Puter Pelung
Jokotole Bangkalan Akan Akhiri Jadi Pelomba dan Fokus Meluruskan Kinerja Juri Kotor Yang Merusak Citra Hobi Puter Pelung

Siapa yang tidak kenal dengan sosok satu ini. Dia lebih banyak diam namun sudah berhasil mengoleksi segudang prestasi. Pembawaannya kalem dan tenang, namun jangan sampai mengusik perasaannya jika tidak ingin merasakan balasan yang lebih menyakitkan. Jokotole, nama yang akrab ditelinga komunitas puter pelung tanah air.

Eksistensinya sudah tidak bisa diragukan lagi. Salah satu prestasi yang telah dibukukan dalam dunia hobi puter pelung adalah mendongkrak nama Rama (Sri Rama) puter pelung milik Trisna Wijaya Jakarta tanpa pernah mampu ditumbangkan lawan. Tidak dapat dipungkiri berkat Rama (Sri Rama) dan Jokotole, dunia hobi puter pelung lebih berwarna.
Sebagai pemandu bakat puter pelung berprestasi, nama Jokotole seakan menjadi jaminan akan sukses yang selalu diraihnya. Dari satu lokasi lomba ke lokasi lainnya, dari satu kota ke kota lainnya, nama Rama dan Jokotole seakan melekat menjadi satu kekuatan yang sulit ditaklukkan.
Kemenangan yang selalu dekat dengannya diakui bukan karena faktor KKN yang dilakukan antara dirinya dengan juri. “Selama saya lomba, saya tidak pernah sekalipun mempengaruhi juri agar burung yang saya orbitkan harus menang. Jika memang tampil kurang bagus, saya akan menerima jika harus kalah dengan lawan,” terangnya.

Lebih lanjut dikatakan bahwa ketika burung rawatannya belum siap, maka ia tidak akan memaksakan untuk turun lomba. “Kebetulan saya banyak burung yang siap lomba, jadi jika ada satu yang belum siap, maka saya bawa burung lain yang lebih siap,” imbuhnya. Kebetulan juga puter pelung rawatannya memiliki kualitas di atas rata-rata dan satu sama lain hanya beda tipis secara kualitas.
“Saya berusaha bermain aman dan jujur demi eksistensi hobi puter pelung ke depan. Jika kita saja melakukan kecurangan maka lambat lain hobi akan hancur,” imbuhnya lagi. Kenyataan inilah yang membuat nama Jokotole masih disegani. Namun apalah artinya seorang Jokotole seorang diri jika dibandingkan dengan peran juri yang berada langsung di lapangan.
Keinginannya untuk mengkondisikan lomba puter pelung yang bebas dari intervensi dan bersih secara penilaian, nampaknya jauh dari harapan Jokotole. “Saya masih melihat sampai saat ini masih ada juri yang bermain mata, tidak jujur dan tidak bisa menjalankan amanah sebagai juri yang dipercaya panitia,” ungkapnya.

Ditambahkan olehnya bahwa permainan untuk memenangkan burung milik peserta masih terlihat kental dan tidak bisa ditutup-tutupi lagi. “Selama ini saya masih berusaha untuk menegur juri yang bermain, saya bisikin dia agar bisa jujur dan mau menilai burung apa adanya.
Cara ini saya lakukan agar tidak sampai membuat keributan dan saya berharap cara ini juri tidak sampai malu jika saya protes langsung saat di lapangan,” paparnya. Namun usaha itu ternyata tidak berhasil, masih saja ada juri yang tetap menjalankan upaya kotornya sehingga menciderai arti dari hobi itu sendiri.
“Saya pernah lomba di P4SI dan P5SI. Saya katakan bahwa juri mereka masih ada yang melakukan praktek curang, memenangkan burung milik orang terdekat. Cara ini saya saksikan sendiri,” ungkapnya lagi. Dirinya pernah menegur langsung juri saat acara penjurian usai, awalnya juri tersebut mengelak.

Namun ketika Jokotole mengurai kesalahan dan aksi tidak terpujinya, juri tersebut akhirnya tidak bisa mengelak dan hanya tersenyum. Untuk itulah Jokotole langsung membuat keputusan luar biasa. “Saya memutuskan untuk tidak berlomba lagi, namun masuk menjadi juri. Saya ingin meluruskan kinerja juri langsung dari dalam. Saya ingin P4SI dan juga P5SI memberikan kesempatan saya untuk merealisasikan keinginan saya,” ucapnya.
Keputusan untuk masuk menjadi juri puter pelung akan dia lakukan setelah agenda Liga Perkutut Jawa Timur usai. Sebab dia masih punya tugas untuk mengawal salah satu orbitannya yakni Raja Mongol sampai pada titik akhir diperingkat klasemen akhir. Jika tugas ini selesai, maka ia akan meninggalkan profesi sebagai pelomba dan fokus untuk menjadi pengadil dilapangan sambil meneruskan ternak puter pelung.
“Banyak rekan-rekan yang menyayangkan saya akan berhenti lomba, namun jika saya biarkan kondisi ini maka reputasi hobi puter pelung akan semakin merosot. Sudah saatnya ada perubahan yang lebih baik,” katanya lagi. Sebenarnya ia mengakui ada juri-juri di dua organisasi tersebut yang memiliki kategori sebagai juri bersih dan bagus, namun lambat laun akibat pengaruh orang-orang terdekat yang memiliki kepentingan pribadi, juri yang dimaksud akhirnya berubah haluan.
