Ternak
Mahesa BSF Ubud Cetak Anakan Lomba, dari Indukan Jawara hingga Master Mumpuni

BERLATAR belakang sebagai pemain yang bergabung di BSF Bali, Cok Agung mengutamakan kualitas materi di setiap amunisi yang bakal diterjunkan di arena. Kualitas materi adalah harga mati jika berharap menjadi jawara sejati dalam pertarungan hidup mati di arena bergengsi.
Begitu pula ketika merambah dunia ternak murai yang sudah ditekuninya sejak beberapa tahun belakangan. Dengan mengibarkan bendera Mahesa BSF, Cok Agung dari Puri Pejengaji Tegallalang Ubud ini berkolaborasi dengan Mr. Baim BSF Bali. Gaco-gaco eks lomba yang sarat dengan kualitas materi langsung dimasukkan ke kandang. ‘’Kami banyak mendapat materi indukan burung-burung jawara dari Mr. Baim di antaranya Road Glade dan Fabregas,’’ terang Cok Agung.

Pri dua putra ini mengatakan bagi Mahesa BSF, indukan berkualitas adalah harga mati. Karena pemilik kacer Maharaja ini meyakini indukan yang memenuhi kriteria bibit, bobot dan bebet akan meretaskan anakan yang juga bermutu. Bibit menurutnya indukan berasal dari trah yang sudah membuktikan diri di arena. Tidak saja langsung juga bisa melalui anak atau cucunya. Bobot terkait dengan kualitas baik volume, kecerdasan menangkap master, dan membawakan lagunya yang apik. Bebet adalah postur tubuh termasuk ekor serta gaya dan mental tarungnya ketika berhadapan dengan lawan.
Karena itu, Cok Agung begitu hati-hati memilih materi indukan untuk dimasukkan ke 25 kandang Mahesa BSF. Selain eks jawara yang disupport Mr. Baim, juga sederet gaco-gaco jawara di beberapa lomba juga ikut menghuni kandangnya. Di antaranya Anoman yang sempat juara di Bangli, Gianyar dan juga di Denpasar seperti di Pondok Indah. Ada Bansos yang sempat dinobatkan sebagai murai terbaik di ajang pra-Piala Jokowi di Bali Beach Sanur.

Tidak saja materi pejantannya yang rata-rata jawara lapangan atau beberapa di antaranya dari muda hutan juga betina yang rata-rata tampil ngerol berasal dari trah burung jawara. Di antaranya betina dari belahan burung berprestasi nasional yakni juara pertama di Jogjakarta dengan 70 peserta, yang kini dipasangkan dengan Anoman. ‘’Seluruh betina di Mahesa rajin ngerol dan mental tarung kalau disandingkan dengan lawan,’’ ujar Cok Agung yang mengaku tidak tertarik mengejar kuantitas, tetapi terus berusaha untuk meretaskan anakan yang berprestasi.
PULUHAN MASTER
Mahesa BSF tak cukup hanya mengandalkan materi indukan, tetapi juga mempersiapkan master-master unggul yang jumlahnya puluhan. Mulai dari cucak cungkok, konin, rambatan, gereja, kinoi, kapas tembak, cucak jenggot, kenari, sokok ontong, cucak ranti, platuk, tengkek buto, murai air, love bird, jalak suren. Hanya master cililin dari sonic karena cicilin sulit hidup di daerah dingin.

Cok Agung memperlakukan setiap anakan sampai dewasa dengan treatmen perawatan pakan agar pertumbuhannya bagus dan juga treatment master sejak dini agar benar-benar melekat sampai dewasa. Karena itu sejak masih disuap seluruh anakan sudah terbiasa mendengarkan suara master sonic cililin full 24 jam di dalam ruangan khusus.
Setelah trotolan, anakan dimasukkan ke dalam sangkar sendiri-sendiri. Dua trotolan ditempel 2-3 master yang memiliki karakter suara ketukan yang lambat seperti rambatan, kinoi dan juga konin. Ketika sudah mulai lepas trotol maka beberapa master dengan ketukan yang lebih cepat mulai ditempelkan seperti platuk, cucak jenggot, kapas tembak, kenari, love bird, cililin dll.
Namun Cok Agung mengaku jarang sekali anakan sampai lepas trotol bertahan di rumah. Karena rata-rata masih kondisi trotolan sudah dipinang penggemar murai batu. Tidak saja di lingkungan Ubud juga daerah lain bahkan tidak sedikit dipinang kicau mania Jawa.

Seperti anakan Road Glade yang sudah berada di beberapa pemain di Bali, terakhir dipinang pemain dari Gianyar yang akhirnya menjadi incaran karena ketika diturunkan di latberan penampilannya bikin peserta terkaget-kaget. ‘’Banyak yang inden dan juga beberapa materi lainnya yang juga mengeluarkan bahan lomba yang menjadi incaran pemain,’’ ungkap Cok Agung.
Tak berlebihan Mahesa BSF sempat disambangi Mr. Prio, sang murai mania nasional yang selalu memberikan pencerahan melalui karya yutubenya. Sayang, Mahesa BSF hanya punya dua anakan yang sudah lepas trotol yang sengaja disimpan untuk dipakai meramaikan kelas murai batu di Bali. Tanpa mengada-ngada, agrobur sempat mendengarkan tembakan cililinnya yang ngeban sampai tujuh kali lanjut disambung dengan kenarian. Ternyata, selain bibit, bobot dan bebet materi indukan juga memerlukan guru master yang mumpuni sehingga anakan yang tumbuh benar-benar sehat secara fisik, memiliki karakter dan juga kaya dengan suara master.
Di tempat terpisah, Mr. Baim mengaku bangga dengan Mahesa BSF yang mampu menelorkan anakan-anakan yang bisa dipakai lomba sehingga penggemar burung atau masyarakat tidak perlu menangkap burung di alam dan cukup memanfaatkan hasil penangkaran. ‘’Inilah yang sesungguhnya haparan saya salama ini sebagai pemain ingin banyak muncul peternak yang andal yang mampu mengalihkan perhatian masyarakat untuk menangkap burung di alam. Selamat buat Mahesa, dan BSF siap mensupport,’’ pungkas Mr. Baim yang juga ketua PBI Cabang Denpasar. (gde)
