Lomba
Ini Yang Membedakan Penjurian Barometer Indonesia Dengan EO Lain

Kehadiran Barometer Indonesia sebagai Agency Tim Divisi Penjurian banyak diapresiasi sejumlah tokoh kicaumania. Ini tampak dari sajian perdananya tatkala tim yang dimotori Ir Wahyu alias Papih Wahyu bertugas dieven Srikandi Cup 2, di Lapangan Cendrawasih, Cengkareng Jakarta Barat, belum lama ini. Mereka mampu menyuguhkan sebuah penilaian yang profesional sebuah penjurian yang mengedepankan transparansi.
Sebagai garda terdepan dalam sebuah lomba, Papih Wahyu menyadari kalau peran juri itu ibarat ujung tombak sebuah kemasan lombanya. Sukses tidaknya sebuah gelaran itu peran tim penjurian utamanya.

Di Barometer Indonesia mekanisme kerja tim memang berbeda dengan sitem even organiser (EO) lainnya. Untuk Peserta 25G, jumlah Juri yang bertugas 4 orang. Dengan sistem penilaian perblok, yakni juri wajib menilai burung dibloknya masing-masing, selama 2 menit. Dengan sistem rotasi searah jarum jam, dari total penilaian selama 10 menit. “Agar penilaian lebih obyektif,” pungkasnya.
Keempat juri yang bertugas itu yang menentukan favorit. Selain keempat juri tadi masih ada 1 juri lagi yang mengintruksikan sebagai komando. Satu juri diluar empat orang tadi berhak menilai tapi tidak masuk hitungan, perannya hanya melengkapi data.

Menurut Papih Wahyu, sistem penjurian disini juga tidak ada Korlap pembisik, ajuan juri langsung dan terbuka, nominasi. Juri diberi kewenangan penuh dalam menilai burung digantangan disesuaikan rotasi blok tadi.
Itu sebabnya, seorang juri di Barometer Indonesia dituntut harus memenuhi kualifikasi yang memadai. Kemampuan komptensi dalam soal skill, moral dan memiliki integritas menjadi prioritas utama.
Meskipun Barometer Indonesia berbasis di Jakarta, namun anggota-anggota tim jurinya dari beragam kota, mewakili masing-masing dari berbagai daerah.

Yang jelas, dengan kehadiran Barometer Indonesia sebagai agency dalam penjurian ini diharapkan bisa memberi warna baru dan perubahan yang lebih baik untuk menciptakan sebuah penilaian yang proesional guna memuaskan para peserta.
Diungkapkannya, keberadaan Barometer untuk memperbaiki kekurangan dan menyempurnakan sistem penilaian yang sudah ada selama ini. Dan untuk soal pakem tetap mengacu pada pakem Pelestari Burung Indonesia (PBI).
Sementara ini, Barometer Indonesia memang masih berperan sebagai Agency semacam jasa penjurian. Meskipun keberadaannya baru seumur jagung, namun jadual agenda tugas dilomba-lomba besar sudah padat sampai akhir tahun ini, tidak hanya di Jabodetabek tapi juga blok tengah dan timur yang menggunakan jasa penjurian Barometer Indonesia. *agrobur4.
