Perkutut
H.Djainuri Sultan Surabaya : Agenda Padat LPJT dan LPI Kurangi Greget dan Gengsi
Rencana penghapusan Liga Perkutut Jawa Timur (LPJT) 2019, nampaknya masih terjadi pro dan kontra. Ada yang mendukung ada pula yang tidak mendukung. Meski sinyal penghapusan semakin mengkuat, namun belum ada keputusan final, apakah LPJT benar-benar resmi dihapus dari program Pengwil P3SI Jawa Timur atau dibatalkan.
Keputusan final akan menunggu hasil Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) yang akan dilaksanakan pada Minggu, 19 Januari 2020 usai pelaksanaan Lomba Bupati Cup Bangkalan. Kabar adanya penghapusan LPJT nampaknya mendapatkan perhatian dari H.Djainuri, penasehat Pengwil P3SI Jawa Timur.
“Saya sepakat dengan penghapusan Liga Perkutut Jawa Timur untuk tahun 2019, karena booming hobi perkutut yang terjadi di daerah-daerah sudah tidak karu-karuan,” tegas pemilik Sultan BF Surabaya. Geliat hobi perkutut di daerah-daerah paling bawah, mulai terasa dan terlihat luar biasa.
Menurut H.Djainuri, jika LPJT dibiarkan maka akan mengorbankan daerah dibawah, karena gerak mereka akan terbatas. “Saat ini di daerah banyak sekali kegiatan, yang perlu diperhatikan adalah pengaturan jadwal sehingga daerah tersebut bisa berkembang pesat,” imbuhnya.
H.Djainuri menambahkan bahwa kegiatan seperti level LPJT atau apapun itu namanya tetap dibutuhkan. Hal ini sebagai bentuk apresiasi dan eksistensi hobi perkutut yang ada di Jawa Timur, namun pelaksanaannya yang harus diatur. Semisal, peserta LPJT harus sudah melalui seleksi ditingkat daerahnya masing-masing.
Hanya mereka yang memiliki prestasi bagus digelaran daerah yang boleh mengikuti even LPJT untuk mewakili daerahnya. Sehingga mereka yang maju ke LPJT memiliki rasa bangga karena mewakili daerah. “Seharusnya LPJT menjadi wadah bagi kung mania di Jawa Timur untuk menunjukkan gengsinya. Mereka mewakili tiap daerah untuk bersaing memperebutkan prestasi terbaik dari yang terbaik,” tambahnya.
Dan LPJT itu sendiri tidak perlu terselenggara di tiap daerah. “Kalau mau dibuat lomba selevel LPJT dalam satu tahun, cukup diagendakan empat daerah yang ditunjuk, semisal Madura, Surabaya, Banyuwangi dan Madiun. Daerah ini sudah mewakili tiap blok yang ada di Jawa Timur,” katanya lagi.
Sebaliknya kalau digelar rutin tiap bulan, memungkinkan peserta kurang di beberapa daerah yang minim penghobi. Kalau daerah yang memiliki jumlah penghobi besar dan banyak, mungkin tidak ada masalah, namun harus dipikirkan juga daerah yang minim mania, peserta pasti akan berpengaruh juga pada jumlah yang hadir.
“Seharusnya diciptakan kondisi bahwa ketika peserta mengikuti LPJT ada semangat dan kebanggaan yang dibawa karena mewakili daerah asalnya. Mereka benar-benar punya harapan, tapi kondisi sekarang, ikut LPJT karena ada uang sehingga bisa berangkat ke arena lomba meski sebenarnya kualitas burung dan prestasi belum teruji,” ungkapnya.
H.Djainuri juga menyinggung soal even Liga Perkutut Indonesia. “Lomba LPI saya kira tidak perlu terlalu banyak, sehingga selalu dirindukan peserta. LPI cukup digelar pada empat wilayah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan luar Jawa, soal penentuan di kota mana, bisa dibicarakan bersama,” harapnya.
Jangan terkesan membuat lomba terlalu sering tapi tidak dirindukan. “Lomba perkutut di tingkat pusat tidak perlu terlalu banyak, karena saya lihat selama ini tidak ada peningkatan karena terlalu sering, sebaliknya yang diperbanyak adalah di daerah atau bawah. Masak juara lomba nasional terjadi hampir tiap bulan, gengsinya kurang greget,” terang H.Djainuri mengakhi obrolan.