Ayam Kontes
Ian Aditya Gresik : Ayam Buras Waktunya Masuk Arena Kontes Meramaikan Dunia Hobi
AGROBUR Tayang
4 bulan yang lalu:

Eksistensi Ayam Buras selama ini belum sepopuler ayam-ayam lain seperti ayam bekisar, ayam hutan, ayam petarung ataupun ayam pelung. Meski dibeberapa daerah sudah ada penghobi, namun jumlahnya tidak sebanding dengan penghobi ayam lainnya. Ian Aditya, salah satu pelaku Ayam Buras berusaha agar keberadaannya bisa mendapatkan tempat dihati masyarakat.

“Secara kualitas jika dibandingkan hobi lain, ayam buras tidak kalah, baik penampilan ataupun suaranya. Bahkan suara ayam buras lebih bagus dan memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri,” jelas Ian Aditya. Dengan pertimbangan itulan dirinya tidak ragu untuk terus berusaha agar Ayam Buras segera mendapatkan perhatian.
Apalagi jika dilihat penyebaran penghobi Ayam Buras sudah masuk beberapa kota di Indonesia, seperti Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, juga Surabaya, Gresik, Trenggalek, Jogja, Purbalingga, Pekalongan geliatnya juga sudah mulai terasa, begitu juga Bali yang dikenal memiliki suara atau lagu yang khas.

Dikatakan oleh Ian bahwa Bali menyimpan potensi besar untuk mengembangkan Ayam Buras. Keberadaaan Ayam Buras di arena lomba selama ini masih mendompleng atau menjadi pelengkap pada kegiatan Kontes Ayam Bekisar. Artinya Ayam Buras hanya menjadi partai eksebishi atau partai tambahan.
Diharapkan kedepan Ayam Buras menjadi partai yang bisa berdiri sendiri tanpa lagi menjadi kelas pelengkap. Karena yang pasti Ayam Buras sudah memiliki pakem dasar meliputi air suara bersih, memiliki durasi yang cukup. Ayam buras yang bagus bisa memiliki durasi sampai 5 detik atau lebih dan ujung tidak boleh turun.

Sedangkan untuk jenis suara, irama lagu diadu saat di final. Dengan dasar itulah akhirnya Ian mencoba menyusun draf penjurian yang akan dijadikan acuan ketika Ayam Buras benar-benar masuk menjadi peserta dalam gelaran lomba. “Saat ini saya sudah menyusun proposal yang isinya terdiri atas cikal bakal Ayam Buras, draf penjurian, dan beberapa poin penting,” lanjutnya.
Proposal inilah yang nantinya akan dibawa dalam sebuah pembicaraan penting untuk memastikan, bagaimana standar penjurian dan memilih ayam buras sehingga tidak sampai membuat penghobi bingung dalam menentukan klasifikasinya. Dirinya yakin dengan proposal inilah ayam buras nantinya akan menjadi pilihan masyarakat penghobi.

Selama ini ayam buras banyak diminati penghobi ayam bekisar dan ayam hutan, karena keberadaannya sangat bersinggungan dengan hobi tersebut. Ditambahkan oleh bahwa bekisar adalah final stok, sehingga tidak bisa dilanjutkan, sementara ayam buras bisa memiliki peluang untuk dikembangkan.
Apalagi ayam buras dikenal masyarakat sebagai ayam kampung sehingga keberadaannya tidak akan pernah punah. “Ayam buras bisa berasal murni ayam kampung, ada yang silangan beberapa jenis ayam, bisa jadi turunan ayam pelung, ayam ketawa, ayam kekok tapi ketika dilombakan ayam buras tidak boleh melung, ngetawa dan ngekok suaranya memiliki kriteria pakem ayam buras,” ungkap Ian.

Beberapa ayam buras yang saat ini ada, adalah berasal dari kreasi teman-teman dari bisa jadi dikawin pelung, bisa jadi dikawin Bangkok. Tidak bisa menutup kemungkinan ayam buras beasal dari perkawinan dari beberapa ayam yang ada dimasyarakat. Kreasi teman-teman memancing untuk mencetak ayam buras yang terbaik.
Dengan adanya breeder yang berkreasi diharapkan kualitas ayam buras makin panjang irama makinbagus tapi pakem tetap pada pekam yang sudah ditentukan. Pakem tujuan agar berlomba ada tolak ukurannya dan juri ada parameternya. Peluang ayam buras kedepan, kalau sudha trsiar secara nasional, baik melalui perkumpulan off line dan dukungan dari pihak yang memiliki pengaruh.

