Perkutut
NERO BF Bali, dari Misteri Surga hingga Badai Gurun Moncer di Konkurs Nasional

SUDAH melewati dua fase kehidupan, dari masa aktif berdinas di kepolisian hingga kini pesiun dan membuka bisnis kuliner Warung HD di bilangan Jalan Teuku Umar Barat Denpasar, Herlan Susilo tak pernah surut berkarya di perkututan. Herlan tidak saja fokus, tekun dan sabar mengembangkan NERO BF tetapi juga terus menelorkan ide-ide cemerlang demi masa depan perkututan Bali.
Ketika kung mania Bali kesulitan menggantangkan burung karena tidak ada lapangan, Herlan dengan modal sendiri membangun lapangan yang akhirnya mendapat dukungan kung mania di Jalan Pura Demak yang dengan Liga Winners dan Balibunya berhasil membangkitkan peternak Bali. Ia juga membuka lapangan di Padang Sambian yang kemudian menjadi tempat latihan kung mania di tengah kesulitan mencari lapangan representatif.

Begitu juga ketika wabah pandemi Covid-19 melanda Bali yang mewajibkan stay at home dan work from home, Herlan Susilo memberanikan diri membuka gantangan di belakang Warung HD yang kemudian menjadi alternatif tempat latber dan lomba ketika memasuki New Normal. Itu hanya cara seorang Herlan yang suka blak-blakan di lapangan untuk menggelorakan perkututan Bali seperti yang diangankannya dan tentunya juga Pengwil P3SI Bali bahwa peternak Bali harus mampu bersaing di kancah nasional.
Terbukti dalam satu dekade terakhir ini mulai bermunculan peternak Bali yang sukses tampil di konkurs nasional. Satu di antaranya tentu NERO BF di bawah mekanik Herlan Susilo yang tidak saja hasil tetasannya menguasai Liga Perkutut Bali seperti melalui Misteri Surga yang sempat sembilan kali menduduki posisi puncak sehingga mengantarkan sebagai burung terbaik dewasa senior LPB 2017 juga sederet tetasan NERO yang juga melejit di ajang LPI. Di antaranya Irama Surga, Opojare dan yang mengebohkan pekan lalu adalah Badai Gurun di Kalisat Jember.

Sebagai wujud syukur atas kerja Badai Gurun yang sempat mendapat bendera tiga warna hitam di babak keempat sehingga dinobatkan sebagai juara di kelas piyik hanging dan juga Misteri Surga yang sudah menetaskan anakan perdananya Selasa (25/8) lalu, NERO BF menggelar syukuran di Warung HD yang dihadiri kung mania Bali di antaranya Ketua Pengwil P3SI Bali Budi Dharma sekaligus latihan bersama menyongsong Kolaborasi Cup yang akan digulirkan 6 September mendatang.
Setiap peternak memiliki prinsip atau pedoman dalam mengembangkan kandangnya untuk mencapai tujuan. Begitu juga NERO BF yang tak pernah surut belajar sendiri dan belajar dari keberhasilan orang lain. Seperti menimba ilmu dari Cristal BF yang memilih pasangan indukan atau jodoh memperhatikan bibit, bobot, dan bebet.

Bibit menurut Herlan Susilo, indukan mesti memiliki asal-usul atau garis keturunan yang jelas yaitu trah burung berkualitas atau burung jawara. Bobot adalah kualitas indukan berupa tipikal suara. Baik air suara maupun dasar suara yang memenuhi kriteria lomba. Bebet lebih kepada gaya keseharian dan mental menghasilkan suara yang tidak menyimpang dari indukannya. Tidak saja anak betina yang memiliki daya turun tetapi juga anakan jantan.
Tak berlebihan Herlan Susilo sampai berkunjung ke Thailand Selatan untuk sekadar belajar cara orang Thailand beternak yang akhirnya ada satu ilmu yang didapatkan yakni memperhatikan air suara. Baik suara tengah yang senggang, lenggang dan berketekanan. Orang Thailand menyebutnya biji banyak.

