Perkutut
Giyanto, Kolektor Perkutut Lokal Bekasi, Identik Dengan Pusaka Yang Memiliki Banyak Keistimewaan
Memelihara perkutut lokal, bagi kalangan masyarakat jawa tidak hanya sebatas hobi sebagai peliharaan kelangenan semata, tapi memiliki nilai-nilai budaya dan sejarah. Bahkan, jenis ini kerap diidentikan dengan pusaka sebagaimana halnya dengan keris yang banyak keistimewaan. Berikut ini kisah Giyanto Hadi Prayitno sang kolektor, tentang kisah perjalanan spiritual dari burung-burung tersebut.
Giyanto Hadi Prayitno adalah ketua umum Perkumpulan Pelestari dan Pencinta Perkutut Lokal Seluruh Indonesia (P4LSI), yang merupakan wadah komunitas penggemar perkutut lokal ditanah air.
Bagi Giyanto, dari koleksi puluhan ekor perkutut lokal yang memenuhi teras kediamannya di kawasan Bekasi, bukan semata hanya menikmati keindahan dan kemerduan suaranya, tapi keberadaan perkutut-perkutut kesayangannya ini memiliki nilai-nilai budaya luhur sejarah dalam peradaban yang berkaitan dengan kisah masa kerajaan Majapahit di tanah air..
Keunggulan perkutut lokal konon bisa berusia hingga mencapai umur seratus tahun, berbeda dengan jenis perkutut Bangkok yang hanya bertahan belasan tahun. Jenis perkutut lokal, semakin tua usianya air suaranya semakin bersih dan bening.
Lazimnya memelihara perkutut lokal, berdasarkan suara (anggung) dan cirimathi atau katuranggan. Dan, bagi Giyanto, memelihara burung ini tidak hanya pada anggung untuk dijadikan kelangenan, tapi juga cirimathi atau katuranggan yang memiliki kandungan nilai yang sangat sakral dalam sebuah kehidupan.
Berdasarkan katuranggan masing-masing koleksinya memiliki nilai mistis dan riwayat yang berbeda satu sama lainnya. Setiap burung membawa energy bagus maupun arti tersendiri berdasarkan katuranggannya.
Untuk itu, sebelum dia memutuskan merawatnya biasanya ada semacam kontak batin antara dirinya dengan perkutut yang akan dipeliharanya. Ada tayuh atau semacam tanya jawab lewat batin cocok tidaknya burung tersebut untuk dikoleksinya. “Karena masing-masing perkutut lokal ada semacam khodamnya,” ungkap Giyanto.
Sebagian perkutut koleksinya didapatnya dari tanah jawa, masing-masing menyimpan kisah misteri dalam proses mendapatkannya. Misalnya perkutut yang bernama Jatiwaseso, konon burung tersebut merupakan penguasa wilayah kediaman sang pemilik kawasan Jati Asih, Bekasi. Ketika itu burung tersebut main kehalaman terbang ke dalam rumah ke ruangan lemari tempat penyimpanan koleksi pusakanya.
Dari cerita warga sekitar burung tersebut sudah beberapa kali dipikat orang tapi tidak pernah kena jebakan, bahkan justru burung pikatannya yang kerap menghilang/lepas. Menariknya, Jatiwaseso justru lebih tertarik menyambangi kediamannya.
Lainnya ada Singolodro, perkutut ini berdasar asal daerah dari temannya yang sedang tirakat di sebuah makam di Ponorogo. Memiliki keunggulan suaranya yang menggelegar,. Berikutnya ada juga Blorok Madu yang didapatnya dari daerah Jogya pingiran pantai, disaat bersamaan Giyanto juga mendapatkan sepasang batu mustika merah delima,
Perkutut berikutnya ada Kyai Sadli dari Gunung Muria trah dari Sunan Kudus, cerita riwayat koloninya dipelihara Sunan Kudus dan Sunan Muria. Keistimewaannya burung ini kalau sudah bunyi selama satu jam tidak akan berhenti.
Koleksi selanjutnya ada Dewi Angin Angin juga dari Kudus, memiliki katuranggan (cirimathi) Daringan Kepak, yang artinya pendaringan penuh. “Yang Insha Alloh memeliharanya penuh dengan rezeki, aamiin,” jelasnya.
Yang lainnya juga ada nama Raden Danang Wijaya Kusumo dari Gus Arya Pati, katuranggan atau ciri mathi bulu leher berbalik rajah. Yang artinya bisa tolak bala, dalam kepercayaan jawa, bisa menolak bala.
Koleksi kesayangan berikutnya ada Ki Songgo Gono, konon burung tersebut sudah reinkarnasi kesekian kalinya. Menjelma menjadi sebuah keris pusaka.
Dan yang lebih menarik, ada Dewi Upas. Sejarahnya juga penuh misteri, burung ini lahir dari pasangan indukan yang bersarang ditanah. Dari mulai dierami hingga menetas dijaga seekor ular. Perkutut ini kerap mengeluarkan suara-suara mendesis lazimnya seekor ular, ini didapatnya dari Gresik.
Bahkan karena banyak kisah misteri yang ada diperkutut tersebut ada seorang kolektor yang berminat meminang Dewi Upas dengan menukar 1 unit mobil Suzuki Ertiga.
Namun, sayangnya sang pemilik masih enggan melepasnya. “Kecintaan saya pada perkutut ini tidak hanya bisa diukur dengan nilai materi, “ jelasnya.
Selain itu dengan koleksi-koleksinya ini masih banyak hal-hal bersifat mistis lainnya. Misalnya, dalam suatu tengah malam semua perkutut yang ada dikediamannya bunyi secara bersamaan. Pertanda ada “tamu” yang datang berkunjung di malam itu.
Untuk itu lewat paguyuban komunitas P4LSI yang dipimpinnya Giyanto menegaskan jadikan Perkutut Pemersatu Nusantara, lestarikan kehidupan mereka dan menyanganginya Insha Alloh akan mendapat kebaikan dunia dan akhirat. *agrobur4.