“Saya harap adanya dukungan dari pembesar-pembesar hobi yakni KH.Ali Badri Surabaya dan Ndoro Acun Hadiwidjojo Yogyakarta karena beliaun-beliau ini yang mampu membantu komunitas kami untuk bisa lebih terangkat kepermukaan,” katanya lagi. Masih menurut Ian, ayam ini bisa diambil daging, telur dan bisa dikonsumsi masyarakat.
Ian yakin ayam buras bisa berkembang dan popular seperti hobi ayam lainnya dengan pertimbangan bahwa masyarakat saat ini butuh hobi yang bisa menghibur dan memberikan manfaat. “Kalau Ayam Bekisar, Ayam Pelung dan ayam-ayam hobi lain bisa, kenapa ayam buras tidak,” Lanjut Ian.
Berita Terkait
Ayam Kontes
Latber Seni Kokok Ayam Hutan Hijau Bangkalan Apahi Regional Madura, Even Perdana Buka Tiga Kelas Sekaligus
Published
4 bulan agoon
20 September 2020
Untuk pertama kalinya, APAHI Regional Madura menggelar agenda kegiatan bertema Latber Seni Kokok Ayam Hutan Hijau Regional Madura. Menempati lokasi di Lapangan Desa Jangkar Tanah Merah Bangkalan, Minggu 20 September 2020 acara berlangsung sukses dan lancar.

Tidak kurang dari 29 ayam hutan hijau berhasil memadati arena latber. Angka ini berbeda dengan pendaftar yang masuk secara on line yang mencapai 35 orang. Musa selaku Ketua Pelaksana mengatakan bahwa ada perbedaan jumlah peserta yang terdaftar lewat on line dengan jumlah yang terjadi di arena.

“Ada enam orang yang datang terlambat, acara penjurian sudah dimulai sehingga tidak bisa ikut. Jumlah ini kami anggap tidak bisa masuk daftar peserta dan ada beberapa peserta yang juga kebetulan tidak bisa datang karena ada acara. Jadi acara yang ikut latber kali ini sebanyak 29 ayam,” terang Musa.

Namun demikian jumlah tersebut terbilang bagus mengingat acara ini adalah agenda perdana. “Setidaknya penyelenggaraan acara ini sudah bisa menjadi dasar kami untuk menggelar kegiatan berikutnya, dari sinilah kami bisa evaluasi apa saja yang kurang dan butuh diperbaiki,” lanjut Musa.

Salah satu yang menjadi catatan panitia soal jatuhnya salah satu ayam hutan milik peserta karena kaget dengan aktifitas disekitar lokasi. Musa berharap kejadian ini tidak teulang kembali dan panitia berusaha melakukan langka hebih baik “Tadi sempat ada insiden sangkar jatuh, kedepan kami akan terus melukukan langkah penyelamatan,” lanjut Musa.
Sejak awal panitia berusaha meminimalisir adanya kesalahan yang bakal membuat peserta rugi. Dikatakan oleh Musa bahwa ayam hutan adalah jenis hewan yang memiliki sifat sangat rentan dengan kondisi disekitar. Adaptasi ayam hutan terhadap lingkungan baru seringkali menjadi tantangan tersendiri.

Salah satu yang dilakukan ketika penjurian, para pengadil melakukan dari luar lingkaran sehingga tidak sampai mengganggu kenyamanan ayam hutan itu sendiri. Begitu juga saat dilakukan penjurian untuk kategori exotic, ayam hutan yang diikutkan tetap berada di dalam lapangan dalam kondisi tertutup krodong.

Hanya juri yang dipersilahkan masuk lokasi dengan cara membuka sedikit krodong untuk mengetahui sekaligus menilai keindahan ayam hutan itu sendiri. “Kami tidak ingin mengambil resiko dengan melakukan tindakan yang bisa membuat ayam hutan terganggu, makanya kami selalu berhati-hati,” lanjut Ketua APAHI Regional Madura.