Dari perjalanan panjangnya, kini NERO BF menuai hasil. Ada sederet tetasannya menunjukkan kelasnya tidak saja di skala lokal tetapi di kancah nasional. Mulai dari Misteri Surga yang dinobatkan sebagai burung terbaik dewasa senior LPB 2017 juga sempat juara 2 dewasa senior LPJT Bupati Cup Probolinggo 2018. Misteri Surga berasal dari indukan yang kental berdarah BBS (Thaisel) dengan Cristal B1.
Misteri Surga sempat dipasangkan dengan Palm SK33 menetaskan Bunga Surga juara 2 LPB junior, sayang induknya lepas. Namun kini Misteri Surga dijodohkan dengan NERO k AAA anak Cristal DDD yang pada Selasa (25/8) sudah menetaskan anakan pertama.

NERO BF juga punya tetasan Irama Surga yang naik podium utama kelas piyik hanging LPI 2019 di Bangkalan. Di Kalisat Jember pekan lalu Irama Surga di kelas dewasa bebas masuk juara 11 dengan perolehan tiga warna merata. Adik Irama Surga bernama Opojare juga melejit di LPI Pasuruan 2019 dengan menduduki posisi puncak kelas piyik hanging. Irama Surga dan Opojare dari NERO K.888 merupakan anak dari pasangan Palm SK 59 dengan Cristal B9. ‘’Walaupun anakannya sudah tembus di LPI melalui Irama Surga dan Opojare, saya masih ingin mencoba membongkar materinya,’’ terang Herlan Susilo sesaat memotong tumpeng nasi kuning yang diserahkan kepada Ketua Pengwil P3SI Bali Budi Dharma yang diakui sebagai tokoh perkututan yang mampu menghidupkan perkututan Bali.
Herlan Susilo sengaja membongkar materi K. 888 karena Cristal B9 yang bermaterikan HIKL 30 dengan Jupiter K Sinyo itu dirasakan istimewa karena sempat ditengarai jantan. Bukan saja bersuara besar, tengah banyak dengan ujung delosor juga mental. Cristal B9 betina ini kemudian dipasangkan dengan Cristal BBB yang kemudian menetaskan Badai Gurun yang sempat mengebohkan Singo Joyo Cup di Kalisat Jember 23 Agustus 2020 dengan menembus tiga warna hitam karena mengeluarkan pukulan istimewa, depan klau, tengah double dengan ujung panjang bengung.

Badai Gurun memiliki adik bercincin nomor 240 yang akhirnya saat syukuran kemarin dipinang Dragon BF Bali melalui sang pemiliknya Hendro Prayitno tentunya dengan harga yang menggiurkan.
Walau sudah menelorkan anakan jawara melalui NERO K.888, Herlan Susilo masih terus konsentrasi untuk mengembangkan trah Cristal DDD karena diakuinya mengedepankan air suara dan sudah cenderung style irama Indonesia dimana kental berdarah TL n444 dengan Ng-nya (bengung) yang kental.

Dari dua pejantan Cristal DDD (TL n444 dengan AD n34), satu di antaranya dipasangkan di NERO k. EEE dengan Cristal E6 (TL n35 dengan TL n36). Anakan pertama dipinang BN BF-kung mania Surabaya, kemudian Dragon BF Bali dan RA BF Bali dengan bokingan 10 juta. ‘’K. EEE bermaterikan Cristal DDD ini menjadi perhatian saya karena tidak saja mencetak burung lomba juga sebagai bahan materi kandang,’’ kata Herlan Susilo yang bercita-cita ingin hasil tetasannya bisa moncer di piyik hanging kemudian lanjut ke piyik yunior dan akhirnya menjuarai dewasa senior.
Walaupun sudah berhasil mencetak gaco dari kandangnya sendiri, NERO BF tak pernah sesumbar. Ia hanya ingin terus berkarya dan membiarkan hasilnya kung mania yang menilai sendiri di lapangan. Sebagai peternak yang sudah melewati dua dekade dan meneguhkan hati terus beternak perkutut sepanjang hidupnya, begitu juga kepada para pemula jika ingin terus eksis maka mesti mengikuti perkembangan suara burung perkutut masa kini. Tak perlu patah semangat jika belum mengeluarkan burung lomba karena materi yang sudah dikumpulkan adalah investasi yang suatu saat nanti bisa sampai tujuan sejauh mana ketekunan, kesabaran dan fokus serta selalu bersyukur pada apa yang diusahakan. (gde)
