Perkutut
Perang Bintang di Masteng Cup: Mahkota Raja, Putra Siliwangi, dan Gubernur Juara
MESKI berada dalam situasi pandemi Covid-19, namun tidak menyurutkan semangat kung mania Bali untuk terus berkarya mencetak gaco-gaco yang layak berkompetisi di arena konkurs. Sudah tidak terhitung hasil tetasan peternak Bali yang mampu menembus laga nasional. Fenomena ini telah memantik persaingan di setiap skala lomba yang berlangsung ketat. Bahkan kompetisi di skala latberan seperti pada event Masteng Cup yang digulirkan Minggu, 4 Oktober 2020 di lapangan Nero Jalan Teukur Umar Barat Denpasar ini pun berlangsung menegangkan.
Sejak latber yang diprakarsai dua peternak ternama Maestro Bali berkolaborasi dengan Tunggul Ametung BF ini digulirkan, antusias kung mania Bali untuk menurunkan gaco-gaconya begitu tinggi, hingga seluruh tiket nyaris ludes terjual. Bahkan tak tanggung-tanggung, gaco-gaco papan atas Bali tak mau ketinggalan, ikut ambil bagian untuk uji nyali, baik di kelas hanging, setengah kerek hingga dewasa bebas.
Sontak persaingan yang demikian ketat itu menimbulkan ketegangan antara peserta dan juri yang bertugas hingga ketua bidang penjurian Triyasa Kusuma Negara melakukan brefing singkat kepada seluruh juri usai babak pertama untuk mengingatkan juri tempaan Pengwil P3SI Bali ini bekerja sungguh-sungguh.
Cuaca yang tiba-tiba kurang bersahabat sejak pagi, dimana mendung menyelimuti angkasa membuat para kontestan malas berbunyi. Kondisi seperti ini memang menjadi ujian bagi setiap gaco, tidak saja bisa merontokkan semangat untuk berbunyi tetapi bisa juga menurunkan kualitas suaranya karena kedinginan.
Terlebih lagi turun hujan hingga penilaian sempat dihentikan sekitar 15 menit berdampak pada gaco yang masih dalam posisi dikerek. Lomba kembali dilanjutkan dalam suasana rintik-rintik dan pelan-pelan mulai terang. Beberapa menit jelang peluit dibunyikan, salah satu kontestan di piyik hanging bernomor tiket 12 berbunyi sekali. Di sini kemudian terjadi silang pandangan penilaian untuk naik ke bendera tiga warna antara pemilik Herlan Susilo dengan korlap piyik hanging Gede.
Ketua Bidang Penjurian Triyasa KN menyarankan kepada Herlan Susilo untuk menggunakan mekanisme protes dimana panitia dan IP serta tokoh-tokoh senior perkutut siap untuk memantau bersama-sama di babak berikutnya. Namun usai babak kedua Herlan Susilo memilih menurunkan gacoannya dan menyatakan legowo untuk tidak melanjutkan perlombaan walau nilai yang diraih saat babak kedua menduduki posisi teratas, seperti yang disampaikan saat rapat evaluasi usai perlombaan di depan juri, panitia dan Pengwil P3SI Bali.
Dalam suasana mendung lomba terus berlangsung hingga babak keempat berakhir dan menetapkan Mahkota Raja sebagai pemenang di kelas dewasa bebas, Gubernur menduduki posisi puncak kelas piyik hanging dan Putra Siliwangi yang menjuarai kelas piyik yunior.
Mahkota Raja debutan H Salim Andriyanto tidak mudah untuk bisa menjadi yang terdepan di tengah lawan-lawannya yang juga pilih tanding. Dengan mengantongi kualitas suara di babak ketiga dengan raihan bendera tiga warna hitam Mahkota Raja dengan suara emasnya berhasil menduduki posisi puncak.
Putra AMG yang diasuh H Anang juga tidak kalah eboh. Sejak babak pertama Putra AMG sudah menunjukkan suara istimewanya. Sempat tiga kali mengantongi bendera tiga warna, Putra AMG berhasil menduduki posisi runner up. Disusul Patriot milik Hariyanto yang juga tampil ciamik.
