Perkutut
H.Cholil HDL BF Gresik Ikhlaskan Delapan Indukan Kandang Ternak Diborong Hendrik Unirace Surabaya, Ring Mizan 1274 Juga Jadi Sasaran
Come back-nya Hendrik Unirace ke dunia hobi burung perkutut, nampaknya membawa berkah bagi beberapa kung mania. Sejak menyatakan kembali, pemain lawas ini langsung berburu perkutut kelas lomba dan juga materi indukan kandang ternak. Salah satu kung mania yang terkena imbas kembalinya Hendrik Unirace adalah H.Cholil HDL BF.
Beberapa waktu lalu markas HDL Bird Farm yang berada di Dusun Tlogo Bedah Menganti Gresik kedatangan tamu besar yakni Hendrik Unirace. Kehadirannya langsung mengobrak abrik kandang HDL Bird Farm. Dua hari bolak balik ke markas HDL Bird Farm, Hendrik Unirace hanya untuk mencari perkutut incarannya.
Misi Hendrik akhirnya terealisasi dan berhasil membuat H.Cholil tak berdaya ketika Hendrik meminta delapan indukan kandang ternak HDL Bird Farm untuk dibawa pulang. “Wah saya sempat kaget ketika Pak Hendrik Unirace bilang mau jebol kandang ternak saya, tidak main-main jumlahnya langsung delapan pasang,” terang H.Cholil.
Hendrik sendiri mengaku tak bisa menahan keinginan untuk memiliki indukan yang ada di kandang ternak HDL. “Saya merasa cocok dengan beberapa indukan yang ada di kandang HDL, makanya saya niat untuk mengambilnya,” ungkap Hendrik Unirace. Dikatakan oleh H.Cholil bahwa kehadiran Hendrik ke kandang ternaknya memang bukan kebetulan.
Kejadian tersebut berawal ketika sang Joki Unirace yakni Pi’i masuk ke HDL Bird Farm, melihat-lihat produk ternak. Selama berada disana, Pi’i memberikan nilai positif terhadap perkutut yang tinggal disana, baik itu produk ternak ataupun indukan kandang. Hal itu disampaikan pada sang bos dan keesokan harinya Hendrik Unirace langsung meluncur kesana.
Kunjungan sang bos di hari pertama, tidak membuahkan hasil karena burung tidak ada yang mau bunyi. Hari kedua, Hendrik Unirace kembali datang dan nampaknya hari itu begitu indah. Keinginannya untuk mendengarkan suara perkutut disana benar-benar bisa dirasakan. Beberapa burung hasil ternak dan indukan terpantau jelas.
Awalnya Hendrik langsung menunjuk kandang HDL K – G dan K – F, mempertanyakan apakah mau dilepas dan berapa rupiah yang harus dikeluarkan. Negosiasi dilakukan antara Hendrik Unirace dan H.Cholil, sampai akhirnya terjadi kesepakatan delapan indukan kandang ternak HDL Bird Farm resmi menjadi milik Hendrik Unirace.
Alasan Hendrik memborong delapan indukan kandang karena dinilai memang cocok dengan seleranya. “Saya mantau langsung indukan dan beberapa anakan dari indukan tersebut, semua terekam dalam otak saya dan saya katakan bagus dan masuk, makanya saya yakin untuk mengambilnya,” kata Hendrik lagi.
H.Cholil sendiri mengaku bahwa anakan dari beberapa indukan yang dijebol, sudah terbukti berprestasi di lapangan. Kualitasnya tidak pernah mengecewakan. “Saya katakan bahwa Pak Hendrik tidak salah pilih, beberapa anakan dari indukan tersebut memang bagus dan kualitasnya layak untuk diakui,” lanjut H.Cholil.
Adapun indukan yang resmi pindah tempat dari HDL ke Unirace adalah K – 5 ( Ababil x TOP), K – 7 (HDL K – 7 x HDL K – 16), K – 8 (Cristal E – 10 x HDL K – 12), K – 11 (TLT K – 18 x PA K – 09), K – 12 (Cristal EEE x HDL K – 20), K – E (Cristal B – 8 x HDL), K – F (HDL K – D x Cristal B.666), K – G (HDL K – 12 x Vicko Bima).
Disebutkan olehh H.CHolil bahwa mahar yang disepakati untuk memindahkan indukan tersebut dari HDL BF ke Unirace BF, perpasang sebesar Rp 25 juta. “HDL tidak pernah jual burung mahal, yang penting pembeli senang dan puas, soal harga itu bisa dibicarakan antara pembeli dan pemilik,” lanjut pria yang juga seorang perawat handal.
Delapan indukan HDL Bird Farm ternyata tidak membuat Hendrik Unirace pamit pulang karena ada perkutut yang bikin ia tidak bisa pergi tanpanya. Perkutut bergelang Mizan 1274 membuatnya harus kembali mempertanyakan statusnya pada H.Cholil. Burung tersebut ternyata milik Susanto, PA Bird Farm Bali.
Kontakpun dilakukan H.Cholil pada Susanto dan mendapatkan jawaban bahwa ada peluang bagi siapapun untuk memilikinya. Pembicaraan serius kembali terjadi antara H.Cholil dan Hendrik. Sampai akhirnya perkutut yang sempat orbit dengan nama Tigor, resmi menjadi amunisi anyar Hendrik Unirace dengan nilai transaksi Rp 100 juta.
“Kami sepakat melepas Tigor dengan nilai Rp 100 juta,” jelas H.Cholil. Hendrik sendiri mengaku tidak keberatan dengan bandrol tersebut. “Saya kira wajar harganya segitu karena kualitasnya memang bagus dan saya cocok,” imbuhnya. Kini Tigor (Mizan N – 7) bersama pasangannya Mizan 1301 S – 1) pergi bersama Hendrik Unirace. “Saya yakin dan optimis bahwa burung ini akan menjadi burung masa depan, tinggal mengkondisikan saja agar mau bunyi saat berada di lapangan,” tegas Hendrik lagi.