Kondisi ini juga didukung oleh peerta yang berusaha untuk tidak membuat kegaduhan sehingga ayam hutan yang dilatberkan merasa terusik. Mereka para peserta yang berada di luar ring menikmati suasana penjurian. Begitu juga dengan juri, tidak satupun dari mereka yang berada di dalam ring. Semua melakukan tugasnya dari luar.

Dari catatan yang ada, setidaknya panitia sudah makukan hal terbaik dan berhasil mengemas lomba dengan kategori sukses. Keberhasilan kegiatan ini tidak lepas dari dukungan mania ayam hutan hijau dari Madura sendiri, Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Lamongan, Kediri, Bondowoso, Probolinggo, Bali dan beberapa kota lain.

“Sebenarnya kegiatan ini kami gelar khusus untuk peserta dari Madura saja, tapi ternyata banyak rekan-rekan dari luar yang mau ikut dan kami tidak bisa menolak, kami panitia welcome saja dengan kemauan mereka,” lanjut Musa. Setidaknya kehadiran mereka menjadi bukti dukungan dan kekompakan komunitas ayam hutan Indonesia.

Di acara ini juga panitia khusus membuka tiga kelas yang meliputi Kelas Exotic, Kelas Irama dan Kelas Gacor serta Best Of the Best. Menurut Musa ini adalah agenda yang baru pertama kalinya ditampilkan dalam sebuah gelaran even Ayam Hutan yang membuka lebih dari satu kelas.

“Ini baru pertama kali kami membuak tiga kelas sekaligus. Tujuan adalah agar ada banyak pilihan bagi peserta untuk memgiktu kegiatan tersebut, dengan demikian tujuan kami untuk melestarikan dan mengembangkan ayam hutan hijau. Jasa segera terealisasi,” ungkapnya.

Setidaknya dengan cara ini peserta diberikan kebebasan untuk menentukan mana kelas yang cocok untuk ayam hutan miliknya. “Kami ingin agar ayam hutan bisa segera lestari dan banyak yang berburu, sehingga para peternak bersemangat untuk mengembangkan ayam hutan,” imbuhnya.

Ayam Kontes
Kontes Ayam Nusantara “Chicken Boxing” Jember: Ajang Murni Untuk Mencari Prestasi, Bukan Melegalkan Judi
Published
1 tahun agoon
2 Oktober 2019
Sejak resmi diproklamirkan sekitar setahun lalu, Perkumpulan Penghobi Ayam Kontes Nusantara (PPAKN) DPC Jember. Organisasi yang murni untuk mencari prestasi ayam, bukan melegalkan judi dan juga sudah punya regulasi jelas. Bahkan sudah mendapat restu dari berbagai pihak terkait, seperti SK Kemenkumham, ijin Kepolisan (dari pusat sampai daerah) juga sudah dikantongi.

Dengan dikomandani langsung oleh Hendro sebagai ketua, serta dibantu oleh Oky Wijaya selaku promotor kegiatan. DPC PPAKN Jember, selain terus mengepakkan sayapnya dengan membentuk sub. organisasi ini sampai ke pelosok wilayah Jember. Agenda kontes untuk mencari talenta-talenta ayam berperstasi juga terus dan sering dilakukan.

Seperti pada hari Sabtu dan Minggu, 28-29 September 2019 kemarin. Kontes Ayam Nusantara bertajuk “Chicken Boxing Day-4”, ramai digelar di Base Camp Ninja Farm (NJF), Pecoro Jember. Dan menurut Oky, kegiatan ayam kontes ini sudah yang ke empat kalinya.

“Betul, ini sudah yang keempat. Dan alhamdulillah, meski kontes ini hanya lokalan, tapi banyak penghobi dari luar kota yang hadir. Karena tujuan kita jelas, selain ingin melestarikan budaya nenek moyang. Kontes ini juga sabagai ajang untuk mencari prestasi, karena ada kontes nasional yang diselenggarakan oleh PPAKN Pusat,” tutur Oky, saat memandu acara kemarin.

Hal senada juga disampaikan oleh Candra, salah pengurus dari PPAKN Jawa Timur yang kebetulan hadir bersama tim dari Surabaya. Ia juga menjelaskan, dengan adanya wadah bagi penghobi sejati ayam kontes ini. Mereka tambah mantab dan senang serta tidak kuwatir lagi untuk melagakan jagonya.

