Puter Pelung
Sri Rama, Simbol Eksistensi Tresna Jakarta dalam Menekuni Hobi Puter Pelung

Tresna, adalah mania puter pelung yang kemunculannya belum genap satu tahun. Sampai saat inipun tidak banyak yang tahu dan mengenal siapa sebenarnya sosok Tresna, meski prestasi Sri Rama miliknya selalu berada dibarisan depan daftar kejuaraan lomba Puter Pelung di Kelas Utama.

Sejak resmi memiliki Sri Rama, nama Tresna langsung mencuat bak meteor. Tiga kali ikut dalam ajang lomba, Sri Rama tidak pernah lepas dari urutan pertama Kelas Utama. Sukses ini memang berkat usaha Jokotole atau yang akrab dipanggil Abdul, dalam mempertahankan performa puter pelung bergelang Dewi 77.
Diceritakan oleh Abdul awal muasal Sri Rama membuatnya tertarik untuk memiliki. Sekitar tiga bulan lalu, Sri Rama selalu berhasil merajai lomba puter pelung di daerah Madiun dan Magetan. Bahkan dalam Liga Jatim Putaran I di Jombang, Sri Rama lagi-lagi dinobatkan sebagai juara pertama.
Mulai saat itu, Abdul menghubungi sang bos yakni Tresna mengutarakan niat untuk memilikinya. Tanpa menunggu waktu lama, Tresna langsung menyetujui keinginan tersebut. Namun ternyata bukan perkara mudah untuk bisa membawa pulang Sri Rama, karena Jamari sang pemilik kabarnya tidak bersedia untuk melepasnya.

Dikatakan oleh Abdul bahwa perjuangan memiliki Sri Rama tidak didapat dengan mudah. “Terus terang untuk bisa dapat Sri Rama saya harus meminta bantuan dari rekan-rekan, karena ketika itu Mas Jamari selaku pemilik kabarnya tidak mau melepas, akhirnya saya meminta bantuan Mas Pras Jogja untuk bisa mendapatkan burung ini,” jelas Abdul.
Dari Prashadi ada kabar baik bahwa dirinya siap membantu Abdul untuk mendapatkan Sri Rama. Ketika itu Sri Rama dibuka dengan harga Rp 30 juta. Penawaran sudah berada diangka Rp 25 juta. Abdul sempat memberikan penawaran Rp 15 juta, namun belum ada kata deal.
Sampai akhirnya Prashadi dan Abdul menemukan kata sepakat diangka Rp 20 juta. Keberanian Abdul mentake over Sri Rama diangka tersebut ternyata lebih di sebabkan oleh keinginan untuk mengantarkan sang bos menjadi mania puter pelung papan atas yang selalu bisa meraih juara dalam setiap kali turun lomba.

“Banyak pertimbangan yang saya pikirkan ketika membeli Sri Rama dengan harga Rp 20 juta, selain biar bisa selalu meraih juara dan nama saya dan juga bos Tresna bisa terkenal, saya juga yakin bahwa nama Sri Rama akan menjadi pilihan mania untuk mendapatkan anakannya nanti ketika sudah tidak bisa dilombakan lagi,” papar Abdul.
Sejak resmi bersama dirinya, Sri Rama sudah membukukan tiga kemenangan sebagai peraih podium pertama Kelas Utama dalam Liga Restu Ibu Sumenep, Liga Jenggala I Sidoarjo dan Liga Walikota Surabaya Cup III. Kemenangan ini tentu menjadi bukti bahwa Sri Rama masih memiliki kualitas yang tidak bisa diragukan lagi dan sekaligus membuktikan bahwa di tangan Abdul, prestasi Sri Rama tidak mengalami penurunan.
Nampaknya Sri Rama bukanlah satu-satunya orbitan yang kini ditangani oleh Abdul. Ada nama lain yang kehadirannya tidak bisa dianggap enteng, yakni Bom Bali. Meski kepemilikan Bom Bali diakui sudah terlebih dahulu bersamanya, namun selama ini prestasinya belum pernah terkuak ke publik.
“Bom Bali sudah delapan bulan bersama saya, namun selama ini saya belum menemukan settingan yang pas, baru kemarin di Liga Walikota Surabaya Cup III, saya mulai menemukan titik terang merawat Bom Bali walau belum seratus persen,” kata Abdul lagi. Saat tampil dalam even Walikota Surabaya Cup III, Bom Bali berhasil menempatkan dirinya pada urutan runner-up setelah Sri Rama.

Kehadiran Bom Bali nampaknya bakal menjadi tandem setia bagi Sri Rama. Lebih lanjut Abdul mengatakan bahwa hobi puter pelung yang dijalaninya bersama sang Bos Tresna, nampaknya akan semakin cemerlang. Pasalnya misi Tresna ternyata bukan sekedar menekuni hobi semata, tetapi lebih pada keinginan untuk bisa terus berada dibarisan paling depan dalam mengorbitkan burung juara.
Abdul sudah diwanti-wanti oleh Tresna bahwasanya, jika nantinya pada suatu saat ada burung yang berhasil menumbangkan Sri Rama, maka target berikutnya ada bagaimana caranya. Urung tersebut pindah tangan menjadi milik Tresna. “Bos Tresna sudah bilang kesaya, jika nanti ada burung yang. Isa mengalahkan Sri Rama, maka segeralah burung itu dikejar sampai dapat,” ungkap Abdul.
