Connect with us

Perkutut

H.Djainuri Sultan Bird Farm Surabaya : Ini Loh Solusi Tepat Memaksimalkan Kinerja Juri

KONBUR Tayang

:

Juri yang selalu menjadi pihak bersalah ketika ada protes di arena lomba, mendapat perhatian dari H.Djainuri Sultan Bird Farm Surabaya. “Jangan selalu menyalahkan juri, kita harus mencarikan solusi yang tepat sehingga juri tidak selamanya jadi sasaran protes,” jelas Penasehat Pengwil P3SI Jawa Timur.

H.Djainuri pemilik Sultan Bird Farm Surabaya

Ibarat sebuah perangkat komputer dengan kemampuan terbatas namun dipaksakan untuk mengerjakan tugas pada tingkat diatasnya, maka akan menemui kendala, kadang lemot bahkan bisa menimbulkan eror. Begitu juga dengan juri yang memiliki kemampuan terbatas dan itu tidak bisa dipaksakan.

“Juri juga manusia yang memiliki kemampuan terbatas dan tidak bisa dipaksakan, jika itu tetap dilakukan maka hasilnya juga tidak akan menemui kepuasan, pasti ada kekurangan dan ketidaksempurnaan,” lanjut pemilik Sultan Bird Farm Surabaya. Apalagi jika juri yang bersangkutan kebetulan punya problem.

Semisal terganggu dengan urusan rumah tangga atau urusan pekerjaan, maka jangan berharap juri bisa bekerja dengan kemampuan yang seharusnya. Mungkin dihadapan kita semua, juri bisa bersikap tidak ada apa-apa, namun ketika berada di lapangan, saat itulah akan terlihat apakah juri dalam kondisi baik atau sebaliknya.

Untuk itulah solusi yang bisa dilakukan adalah melakukan perubahan. “Perubahan yang saya maksudkan bukan merubah orangnya namun merubah sistem yang ada sehingga tidak lagi menjadi kendala untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan berkualitas,” ungkap H.Djainuri.

Berikan Solusi tepat memaksimalkan kinerja juri

Harus ada inovasi yang berani agar masalah ini tidak berlarut-larut. Solusi yang bisa diberikan dalam meminimalisir kesalahan juri dalam menjalankan tugas adalah dengan mengurangi jumlah kerekan dan gantangan. Jika selama ini jumlah kerekan sebanyak 42 untuk kerekan dan 50 gantangan bahkan bisa lebih, maka sudah saatnya berubah.

Jumlah tersebut harus dikurangi, semisal menjadi 36. Dengan demikian maka tugas juri akan semakin ringan karena tidak banyak burung yang harus dipantau. Selama ini H.Djainuri menilai bahwa bukan juri tidak mau memantau burung yang ada sehingga peserta merasa burungnya tidak terpantau.

Tetapi kemampuan juri memang terbatas. Bagaimana mungkin juri akan memantau 42 burung jika kemampuannya hanya memantau jumlah di bawah angka tersebut. Dipaksa bagaimanapun, hasilnya juga tidak akan bagus. Karena yang pasti semua peserta berharap burungnya bisa terpantau.

Mengurangi jumlah kerekan dan gantangan menjadi 36 memang dianggap akan memberikan tambahan beban bagi penyelenggara. “Sekarang kita pilih, mau lomba yang berkualitas namun beban bertambah atau mau lomba beban berkurang namun tidak berkualitas,” lontar H.Djainuri.

Masih menurut pemilik Sultan Bird Farm Surabaya ini, sudah saatnya penyelenggara jangan selalu berorientasi bisnis, mencari untung dengan mengadakan lomba, namun mengabaikan arti sesungguhnya dari lomba itu sendiri. Kalaupun penyelenggara ingin mendapatkan untung, maka jangan terlalu banyak jumlahnya.

H.Djainuri menawarkan pilihan lomba berkualitas apa kuantitas

Agar penyelenggara tidak terlalu berat beban yang harus ditanggung, bisa mengurangi hadiah doorprize dan mengalokasikan untuk kebutuhan yang lain. “Hobi perkutut itu mahal, maka jangan sekali-kali menjadikan hobi hanya sekedar cari untung, namun mengabaikan kualitasnya, kalau mau ambil untung, ya jangan banyak-banyak,” lanjut H.Djainuri lagi.

Jika sistem ini bisa direalisasikan, tinggal bagaimana mengkondisikan juri agar bisa benar-benar fair. Kita bisa menuntut juri untuk lebih maksimal dalam memantau burung milik peserta. saatnya peserta menerima dan mendapatkan hak yang sama agar burung miliknya mendapatkan pantauan yang benar.

Menurut H.Djainuri sistem ini akan diujicobakan dalam Latber Sultan Bird Farm Surabaya Minggu 22 November 2020. “Saya sudah koordinasi dengan panitia latber Sultan Bird Farm Surabaya bahwa jumlah blok maksimal 36, baik di Kelas Dewasa ataupun Kelas Piyik Hanging,” janji H.Djainuri.

Dalam gelaran yang akan menggunakan lapangan Pengda P3SI Surabaya di Jalan kenjeran, juri tidak bisa lagi mengelak, ketika peserta merasa burung miliknya tidak terpantau. Tidak ada lagi alasan bagi juri hanya memantau burung milik “orang penting” dan mengabaikan yang lain.

Copyright © 2022 Media Agrobur. All Right Reserved.