“Jadi dengan adanya wadah ini, kita bisa menyalurkan hobi ayam lebih tertata. Apalagi regulasinya sudah jelas, yang murni untuk mencari prestasi bukan judi. Karena kontes ayam ini adalah seni bertarung yang enak ditonton seperti hal petinju. Dan aturan mainnya juga nyaris sama, lebih memperhatikan keselamatan dari ayam itu sendiri,” terang Candra.

Dan dengan adanya wadah ini, sambung Candra. Selain mereka tidak lagi liar untuk menjalurkan hobinya. Juga akan merasang para peternak untuk lebih giat lagi menelorkan ayam-ayam laga berkulitas. “Apalagi kalau sudah sering menang kontes, tentu nilai ekonominya jauh lebih bagus dari ayam biasa.” tambah Candra.

Begitu juga yang dituturkan oleh Hendro, ketua PPAKN DPC Jember yang kemarin sempat hadir ditengah-tengah penghobi. Ia pun mengaku siap, untuk membawa organisasi hobi ini kedepan lebih baik dan lebih semarak lagi. Serta ingin membangun image positif di masyarakat luas, bahwa hobi ayam kontes ini tidak sama dengan judi ayam.

“Betul, setelah mempelajari regulasi dari PPAKN, saya pun langsung siap saat dipercaya oleh teman-teman untuk menjadi ketua. Namun dengan syarat, selama saya dipercaya jangan ada yang main-main atau taruhan/judi saat laga kontes berlangsung. Kalau sampai ketahuan atau ada yang lapor, detik itu juga saya lebih baik keluar dari organisasi ini,” tegas Hendro.

Dan ia akan mendorong para peternak, untuk lebih serius lagi mengelola farm ayam kontesnya. Pasalnya, jika hobi ayam kontes nanti ini betul-betul booming atau ramai. Dan banyak penghobi mencari bibit-bibit ayam kontes, jelas yang untung para peternak itu sendiri.

“Ya itu yang saya harapkan, peternak harus sudah mulai serius menyiapkan kandang-kandangnya. Karena perkembangan ayam kontes ini mulai kelihatan ramai. Cari indukan yang kualitas untuk disilangkan, agar hasilnya juga punya kualitas bagus. Kalau anak ayamnya nanti banyak yang minat, siapa senang, tentu peternak itu sendiri,” kata Hendro.

Sementara dua hari kontes ayam nusantara “Chicken Boxing” kemarin. Rupanya bukan hanya diikuti oleh peserta dari lokal Jember dan sekitarnya saja. Tapi beberapa peserta dari luar kota, seperti Surabaya, Lumajang dan Banyuwangi juga hadir. Mereka turun dengan mengusung jago-jago terbaiknya.

Ada beberapa kategori/kelas yang dipertandingan, yaitu kelas Perorangan, kelas Rumbel dan kelas Platinum. Untuk kelas Perorangan, hanya dibuka satu kali. Namun untuk kelas Rumbel dan kelas Platinum, dibuka lebih dari satu kali. Ada kelas Rambul A, B, C dan seterusnya. Kelas Platinum juga begitu, ada kelas Platinum A, B, C dan seterusnya.

Dan semua itu aturan mainnya sesuai dengan regulasi yang sudah ditetapkan oleh PPAKN Pusat. Selain dilarang keras berjudi, penentuan lawan dari semua kelas tersebut, disesuaikan dari bobot ayam/jago yang akan bertanding, bukan dari umur maupun seringnya juara. Dan regulasi yang dipakai, bobot 2,4 kg, 2,6 kg, 2,8 kg, 3,0 kg, 3,2 kg, 3,4 kg, 3,6 kg.

Kemudian regulasi nilai pukulan yang dicatat oleh juri ada dua poin. Poin pertama pukulan yang hanya mendapat nilai 1 dan poin kedua, pukulan yang mendapat nilai 5 (jileng/mutlak). Seperti yang dijelaskan oleh Rifai, salah satu juri sudah bersertifikat. Untuk nilai 1, jika pukulan (kaki) bersih mengenai badan, leher maupun kepala dari lawan.