Di kelas piyik yunior, ketegangan terjadi sejak babak pertama. Adu gengsi peternak Bali benar-benar diuji di depan kung mania Bali. Namun kali ini di luar dugaan Putra Siliwangi sukses memetik hasil sempurna. Debutan H Achmad Thosan bergelang PA BF ini di babak pertama sempat mengantongi 2 warna hitam. Namun di babak kedua Putra Siliwangi sukses memetik nilai tiga warna, nilai tertinggi dari lawan-lawannya yang kemudian mengantarkan menduduki podium utama. H Acmad Thosan mengaku Putra Siliwangi ditreatment berenang setengah jam pada malam jelang lomba Minggu.
Adu gengsi peternak Bali juga terjadi di kelas piyik hanging. Hingga beberapa pasang mata terus mengamati gaco-gaco yang sebagian besar bergelang peternak Bali ini bekerja. Gubernur yang diusung Wayan Rudiana sempat tertinggal di babak 1-2 oleh gantangan 12 yang memiliki kans juara. Namun di babak ketiga Gubernur berhasil mengantongi bendera tiga warna sekaligus memuluskan menduduki posisi puncak disusul Rantas yang stabil mendapat dua warna hitam keempat babak.
Ketegangan yang terjadi sepanjang latber akhirnya berakhir ketika digelar rapat evaluasi juri yang dipimpin langsung Ketua Pengwil P3SI Bali Budi Dharma dihadiri penasehat Herlan Susilo, Midradjaja, Ketua Bidang Penjurian Triyasa KN, bendahara H Anang AMG, H Salim Andriyanto dan Hariyanto mewakili panitia Masteng Cup dan seluruh juri yang bertugas.
Walaupun Herlan Susilo meyakini suara gacoannya di nomor 12 memenuhi syarat untuk mendapat nilai 43 ½, namun ia mengaku legowo menurunkan burungnya untuk tidak mendapat kejuaraan.
Sementara itu, Budi Dharma menggarisbawahi bahwa P3SI sebagai organisasi, ketika lomba berlangsung menyerahkan sepenuhnya penilaian kepada dewan juri yang bertugas di lapangan. Jika dianggap terjadi kekeliruan penilaian maka peserta punya hak untuk mengajukan keberatan melalui mekanisme yang sudah ada. Inspektur perlombaan bersama panitia akan langsung menindaklanjuti dengan melakukan pemantauan. Jika belum puas maka bisa memanggil tokoh-tokoh senior untuk ikut bersama-sama memantau burung tersebut. Sehingga dinamika perlombaan itu sekaligus menjadi pembelajaran bagi juri, panitia, organisasi dan juga peserta.
Ketua Bidang Penjurian Triyasa KN juga mengamininya bahwa di setiap perlombaan akan selalu ada dinamika karena kita berhadapan dengan manusia yang jauh dari kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan. Kasus yang terjadi hari ini misalnya bisa menjadi pembelajaran kita di event-event berikutnya.
Sementara H Salim Andriyanto memaparkan untuk memajukan perkututan di Bali salah satu cara dengan kita terus menggelar lomba secara rutin. Untuk itu membutuhkan pendukung seperti juri yang terus menerus ditempa di lapangan dan sekaligus juga membutuhkan dukungan dari kung mania agar tetap semangat dalam menunaikan tugasnya.
Di akhir pertemuan, Mindradjaja mengingatkan bahwa di perkututan kita mencari senang, mencari hepi. Bermain perkutut ini sekedar hobi, sehingga diharapkan ke depan guyub rukun lebih dikedepankan.
Di akhir pertemuan, Hariyanto bersama H Salim Andriyanto mewakili panitia mengucapkan terimakasih kepada seluruh kung mania yang sudah berkenan hadir dan juga para donator seraya memohon maaf jika selama penyelenggaraan lomba ada hal-hal yang kurang berkenan. (gde)