Connect with us

Perkutut

Mandalika Raih Runer Up Piyik Yunior Di LPM Putaran-2 Sumenep, Jadi Bukti Keberhasilan Kho Kho BF Jember

KONBUR Tayang

:

Kho Kho BF Jember
AKONG (KANAN). Butuh proses panjang untuk mencetak burung kualitas.

Belakangan ini, dunia perkutut Indonesia nampak semakin ramai. Seakan tak berpengaruh dengan situasi ekonomi yang amburadul akibat Pandemi Covid-19. Bukan hanya gelaran lomba/konkurs perkutut saja yang ramai dan selalu dijubeli kung mania. Tapi para peternak juga berlomba-lomba, untuk mengorbitkan hasil dari produk oplosan kandangnya. Agar bisa bersaing dan meraih podium juara di level konkurs perkutut nasional.

Seperti yang dibuktikan oleh Kho Kho Bird Farm (BF), salah satu peternak perkutut yang ada di pinggiran kota Jember. Tepatnya di Kecamatan Sukowono, yang jaraknya sekitar 40 km arah timur utara dari pusat kota. Dan meskipun peternak pinggiran, tapi Kho Kho BF berhasil mencetak burung/perkutut kelas konkurs dari salah satu kandangnya.

KHO KHO BF. Ada 47 petak kandang yang jadi pengembangan trah unggul.

Mandalika, itulah nama jago yang sempat bikin heboh, saat pertama kali turun di Liga Perkutut Madura (LMP) putaran ke-2, bulan April lalu. Turun di kelas piyik yunior, Mandalika (kerekan 476) yang saat itu dikawal langsung oleh H.Wawan selaku pemiliknya. Berhasil menyisihkan sekitar 144 jago-jago piyik yunior terbaik (3 blok full) yang hadir dari berbagai kota.

Keberhasilan Mandalika menembus ketatnya persaingan di liga tersebut dan sukses menempati juara 2 atau posisi runner up, bukanlah kebetulan. Tapi jago muda bergelang Kho Kho memang punya talenta jawara dan kualitas anggung merdu untuk bersaing. Karena burung-burung yang turun di LPM saat itu, nyaris semuanya punya kualitas bagus hasil produk dari peternak-peternak top.

Begitu pula keberhasilan Sugianto, pemilik Kho Kho BF Jember mencetak Mandalika bisa menembus konkurs level nasional. Itu diraih juga bukan karena kebetulan atau seperti membalik telapak tangan. Tapi menurut ko Akong begitu ia akrab di sapa, sukses mencetak Mandalika itu benar-benar dimulai dari nol dengan proses panjang.

AKONG BERSAMA HOLILI. Didepan kandang Grace Kellly.

“Betul, itu juga butuh usaha keras, ketelatenan serta tidak muda putus asa dan tidak bisa instant. Bahkan saat awal baru pertama mengenal hobi perkutut 15 tahun yang lalu. Dan mulai ikut lomba berbaur dengan kung mania lainnya. Tak terasa, sudah banyak burung yang saya beli dari beberapa pternak. Tapi hasilnya nol tidak ada yang masuk juara,” tandas Akong mengawali ceritanya.

GRACE KELLY. Meski sudah umur tapi tetap lancar produksi.

Dari situlah ia mengaku mulai belajar perkutut, baik perkutut untuk lomba maupun untuk bahan ternak. Dan setelah paham soal perkutut, lima tahun kemudian ia pun membeli perkutut kualitas yang menurutnya cocok, baik di telinga maupun di hatinya. Meski saat itu harga burung tersebut terbilang mahal, menurut ukuran saku kantongnya.

“Ya, namanya Grace Kelly milik pak Alit Jember yang saat itu minta Rp 80 juta. Saat itu saya hanya berani nawar Rp 50 juta, sesuai dengan kemampuan saya. Namun pak Alit masih merasa berat, karena ada salah satu tokoh perkutut Surabaya yang mau dengan harga Rp 80 juta. Asal saat dipantau di lomba, burung itu mau bunyi,” terang Akong.

Namun sayang, lanjut Akong. Setelah berulang kali dipantau dibeberapa lomba, Grace Kelly gak mau bunyi. Tapi meski begitu, pak Alit tetap bertahan dengan mahar Rp 80 juta, jika ada yang ingin memboyong Grace Kelly.

Beberapa Kandang Kho Kho, siap melahirkan burung kualitas.

“Namun beberapa hari kemudian, saat pak Alit butuh dana mendesak, menawarkan kembali ke saya. Saya pun ngomong terus terang, kalau lebih dari kemampuan saya. Jelas saya tidak mampu dan silahkan tawarkan ke kungmania lainnya. Dan akhirnya Grace Kelly dilepas sesuai dengan kemampuan saya, yaitu Rp 50 juta,” tandas Akong.

