Ayam Kontes
Latber Seni Kokok Ayam Hutan Hijau Bangkalan Apahi Regional Madura, Even Perdana Buka Tiga Kelas Sekaligus
Untuk pertama kalinya, APAHI Regional Madura menggelar agenda kegiatan bertema Latber Seni Kokok Ayam Hutan Hijau Regional Madura. Menempati lokasi di Lapangan Desa Jangkar Tanah Merah Bangkalan, Minggu 20 September 2020 acara berlangsung sukses dan lancar.
Tidak kurang dari 29 ayam hutan hijau berhasil memadati arena latber. Angka ini berbeda dengan pendaftar yang masuk secara on line yang mencapai 35 orang. Musa selaku Ketua Pelaksana mengatakan bahwa ada perbedaan jumlah peserta yang terdaftar lewat on line dengan jumlah yang terjadi di arena.
“Ada enam orang yang datang terlambat, acara penjurian sudah dimulai sehingga tidak bisa ikut. Jumlah ini kami anggap tidak bisa masuk daftar peserta dan ada beberapa peserta yang juga kebetulan tidak bisa datang karena ada acara. Jadi acara yang ikut latber kali ini sebanyak 29 ayam,” terang Musa.
Namun demikian jumlah tersebut terbilang bagus mengingat acara ini adalah agenda perdana. “Setidaknya penyelenggaraan acara ini sudah bisa menjadi dasar kami untuk menggelar kegiatan berikutnya, dari sinilah kami bisa evaluasi apa saja yang kurang dan butuh diperbaiki,” lanjut Musa.
Salah satu yang menjadi catatan panitia soal jatuhnya salah satu ayam hutan milik peserta karena kaget dengan aktifitas disekitar lokasi. Musa berharap kejadian ini tidak teulang kembali dan panitia berusaha melakukan langka hebih baik “Tadi sempat ada insiden sangkar jatuh, kedepan kami akan terus melukukan langkah penyelamatan,” lanjut Musa.
Sejak awal panitia berusaha meminimalisir adanya kesalahan yang bakal membuat peserta rugi. Dikatakan oleh Musa bahwa ayam hutan adalah jenis hewan yang memiliki sifat sangat rentan dengan kondisi disekitar. Adaptasi ayam hutan terhadap lingkungan baru seringkali menjadi tantangan tersendiri.
Salah satu yang dilakukan ketika penjurian, para pengadil melakukan dari luar lingkaran sehingga tidak sampai mengganggu kenyamanan ayam hutan itu sendiri. Begitu juga saat dilakukan penjurian untuk kategori exotic, ayam hutan yang diikutkan tetap berada di dalam lapangan dalam kondisi tertutup krodong.
Hanya juri yang dipersilahkan masuk lokasi dengan cara membuka sedikit krodong untuk mengetahui sekaligus menilai keindahan ayam hutan itu sendiri. “Kami tidak ingin mengambil resiko dengan melakukan tindakan yang bisa membuat ayam hutan terganggu, makanya kami selalu berhati-hati,” lanjut Ketua APAHI Regional Madura.
Kondisi ini juga didukung oleh peerta yang berusaha untuk tidak membuat kegaduhan sehingga ayam hutan yang dilatberkan merasa terusik. Mereka para peserta yang berada di luar ring menikmati suasana penjurian. Begitu juga dengan juri, tidak satupun dari mereka yang berada di dalam ring. Semua melakukan tugasnya dari luar.
Dari catatan yang ada, setidaknya panitia sudah makukan hal terbaik dan berhasil mengemas lomba dengan kategori sukses. Keberhasilan kegiatan ini tidak lepas dari dukungan mania ayam hutan hijau dari Madura sendiri, Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Lamongan, Kediri, Bondowoso, Probolinggo, Bali dan beberapa kota lain.
“Sebenarnya kegiatan ini kami gelar khusus untuk peserta dari Madura saja, tapi ternyata banyak rekan-rekan dari luar yang mau ikut dan kami tidak bisa menolak, kami panitia welcome saja dengan kemauan mereka,” lanjut Musa. Setidaknya kehadiran mereka menjadi bukti dukungan dan kekompakan komunitas ayam hutan Indonesia.
Di acara ini juga panitia khusus membuka tiga kelas yang meliputi Kelas Exotic, Kelas Irama dan Kelas Gacor serta Best Of the Best. Menurut Musa ini adalah agenda yang baru pertama kalinya ditampilkan dalam sebuah gelaran even Ayam Hutan yang membuka lebih dari satu kelas.
“Ini baru pertama kali kami membuak tiga kelas sekaligus. Tujuan adalah agar ada banyak pilihan bagi peserta untuk memgiktu kegiatan tersebut, dengan demikian tujuan kami untuk melestarikan dan mengembangkan ayam hutan hijau. Jasa segera terealisasi,” ungkapnya.
Setidaknya dengan cara ini peserta diberikan kebebasan untuk menentukan mana kelas yang cocok untuk ayam hutan miliknya. “Kami ingin agar ayam hutan bisa segera lestari dan banyak yang berburu, sehingga para peternak bersemangat untuk mengembangkan ayam hutan,” imbuhnya.