Perkutut
Galur Murni di Adipati BF Bali, Trah sang Jawara Parikesit makin Mengerucut
TANPA bermodalkan kesabaran seorang peternak perkutut bakalan kesulitan untuk menemukan sampai ke titik galur murni. Tidak saja membutuhkan waktu yang lama juga tekun merawat seluruh indukan agar berumur panjang dan tetap produktif. Itulah yang ditekuni Gustu Bhudi Lesmana, sang pemilik Adipati BF Buduk Badung bertahun-tahun untuk bisa menemukan trah galur murni dengan kualitas tipikal suara yang bisa diandalkan di arena konkurs.
Dari pertapaannya beberapa tahun, kini Adipati BF sudah menemukan tirik terang melalui galur murni sang jawara Parikesit, di mana anak-anakannya hingga ke cucu dan cicitnya sudah berhasil mencopi tipikal Parikesit bahkan lebih seperti cucunya bernama Singosari yang dikenal dengan air suaranya yang bertaksu. Ayunan suara depan yang ayu disambung pukulan tengah yang tebal bertenaga bertempo lambat double plus disudahi dengan tengkungnya yang delosor cowong.
Agrobur diberi kesempatan untuk membedah bagaimana Parikesit menjadi basic blood yang sudah melalui fase empat generasi. Gustu begitu akrab disapa menuturkan bermula dari Cristal B8, Cristal A12 dan TP666 yang kini sudah melalui 4 generasi atau ke cicit dan semua materi masih aktif berproduksi.
Gustu memaparkan, basic blood Adipti BF bermula dari Cristal B8 (Cristal B1 – MMC N1) yang dipasangkan dengan betina anaknya TP 666 yang menelorkan tipikal tengah banyak dengan ujung panjang. Salah satu anaknya bernama Parikesit sempat moncer di lapangan. Kakak Parikesit yang betina kemudian dipasangkan dengan Cristal A12 anak dari CC 3A.
Anak terbaik jantan dari pasangan ini kemudian dikawinkan dengan betina dari anak terbaik dari Parikesit yang berada di kandang Adipati 666 (T6). Inilah kemudian muncul sang master Singosari, Laksamana, Karma yang sukses di arena konkurs. Seperti Karma yang sempat merajai liga di Lombok hingga menembus empat warna hitam. Begitu juga saudara betinanya yang rata-rata menjadi bahan materi yang tipikal suaranya sudah semakin mengerucut.
Untuk mendapatkan Singosari, Karma dan saudara-saudaranya begitu juga anak dan cucu serta cicitnya yang rata-rata mirip, tidak saja membutuhkan waktu tahunan juga sudah menghabiskan banyak materi. ‘’Sejak awal saya bermain di beberapa galur, di antaranya galur C8, CA12 dan anak TP666 yang mulai mengerucut,’’ ungkap Gustu yang tak merasa bosan karena justru menikmati proses seleksi suara, tantangan menjodohkan, hingga hasil akhir di lapangan yang membutuhkan kesabaran.
Di kandang baru Adipati BF di atas lahan 100 M2 yang ditata artistik, Gustu mengungkapkan pola yang dibangun di Adipati BF tidak sekedar mencetak burung lomba tanpa arah yang jelas, tetapi berusaha menemukan galur murni yang kelak menjadi ‘’mesin cetak’’.
Tak berlebihan selama beberapa tahun mengutak-ngatik materi indukan, dari 8 kandang utama Adipati T1 sampai T8 seluruhnya ring Adipati yang sudah dalam lingkaran galur murni. Setiap anakan yang keluar tidak saja tipikal suaranya mirip-mirip, depan ngayun, tengah double plus dengan ujung delosor yang kental tipe irama juga tipikal suara betina yang juga ciamik jadi mesin produksi.
Selengkapnya materi Adipati di kandang favoritnya: Adipati 111 (anak Singosari dengan anaknya Cristal A12 atau sepupu kakeknya), Adipati 222 (anak Singosari dengan Adipati 484-anak Adipati XXX gelang putih), Adipati 333 (anak Singosari dengan Adipati XXX), Adipati 444 (adik Karma-anak Adipati 666 dengan anak Singosari), Adipati 555 (Karma dengan anak Adipati 666 (kakaknya) kini ada 1 anak), Adipati 666 (anak Cristal A12 dengan anak Parikesit), Adipati 777 (Singosari dengan WAT 035). Dipasangkan dengan WAT yang tipikal suaranya mirip namun ingin angkat suara lebih besar dan senggang. Adipati 888 (Adipati XXX dengan DWR – Adipati 666 dengan AD). Beberapa kandang lain masih terus dipakai bereksperimen untuk mengayak tipikal suaranya semakin kuat untuk materi kandang.
Dari sekian trah Parikesit yang dipakai oleh beberapa peternak untuk mendapatkan irama yang kuat, ayunan suara depan dengan tengah yang double plus serta ujung yang panjang dan cowong di antaranya ada yang moncer di arena seperti Putra Adipati yang kini diasuh H Achmad Thousan. Putra Adipati bertengger di posisi puncak kelas piyik yunior laga Ber-TAPA New Normal akhir Juli lalu.
Akhirnya, setelah melalui proses panjang, Adipati BF yang dengan penuh sabar bergulat saban hari hingga akhirnya meretaskan mesin cetak yang lahir dari ring Adipati sendiri. Namun Gustu Bhudi Lesmana tetap menghargai setiap karya peternak karena jalan menuju harapan selalu terbuka dari banyak arah. (gde)