Profil
Cendet Macan Putih, Amunisi Tri Ono Dungkek Sumenep, Rajai Kontes di Pulau Garam, Target Lanjutan Buktikan Kualitas di Ajang Luar Madura

Bagi kalangan kicau mania cendet di Sumenep Madura, Macan Putih bukanlah nama asing di telinga penggila burung asli daratan Pulau Madura. Sepak terjang amunisi Tri Ono Dungkek ini sudah begitu kesohor. Setiap kali turun tarung, podium pertama dengan mudah disabet dalam sekali tampil.

Apalagi jika kondisi lagi on fire, maka jangan harap lawan bisa kebagian juara di barisan paling depan daftar kejuaraan. Tri Ono mengaku bangga memiliki cendet jenis putih satu ini, selain perawatan yang tidak sulit, juga performa yang diperlihatkan setiap kali berada di atas gantangan, membuatnya semakin takjub.
Sejak orbit sekitar satu tahun lalu, Macan Putih selalu konsisten berada di jalur juara. Gantangan yang pernah disinggahi Macan Putih, selalu akan memberikan apresiasi terbaik atas kinerjanya saat berhadapan dengan musuh. Berbekal irama lagu gereja, love bird, kunti 2 versi, colibri, belalang tempur dan jenis lainnya, seakan menjadi senjata ampuh saat tampil di hadapan juri.

Sekali tampil, Macan Putih tidak pernah memperlihatkan jedah. Dari awal sampai akhir, ada juri ataupun tidak, lagu-laguu andalannya tersembur dengan alunan yang dilakukan secara bergiliran dengan tepat dan pas. Ditambah lagi tingkat kestabilan yang begitu luar biasa, menjadikan cendet berusia sekitar 1 tahun ini makin berada di level VVIP.
Ngeruji, ngelantai dan salto bukanlah atraksi yang diperlihatkan saat penjurian dinyatakan dimulai. Start bagus dan langsung gaspooll mampu diperlihatkan dengan indah. Dengan posisi badan tegak lurus, Macan Putih seakan ingin menantang lawan menguji kemampuan dan mempertontonkan kelebihannya.

Diakui oleh Tri Ono bahwa potensi luar biasa Macan Putih sudah terlihat sejak usia muda. “Tampil pertama kali dalam gelaran Pantura Banyuates Sampang satu tahun lalu, Macan Putih langsung saya turunkan dan langsung meraih juara pertama. Kemudian saya turunkan lagi sampai tiga kali dan tetap meraih juara pertama,” terang pengusaha sukses ikan teri.
Sampai saat ini Macan Putih masih mampu tampil garang meski harus melakoni pertarungan lebih dari empat kali. “Saya pernah coba tarungkan Macan Putih dalam sebuah lomba sebanyak 6 kali, ternyata masih tetap oke dan stabil, makanya saya merasa bangga memiliki cendet satu ini,” ungkap Tri Ono.

Sejak saat itu, namanya semakin bersinar seiring perjalanan yang dibarengi dengan prestasi apik. Beberapa gelaran di Sumenep sepertinya sudah menjadi lokasi yang banyak dijajal. Begitu juga di Sampang dan juga Bangkalan. Nama Macan Putih langsung jadi buah bibir karena begitu membuat lawan harus mengakui keunggulannya.
Meski segudang prestasi sudah tersemat dalam cendet satu ini, Macan Putih ternyata tidak menuntut perlakuan istimewa. Rawatan biasa seperti cendet pada umumnya. Saat menuju lokasi lomba, tidak butuh harus diperlakukan khusus. Mau di bawa kendaraan roda dua, mau digendong (rangsel) ataupun dipegang tangan, semua tidak masalah.

Begitu juga saat dibawa menggunakan kendaraan roda empat, Macan Putih tidak butuh lokasi luas. Menurut Tri Ono mau dimiringkan ataupun dibawa dengan kendaraan terbuka, performanya tidak membuat mabuk daratan. Semuanya tetap oke-oke saja. Kemenangan demi kemenangan yang dikoleksi, ternya ada satu misi yang masih belum direalisasikan.
“Selama ini banyak teman-teman menyarankan saya agar membawa Macan Putih ke lomba luar Madura, karena selama ini hanya bisa tarung ke Madura saja, karena alasan saya tidak punya waktu dan kesempatan untuk membawanya ke luar. Saya pernah minta tolong teman agar melombakan ke Jawa, tetapi tidak ada yang bersedia,” sambung Tri Ono.

Sampai akhirnya, ada agenda yang sudah dipersiapkan untuk membawa sang amunisi menguji kemampuannya bersama lawan di luar Madura. “Rencana saya mau bawa Macan Putih dalam gelaran di Gresik. Mudah-mudahan saya ada waktu kosong dan Macan Putih bisa siap untuk saya bawa kesana,” harap mania yang tergabung dalam Bintang Raya Single Fighter.
Kita tunggu saja rencana Macan Putih menguji kemampuan bersama jawara di pentas luar Madura. Bagaimana aksi Macan Putih ketika benar-benar berhadapan dengan lawan di partai yang akan menentukan apakah Macan Putih masih layak menyandang sebagai jawara tanpa tanding.
