menunjukkan bakat sebagai calon juara. Tinggal menunggu kondisi normal dan lomba kembali dibuka. Mudah-mudahan saya bisa mengikuti prestasi ternak Sultan yang lain,” harap H.Djainuri.