Perkutut
Berawal Dari Satu Ekor Produk Berprestasi, Roni dan Abd Muni Hijaiyah Pamekasan Borong Anakan Kandang Lebanon ABI Bird Farm Blega Bangkalan

Liga Perkutut Sampang Putaran 11 yang digelar pada Minggu, 10 Desember 2024 di Lapangan AKN Bird Farm Pangarengan, menjadi moment yang tidak akan pernah terlupakan oleh Ustadz Nur Yaqin. Sebagai seorang kung mania, seperti yang lain, sang Ustdaz ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut.

Turun pada kelas Piyik Yunior, Ustadz Nur Yaqin berharap sang orbitan mampu tampil maksimal dan bisa membawa pulang trohy juara. Saat peluit dibunyikan sebagai tanda dimulainya penjurian, seperti peserta lain, Ustadz Nur Yaqin mengawal produk ternaknya yang dikerek pada nomor 118.
Sepertinya harapan sang orbitan tampil bagus, ternyata menjadi kenyataan. Beberapa kali terdengar dengan jelas terdengar suara Alhamdulillah sebagai wujud syukur atas performa yang diperdengarkan sang orbitan. Peserta lain yang kebetulan berada dalam satu blok dan satu kelas, merasa penasaran dengan apa yang dilakukan Ustadz Nur Yaqin.

Salah satunya Roni mania asal Akkor Palengaan Pamekasan yang hadir bersama sang ayah Abd Muni. Ketika itu Roni dan Abd Muni ikut memantau performa produk bergelang ABI. Nampaknya, kedua mania ini tertarik dengan apa yang dipertontonkan oleh perkutut tersebut. Sampai akhirnya Roni dan juga Abd Muni lebih fokus pada burung ini.
Babak demi babak penjurian yang dilalui, Roni ataupun Abd Muni mengaku terpesona dengan perkutut yang dibawa Ustdaz Nur Yaqin meski ketika itu burung yang menggunakan nama Halilintar pemilik Moh Kanzul Fikri Blega Bangkalan, ring ABI dinobatkan sebagai peraih podium ketiga.

“Saya tidak melihat hasil juaranya, tapi saya melihat bakat yang dimiliki burung milik ABI, bagus dan punya prospek menjanjikan,” terang Roni. Pada saat yang bersamaan juga, beberapa kung mania yang hadir ikut mengomentari bahwa burung ini memiliki potensi luar biasa. Bahkan diantara mereka ada yang berminat untuk memilikinya.
Sampai akhirnya Roni mengaku bahwa beberapa rekan yang berhasrat untuk memiliki, mengatakan bahwa burung ini sudah deal jadi miliknya. Padahal ketika itu, baru ada pembicaraan awal antara Roni dan Ustadz Nur Yaqin. Usai dari arena lomba, Roni bersama sang ayah langsung menuju kediaman Ustadz Nur Yaqin.

Tanpa menunggu waktu lama, kedua belah pihak melakukan negosiasi. Sampai akhirnya terjadi kata deal. Tidak disebutkan berapa nominal harga yang mereka sepakati. Namun keduanya mengaku bahwa bandrol fantastic untuk produk yang lahir dari kandang ABI Lebanon.
“Alhamdulillah produk peternak pinggiran masih ada yang berminat,” ungkap Ustadz Nur Yaqin. Ternyata transaksi tersebut tidak berhenti sampai disana. Lima belas hari pasca kata deal untuk Halilintar, Roni bersama sang ayah kembali menuju ABI Bird Farm Blega. Tujuannya ingin mendapatkan lagi adik-adiknya.

Disampaikan bahwa Halilintar adalah produk ABI anakan/strip kelima yang lahir dari indukan jantan ABI/223/A2 dengan indukan betina ABI/525/B2. Saat berada di ABI Bird Farm, Roni dan Abd Muni tertarik untuk memboyong sekaligus adik Halilintar strip ke 6 (satu ekor), strip ke 7 (dua ekor), strip 8 (dua ekor) dan stip 9 (satu ekor).
Disampaikan juga bahwa kakak-kakak dari Halilintar sudah terbang ke luar pulau. “Saya sudah tidak memiliki saudara Halilintar karena semua diboyong rekan-rekan kung mania,” ungkap Ustadz Nur Yaqin. Roni, ketika ditanya kualitas Halilintar dan saudara-saudaranya, mengaku senang memilikinya.

“Saya ambil semua anakan dari kandang Lebanon, karena kualitasnya bagus dan saya yakin ke depan akan menjadi burung lomba,” sambung Roni. Sejak berpindah tangan, Halilintar berganti nama Yokkere. Menurut pengakuan Roni, pasca take over, sesampai di Pamekasan, Yokkere langsung ambrol.
Saat ini masih proses pemulihan dan sesekali diturunkan ke arena lomba, namun masih belum mau tampil maksimal. “Saya tetap yakin Yokkere akan menjadi burung lapangan. Begitu juga dengan saudara-saudaranya. Saya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk membawanya ke lapangan,” kata pemilik Hojaiyah Bird Farm Akkor Palengaan Pamekasan.
