Profil
Setingan Terbaru, Pasopati Sabet Murai Terbaik di Bupati Jembrana Cup Ke-15: Makin Mantap Diboyong Ke Piala Raja

SETELAH membabat tiga kelas dengan hasil hattrick di ajang NZR Bali Cup, Pasopati yang diusung Dewa Oping kembali membuktikan kedigjayaannya di laga yang dieksekusi juri PBI. Tepatnya di event Bupati Jembrana Cup Ke-15, Minggu, 18 Agustus 2019 di Taman Kota Pecangakan Jembrana-Bali.

Tak tanggung-tanggung, dari empat kelas yang diikutinya, Pasopati sukses memetik hasil sempurna. Dua kali sebagai runner up dan di dua babak terakhir langsung memborong juara 1 alias double winners. Hasil 2,2,1,1 itulah yang sekaligus mengantarkan Pasopati meraih murai batu terbaik.

Sejak istirahat dua tahunan karena kesibukan dan juga akibat rontok bulu yang berkepanjangan, Pasopati baru beberapa kali diturunkan ke arena. Dua laga terakhir dinobatkan sebagai murai batu terbaik. Dengan hasil dan pantauan di lapangan berhadapan dengan lawannya, Dewa Oping semakin memantapkan diri untuk memboyong ke Piala Raja. ‘’Kami siap mengajak Pasopati jalan-jalan ke Jogya,’’ terang Dewa Oping, saat menerima trofi murai batu ring terbaik.

Pasopati belakangan ini turun gunung ke arena murai batu di Bali membuat pentas murai batu tambah panas. Terlebih lagi kehadiran Pasopati yang tampil eboh langsung menyabet beberapa kali podium utama dan bahkan dinobatkan sebagai murai batu terbaik.

Di balik penampilan Pasopati yang eboh, Dewa Oping bersama perawatnya Abdul Muni tak pernah menyerah terus mengutak-ngatik setingannya agar tampil maksimal. Bahkan membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Hasilnya bisa dinikmatinya di Jembrana. Abdul Muni menginformasikan bahwa setingan Pasopati harian jangkrik 4 pagi dan 4 sore. Mandi jemur hanya dilakukan tiga kali seminggu dan tanpa umbaran sama sekali.

Ketika jelang lomba, sejak Sabtu pagi sudah dikerodong full hingga esok pagi ke arena. Sementara pakan ekstrafooding masih tetap harian. Dan hanya di saat di lapangan tambah sedikit kroto. Dengan setingan terbaru ini, Pasopati selain menampilkan gaya tarung yang sujud-sujud energik sambil mengibas-ngibaskan ekornya yang panjang melengkung, juga pandai mengkombinasikan berbagai macam lagu. Mulai dari kenarian, love birdan, jalak suren dan juga jurus pamungkas cililinannya yang panjang. ‘’Cuaca dingin dan panas di siang hari, kami seting seperti ini. Namun lihat situasi lagi, kalau musim hujan mungkin dikit berbeda,’’ tambah Abdul Muni.
Selain mengajak Pasopati, Dewa Oping juga mengorbitkan Neraka Jahanam yang turun di kelas cucak ijo. Sempat meraih posisi ketujuh, keempat, kesatu dan kedua, Neraka Jahanam nyaris meraih ijo terbaik. ”Masih belajar bermain ijo, tapi bersyukur sudah bisa moncer,” ujar Dewa Oping. *agrobur3