Sedangkan untuk poin 5, jika pukulan (kaki) bersih mengenai lawan dimanapun yang terkena. Dan pukulan tersebut berdampak pada lawannya, seperti lawannya jadi linglung, diam atau lari sebentar atau dampak lainnya. Tapi kemudian masih sanggup bertarung lagi, maka nilai mutlak 5 diberikan pada si pemukul.

“Betul, nilai 5 itu nilai pukulan tertinggi. Makanya juri harus benar-benar paham untuk memberi nilai, baik nilai 1 maupun nilai 5. Karena kadang ada pukulan yang sepertinya masuk, karena dibarengi dengan bunyi keras. Dan ternyata, bunyi itu bukan dari kaki yang mengenai lawan, tapi benturan antar sayapnya yang bunyi,” terang Rifai.

Dan yang paling penting sebelum kedua jago/ayam itu ditandingkan/ditarungkan, sambung Rifai. Jalu/taji dari kaki kedua ayam tersebut harus diamankan terlebih dulu, dengan cara dibungkus pakai sarung pengaman, warna merah atau biru yang sudah disediakan oleh panitia. Biar keselamatan masing-masing jago betul-betul terjaga.

Setelah dirasa aman, baru kedunya pun langsung ditarungkan di ring atau arena yang sudah disiapkan. Dimana setiap ring/arena ada 1 orang wasit dan 2 sampai 3 orang juri penilai. Regulasi waktunya pun sudah diatur, cukup 20 menit setiap kali pertandingan/ronde. Dan dari waktu tersebut, jago/ayam yang berhasil mengumpulkan total nilai teringgi, itulah pemenangnya.

“Ya kalau kelas perorangan, cukup satu ronde langsung ditotal nilai pukulannya. Namun untuk kelas rumbel dan platinum, tergantung kesepakatan dari masing-masing pemilik. Mau berapa ronde, 2 atau 3 ronde, baru ditotal nilainya dengan istirahat 5 menit per ronde. Tapi saat pertarungan ada ayam yang perlu diselamatkan, karena kena pukulan bertubi-tubi. Atau fisiknya ada yang luka cukup parah atau sudah tak mampu tarung lagi. Maka wasit berhak untuk menyudahi pertarungan tersebut,” jelas Rifai.

Dengan regulasi itulah, banyak penghobi ayam sejati yang memilih masuk di PPAKN. Karena selain aturan mainnya benar-benar ketat dan jelas, hasil pemenangnya juga sangat fair play dan nyata tanpa ada rekayasa. Dari ini juga, panitia diberi kebebasan untuk ikut menurunkan jago/ayamnya. Karena rata-rata mereka juga penghobi sejati ayam kontes.

Dari hasil pertarungan “Chiken Boxing” di hari sabtu, jago-jago milik tim maupun perorangan tuan rumah Jember, banyak yang berhasil menjadi pemenangnya. Namun untuk hari minggunya, giliran jago-jago milik peserta dari Lumajang, yang mampu memboyong banyak tropy kemenangan.

“Saya atasnama panitia dan tim juri yang bertugas serta mewakili NJF, selaku pemilik base camp atau arena. Mengucapkan terima kasih atas kehadiran para peserta, khusunya yang dari luar kota. Dan tak lupa, kami juga mohon ma’af, jika masih banyak kekurangan di sana sini. Dan PPAKN Jember bakal menggelar kontes lebih besar, tunggu info selanjutnya hanya di media ini,” pungkas Oky. *agrobur2.
Ayam Kontes
Jay Kaliungu Farm (JKF): Sukses Kembangkan Ayam Kontes Trah Peru
Published
2 tahun agoon
12 Juli 2019
Baru beberapa tahun membangun kandang di bilangan Jalan Blimbing Gang D nomor 6 Denpasar, perkembangannya demikian pesat. Pasarnya kini tidak saja masyarakat local Bali tetapi juga merambah sampai ke luar pulau. Trah betet Peru menjadi daya tarik dari Jay Kaliungu Farm yang dikelola Putu Wijaya.

