Merpati
Henry Tjioe GFT Racing Pigeon Banjarmasin, Datangkan Merpati Pos Trah Jawara Asal Belgia, Kuwait, Irlandia, Amerika, Jerman dan Belanda
Perkembangan hobi merpati pos di Banjarmasin terasa begitu luar biasa. Kegiatan demi kegiatan seakan menjadi rutinitas yang tidak pernah terlewatkan. Banjarmasin kini menjadi satu diantara daerah yang memiliki jadwal padat dalam menggelar aktifitas hobi milik komunitas merpati pos.
Kegiatan tersebut semakin menggila karena ada organisasi bernama POMS WASAKA yang mewadahi mereka untuk menyalurkan hobinya. Lewat organisasi tersebut, masyarakat mampu membangun kebersamaan hobi dalam satu ikatan. POMS WASAKA sendiri memiliki agenda yang sudah tersusun rapi, mulai dari level lokalan sampai nasional.
Kondisi inilah yang semakin memacu semangat komunitas untuk bisa eksis menekuni hobi dan berharap bisa mencetak prestasi apik dalam setiap gelaran yang mereka ikuti. Semakin tinggi prrstasi yang di dapat maka akan menentukan level suara penghobi. Apalagi persaingan perebutan posisi terdepan dalam setiap lomba, semakin sengit.
Kenyataan itulah yang akhirnya membuat Henry Tjioe mencari jalan yang dianggap pas untuk bisa bersaing menjadi yang terbaik. Mendatangkan indukan berkualitas, harus segera dilakukan agar tidak sampai ketiggalan dengan yang lain. Tidak mau setengah-setengah dalam menekuni hobi, Henry Tjioe langsung menghadirkan indukan import.
Adapun Merpati Pos yang dihadirkan berasal dari Belgia, Kuwait, Irlandia, Amerika, Jerman dan Belanda. “Memang benar saya sengaja membeli Merpati Pos dari berbagai Negara yang sudah memiliki reputasi sebagai pencetak dan pengorbit Merpati Pos dunia,” terang pemilik GFT Racing Pigeon Banjarmasin.
Terbayang sudah berapa rupiah yang harus dikeluarkan Henry Tjioe untuk bisa mendapatkan Merpati Pos yang mengalir trah jawara. Kabarnya untuk mendapatkan merpati import, Henry harus mengeluarkan kocek cukup dalam, mencapai angka puluhan juta. “Saya beli import termahal dari Belgia sekitar Rp 50 juta,” sambungnya.
Ada juga harga yang dibawah nominal tersebut, bergantung dari kualitas dan prestasi yang sudah pernah diraih oleh burung tersebut. Saat ini Henry sudah memiliki 17 ekor merpati pos import dan langsung dikembangkan untuk menjadi awal perkembangan merpati pos trah luar yang akan mewarnai hobi di Banjarmasin.
“Sebenarnya alasan saya membeli merpati pos import,bukan semata-mata untuk meraih prestasi bagus demi saya pribadi. Tujuan lain adalah agar kualitas merpati pos di Indonesia, terutama sekali di Banjarmasin bisa semakin memacu semangat penghobi agar mampu bersaing dan lebih eksis dalam menekuni hobi,” ungkap Henry.
Setidaknya dengan hadirnya merpati pos dari berbagai negara yang sudah memiliki nama besar, perkembangan hobi merpati pos di Indonesia akan terkena imbasnya. Karena yang pasti Henry Tjioe akan mengembangkan merpati-merpati tersebut sebagai indukan yang nantinya akan melahirkan jawara baru.
“Alasan saya beli merpati pos asli dari Belgia, untuk memotivasi bikin stren/trah sendiri, sehingga nantinya akan berefek pada yang lain. Mereka juga bisa mendapatkan dan memiliki trah jawara untuk dikembangkan seperti apa yang saya lakukan selama ini,” urai Wakil Ketua POMS WASAKA Banjarmasin.
Henry Tjioe mengakui akan memberikan kesempatan kepada siapapun yang ingin turut mengembangkan trah jawara import. “Saya seringkali mengajak rekan-rekan yang belum memiliki merpati pos trah import dan ingin mengembangkan atau ternak, silahkan datang ketempat saya. Akan saya kasih untuk dikembangkan,” sambung pria kelahiran Surabaya.
Sejak menyatakan masuk menjadi bagian dalam komunitas penghobi, peternak dan pelomba merpati pos, Henry Tjioe mengaku sudah menghabiskan anggaran setengah milyar. Lebih lanjut disampaikan bahwa ketika sudah menekuni sebuah hobi, Henry Tjioe tidak mau setengah-setengah.
Pengalaman telah mengajarkan banyak tentang sebuah keputusan ketika akan menekuni sebuah hobi. Awal menekuni hobi merpati pos, Henry mengaku keracunan oleh rekan-rekannya, sehingga harus masuk dalam komunitas tersebut. Saat pertama kali menjadi penghobi merpati pos, Henry mengaku senang dengan agenda latihan yang dilalui.
Kala itu latihan hanya menempuh jarak 40 km, selanjutnya latihan ditingkatkan menjadi 150 km. Saat itulah semangatnya semakin tak terkendali. Dalam kondisi semangat yang luar biasa, merpati pos andalannya hilang tak kembali. Muncul pertanyaan kenapa hal tersebut bisa sampai terjadi.
Akhirnya terjawab bahwa karena alasan beli murah, maka merpati pos miliknya tidak bisa bersamanya lagi dan memilih untuk terbang mencari lokasi lain. Sejak saat itulah Henry kemudian memilih untuk melakukan terobosan, memilih merpati pos dengan bandrol lebih bagus dengan alasan lebih menjanjikan.