Dengan berbekal pengalaman ternak dari beberapa jenis unggas dan budidaya udang tambak, karena memang ia mengaku hobi. Ditambah ilmu yang didapat dari beberapa peternak perkutut yang dianggap berhasil. Mulai dari soal bagaimana memahami suara, selsilah, trah darah sampai menentukan pasangannya yang pas. Mulai saat itu, Akong serius dan fokus untuk membangun Kho Kho BF.

KANDANG BASIC. Siap jadi trah unggul untuk dikembangkan.

Dan iapun sangat selektif untuk memilih indukan materi isi kandang-kandangnya. Selain menjadikan Grace Kelly, burung bergelang SU (Sumber Urip) itu sebagai materi kandangnya. Ia juga mengoleksi beberapa perkutut kualitas yang sesuai dengan trah dan type suara yang ia kehendaki.

“Benar, awalnya saya hanya mengoleksi beberapa trah unggul yang sesuai keinginan saja. Selain ada Grace Kelly, juga ada trah Mutiara Sejati (JBM), trah Prastana, trah dari Grand Master dan ada trah dari TP Kandang BI (TP-666 & MC2). Dari trah-trah itulah, lalu saya kembangkan untuk menjadi basic indukan di Kho Kho BF,” terangnya.

Nah Disinilah, sambung Akong. Kita dituntut untuk lebih tlaten, jeli dan sabar. Karena untuk mencetak indukan yang akan kita jadikan basic. Prosesnya sngat panjang dan butuh waktu lama. Kita harus sabar menunggu hasilnya, lalu kita pilih trah yang unggul untuk dikembangkan lagi. Sampai hasilnya sesuai dengan yang kita inginkan sebagai basic indukan.

Beberapa tahun kemudian, apa yang dilakukan Akong mulai terlihat hasilnya. Selain trah Grace Kelly yang jadi basic utama pengembangan dari Kho Kho BF. Hasil oplosan dari beberapa trah yang ia koleksi, juga sudah ada yang dijadikan basic. Bahkan menurut Akong, sebelum hasil oplosan itu dijadikan basic atau dikembangkan lagi. Banyak kung mania yang mengebet dan berani meminang dengan mahar yang lumayan tinggi.

“Iya, seperti Osama, lalu Nusantara 1, Nusantara 2 dan beberapa burung hasil oplosan dari trah Grace Kelly dengan beberapa trah unggul lainnya, banyak diminati teman-teman. Bahkan saat itu ada kung mania yang berani menawar Rp 30 juta. Tapi tetap tidak saya lepas, karena memang saya pingin fokus pengembangan kandang dulu,” ujar Akong.

KANDANG BABY SITTER.

Bahkan untuk mengisi type suara besar, pemilik Kho Kho BF memilih trah unggul dari Cristal BF untuk dijadikan indukan, seperti trah dari Kandang C3, B3 dan D3. Karena menurutnya, trah-trah tersebut masih ada hubungan dengan trah yang ia kembangkan saat ini.

“Betul, untuk memilih indukan saya harus paham selsilah, trah dan type suaranya. Biar sejalan dengan apa yang sudah saya rintis bertahun-tahun ini. Karena kalau keliru, selain hasilnya tidak sesuai dengan yang kita inginkan, juga harus mengulang dari nol lagi. Bahkan saat saya di Cristal BF beberapa tahun lalu. Ko Asen pesan ke saya, untuk tidak beli burung lagi, cukup itu saja dikembangkan,”  lanjut Akong.

Dan setelah mendapat suntikan beberapa indukan trah unggul dari Cristal BF. Ring Kho Kho BF pun, mulai mampu berbicara di lomba besar level nasional. Dan itu sudah dibuktikan oleh Mandalika yang berhasil merebut juara 2, kelas piyik yunior di Liga Perkutut Madura putaran-2. Bahkan sudah banyak kung mania yang mengantri, khususnya trah dari Cristal D3.

“Do’akan saja, sekarang tengah proses. Dimana kadang yang melahirkan Mandalika, indukan jantannya sudah saya ganti yang lebih bagus dengan volume besar. Dan perlu diketahui, induk jantan penggantinya itu, masih keponakan dari bapak Mandalika. Ya muda-mudahan hasilnya sesuai dengan keinginan,” harap Akong.

Rupanya untuk mendapatkan hasil yang lebih bagus dan lebih variatif. Pemilik Kho Kho BF terus berburu indukan trah-trah unggul dari peternak-peternak papan atas lainnya. Seperti tahun kemarin, dua betina ciamik ring AKN BF yang masih mengalir trah Syarini dan Syahrulkan, sudah mengisi kandang Kho Kho BF.

“Betul, keunggulan kedua trah tersebut memang untuk mengisi trah lain yang ada di sini. Dan meskipun keduanya sudah setahun di sini, namun semuanya masih belum bisa dilihat hasil, karena memang masih proses. Tapi sudah ada beberapa piyik trah keduannya yang siap di oplos lagi. Ya kita tunggu saja hasilnya,” tutup Akong, saat ditemui di farmnya beberapa hari lalu. *agrobur2.

Copyright © 2022 Media Agrobur. All Right Reserved.