Sejak puluhan ayam betet jenis Peru didatangkan langsung dari Negara Amerika Latin, peminat trah Peru begitu tinggi. Pasalnya jenis ayam betet Peru ini memiliki keunggulan dari jenis-jenis betet yang pernah masuk ke Indonesia. Menurut De Pondil, mekanik JKF, jenis Peru memiliki size bodi yang besar. Bahkan jenis Carmelo diakui memiliki size terbesar di Asia mencapai 7 kg. Keunggulan utamanya adalah pukulan lebih keras dan cepat plus jago menghindar dengan warna bulu yang lebih klasik. Umumnya abu-abu kemerahan.

Beberapa jenis Peru yang kini menjadi materi JKF di antaranya Peru Vian Carmelo Navajero, Peru Vian Grey, Peru Vian Black Canette, Peru Vian Brown Reed, Peru Vian Bolicos, Peru Vian Dertidom dan America Spangel. Jenis Carmelo Navajero termahal di kisaran 100 juta seekor jantan. Selain itu juga menggunakan jenis Filipina seperti Switter, Dom, Nicleine, White Kelso, Reed Kelso, White Gold, dan Melsim yang cenderung size bodi kecil tetapi memiliki kelebihan kecepatan pukulan.

Untuk menghasilkan anakan yang berkualitas, JKF melakukan peur antar-Peru dan juga crossing antara Peru dengan Filipina. Hasil peur Peru biasanya untuk materi kandang sedangkan hasil silangan digunakan untuk petarung. Rata-rata hasil silangan Peru dengan Filipina (switter) cenderung ganas dalam menyerang dan memiliki kecepatan pukulan yang tinggi. Rata-rata hasil crossing cenderung ikut Peru. Untuk meningkatkan produksi JKF memilih kawin sodok dan boks pengeraman.

Petarung crossing inilah setelah umur 7 bulanan mulai dimasukkan ke dalam umbaran dan diselang seling selama sepekan di kandang patok, sampai ayam siap diadu. Memasuki dua pecan akan diadu, ayam dimasukkan ke boks pengipingan. Pagi keluar sebentar sambil dijemur dan diberi makan lalu dimasukkan ke boks. Sore kembali dibuka untuk diberi makan dan vitamin dan kembali dimasukkan. Treatmen ini dilakukan dua minggu dan jelang H-1, ayam diberikan dooping dengan jalan disuntik. Taji atau senjata yang cocok untuk jenis ini yakni taji sangket model Jakarta.

Pasca diadu, luka segera dibersihkan lanjut diberikan obat merah cina serta ayam diberikan antibiotic. Ayam tidak boleh dijemur selama masih luka. Umur dua minggu luka kembali dibersihkan dan kembali diberikan antibiotic tiga hari berturut-turut. Jika luka ringan, De Pondil menandaskan selama satu bulan sudah bisa diadu kembali. Namun jika luka parah di bagian kaki dan paha cenderung agak lama.

Karena jenis crossing JKF seringkali memenangkan turnamen, maka tidak saja pemain Bali yang mengambil petarung di sini juga banyak pemain dari luar daerah seperti Gorontalo, Kupang dan Kendari. *agrobur3
Paling Banyak Dibaca
- Dapid Lovebird Sidoarjo, Lengkapi Kiosnya Dengan Berbagai Jenis Sangkar - 29.153 views
- Pusat Grosir Burung Dapit Lovebird Sidoarjo : Tempat Baru Makin Lengkap, Lebih Besar, Luas Dan Juga Nyaman - 27.038 views
- Dapit Lovebird Sidoarjo Makin Lengkap Dengan Berbagai Jenis Burung Kicauan Di Kioasnya - 25.584 views
- Dapid Lovebird Sidoarjo Jawa Timur: Datangkan Kenari, Perkutut dan Aneka Jenis Jalak - 9.146 views
- Keluarga Perawat Perkutut, Bersaing Orbitkan Burung Berbeda Namun Tetap Kompak Saling Support - 5.991 views
- Mau Dapat Perkutut Berkualitas Harga Terjangkau, WKP Bird Farm Sidoarjo Tempatnya, Boleh Dibuktikan - 5.382 views
- Pandawa Lima BF Depok, Spesialis Menangkar Murai Batu Eksotis dan Ekor Panjang Endemik Indonesia - 5.215 views
- Banyaknya Bookingan, JBM BF Malang Bakal Bangun 100 Kandang Lagi - 4.653 views