Perkutut
H.Djainuri Sultan Surabaya, Kelangkaan Milet Harus Disikapi Oleh Organisasi

Kelangkaan milet yang terjadi dipasaran, sempat membuat beberapa kung mania meradang. Tidak dapat dipungkiri, milet memiliki peran vital bagi mereka untuk terus menunjang kehidupan perkutut peliharaannya. Milet menjadi sebuah kebutuhan utama disamping jenis pakan lainnya.

Ketika milet, menghilang dipasaran, tentunya mereka tidak bisa tenang apalagi sampai diam. Karena milet merupakan kebutuhan vital dan mendesak bagi komunitas perkutut yang ada di Indonesiia. H.Djainuri, pemilik Sultan Bird Farm Surabaya mengakui bahwa menghilangnya milet sangat memberikan efek luar biasa pada keberadaan hobi perkutut tanah air.
“Ini menyangkut masalah hobi, saya lihat dari teman-teman antusias sekali dalam menekuni hobi perkutut, mereka kepengen memuaskan dari pada keinginan sebagai pecinta perkutut, apapun dilakukan demi melancarkan dan merealisasikan keinginan tersebut,” terang H.Djainuri mengawali obrolan.

Kenyataan itulah yang membuat pasar ekonomi melihat bahwa perkutut pakannya milet. Milet seakan menjadi kebutuhan yang tidak bisa dikesampingkan. Namun ketika milet menjadi barang langkah diimbangi dengan kenaikan harga yang luar biasa, maka hal ini memicu permasalah baru.
Kenaikan harga milet, tidak dalam batas kewajaran namun perubahannya sangat signifikan. “Saya hanya menyampaikan bahwa kita kan punya komunitas dari pada perkutut Indonesia, sekali-kali dari pengurus mulai menanyakan kepada Menperindag mengapa milet sampai langkah dan harganya sampai melambung seperti ini,” imbuh H.Djainuri.

Bagi mereka yang memiliki perkutut dalam jumlah kecil, mungkin tidak seberapa berdampak, tetapi mereka yang memiliki perkutut dalam jumlah besar, ratusan sampai ribuan, maka hal ini sangat terasa sekali dengan adanya kelangkaan milet. Apalagi jika melihat harga yang melambung tinggi.
“Pentingnya kita memiliki komunitas adalah tujuannya itu, bukan hanya sebagai organisasi biasa. kesulitan-kesulitan seperti ini, mungkin tetap akan kita beli meski harganya melambung tinggi, tetapi kan bukan itu persoalannya. Ketika milet menjadi barang laris manis, lalu ada upaya untuk mempermainkannya,” kata Penasehat Pengwil P3SI Jawa Timur.
Untuk itulah lanjut H.Djainuri harus ada yang memulai, misalnya dengan cara protes, bisa ke YKLI atau Memperindag. Kita tanya mengapa sampai langkah dan harganya melambung tinggi. Tidak mungkin kita hanya diam saja, dan memberikan makanan jenis lain pada perkutut, karena yang pasti perkutut tidak akan mau dan kalaupun mau, itu sangat tidak sesuai dengan menu pakan yang sebenarnya.

“Saran saya, kita memiliki komunitas, maka organsiasi harus gerak. Organisasi jangan hanya fokus pada perkembangan hobi perkutut, tetapi juga harus peka dengan kondisi yang saat ini terjadi. Saya lihat perkembangan hobi perkutut saat ini luar biasa, tidak hanya terfokus disalah satu daerah saja, tetapi sudah menyeluruh di Indonesia,” imbuhnya.
Aksi mempertanyakan kelangkaan milet ini memang harus dilakukan oleh kelompok atau organisasi. “Saya kira kalau secara individu kita mempertanyakan kelangkaan milet dan melambungnya harga milet, maka tidak akan ada artinya, maka organisasi yang memiliki otoritas selayaknya harus melakukan aksi nyata untuk membantu para komunitas yang saat ini sedang mengalami kondisi tidak menentu,” katanya lagi.
