Ternak
Om Tony Music Jakarta: Ternak Branjangan dari Induk Pejantan Jawara Lapangan
Dikomunitas branjangan siapa yang tidak kenal sosok Om Tony Music bahkan dikalangan para branjes mania dia pernah dinobatkan sebagai “Bapak Branjangan Indonesia” oleh salah satu pemilik produsen industri pakan, vitamin, obat dan sangkar burung. Dikomunitas Branjangan Batavia Jakarta, dia juga berperan sebagai Pembina. Dan ternyata dia juga bukan hanya sebagai seorang pemain lapangan, tapi juga breeding burung yang harganya meroket ini. Bahkan materi indukan-indukan pejantannya berkualitas istimewa, burung jawara dilapangan.
Komunitas branjangan sampai saat ini masih tetap solid. Setiap kota memiliki grup komunitas dengan nama bendera masing-masing. Komunitas branjes Jakarta misalnya bernama Batavia. Bahkan meskipun tergolong masih sulit dalam budidayanya, sebagian pemainnya mencoba menangkarkannya, terutama jenis branjangan (Mirafra javanica javanica) atau jawa, dan mereka sudah banyak yang berhasil.
Sebagai kicaumania kawakan, selama ini Om Tony memang fokus main digantangan bersama sejumlah burung jawaranya dulu ada Pluto dan Neptune, namun burung tersebut mengakhiri ajalnya karena diusia tua. Belakangan Om Tony terus menambah amunisinya untuk melengkapi gaco yang sudah ada seperti Jupiter, Alfa, Aji Pamungkas, Hero, dan lainnya. Mereka adalah amunisi-amunisi andalan terbaiknya setiap dimainkan digantangan. Prestasinyapun sudah banyak Bahkan Alfa salah satu gaconya beberapa waktu lalu berhasil naik podium juara 1 dieven B16 Cup 2 di Cibubur.
Dia juga menternakan sebagian burung-burung jagoannya yang selama ini sering juara. Ada 5 pasang indukan yang memenuhi kandang ternaknya yang terbuat rangka alumunium dengan kawat halus dengan model kandang petak bersusun. Kandang ternak indoor atau didalam ruangan dirukonya, Jalan Raya Ragunan No 8E (samping Bank BNI), Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Diakuinya, mahalnya harga branjangan karena tidak mudah menangkarkan jenis burung tersebut. Tingkat kesulitannya lumayan tinggi, mulai dari awal penjodohan, proses penetasan dari telur hingga menetas hingga perawatan anakannya juga membutuhkan kesabaran dan ketelatenan.
Untuk itu, agar lebih mudah dalam penjodohan, lebih baik menggunakan calon indukan betina hasil ternak dari penangkar, karena sudah jelas asal usulnya. Dan burung hasil ternakan juga tidak terlalu liar saat akan dijodohkan dengan pasangan jantannya.
Menurutnya, seekor betina branjangan alangkah baiknya dikawinkan ketika calon induk memasuki diumur diatas 6 bulan. Karena pada usia tersebut burung sudah memasuki matang kelamin atau sudah siap dikawinkan. “Lebih baik memilih betina calon indukan dari anakan, hasil ternakan. Namun, biasanya burung betina yang tadinya gesit atau liar didekati kalau sudah dikawinkan pasangannya akan jinak,” jelasnya.
Pasangan indukan yang sudah bertelur, kemudian telur-telur yang sudah dipanen langsung ditempatkan dimesin penetas, sementara induk jantannya dipindah ke sangkar harian. Sementara betinanya dibiarkan sendirian di kandang ternak.
Pemindahan ini biasanya dilakukan pagi pukul 09.00 WIB, dipisahkan hingga sore hari. Kemudian sorenya sekitar pukul 17.00 WIB induk jantan dimasukan kembali ke kandang ternak disatukan dengan betinanya, biasanya setelah seharian dipisah pasangan akan kembali cepat kawin-kawin terutama menjelang dipagi harinya.
Sejatinya keberhasilannya menternak branjangan bukan kali ini saja. Beberapa waktu lalu dia juga sudah berhasil mencetak anakan branjangan lewat bantuan mesin penetas. Ditempatkan di box mesin penetas, telur-telur yang sudah dibuahi dalam tempo 10-11 hari akan menetas. Setelah menatas anakan segera dimasukan ke kotak inkubator hingga mencapai umur 5 hari, kemudian bisa dipindahkan ke sarang dalam besek.
Dulu pertama kali menetas dari mesin penetas anakan burungnya dia coba dititipkan ke teman, karena dia belum bisa merawatnya.Tapi, sayang keberhasilan perdananya itu anakan mati dalam hitungan beberapa hari pasca panen.
Diperiode ini kembali telur-telur berhasil menetas lewat mesin penetas dengan menetaskan 2 ekor anakannya, dari indukan pejantan jawara bernama Hero. Tapi sayangnya, dihari ke 3 salah satu anakannya mati. “Ini tinggal satu saya besarkan sendiri mudah-mudahan bisa sampai besar. Prediksi sih jantan,” jelasnya.
Selain menggunakan mesin penetas, dua pasang indukan lainnya dibiarkan mengerami dan menetaskan anakannya dengan cara alami. “Ini ada dua pasang indukan yang sedang mengeram,” jelas dia.
Biasanya, bila dierami sang induk anakan sudah bisa dipanen dalam umur 5-6 hari. Pada umur tersebut perawatan anakan sudah aman. Lain halnya bila menggunakan mesin penetas mulai dari 0 hari sipemilik harus merawatnya. “Kalau menetaskan pakai mesin resiko kematian anakannya sangat besar,” ungkapnya.
Memasuki umur 1 minggu anakan sudah dipasangi ring berkode Music BF. Lantas, berapa harga seekor anakan branjangan yang sudah bisa makan sendiri atau mandiri diumur 30 hari? Lumayan juga. Harga anakan yang berusia satu bulan dikisaran Rp 5 sampai Rp 10 juta tergantung materi indukan dan postur fisik anakannya.
Sementara anakan berjenis kelamin betina dikisaran Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta pada umur yang sama yakni anakan sudah bisa makan sendiri. Biasanya dilengkapi dengan DNA Sexing sudah jelas jenis kelamin jantan maupun betinanya.
Namun, untuk saat ini Om Tony masih belum berminat menjual anakannya, sementara dia lebih memilih untuk mengumpulkan anakan sebagai koleksi pribadinya. *agrobur4.