Connect with us

Lomba

Barometer Indonesia,: Pencetus Konsep Penjurian Ajuan Terbuka Tanpa Korlap, Ini Keunggulannya

Published

on

Baromter Indonesia

Barometer Indonesia belum lama ini sukses lewat gelaran Piala Walikota Tegal. Even tersebut banyak diapresiasi kalangan kicaumania, tidak hanya blok tengah, tapi juga dari Jabodetabek. Bahkan sejumlah tokoh kicaumania kawakan tampak hadir diacara tersebut. Digelaran itu juga sekaligus peluncuran sangkar produk terbarunya.

Belum genap satu tahun kehadiran Even Organiser (EO) yang dipelopori Ir Wahyu Eko Utomo atau biasa disapa Papih Wahyu ini. Namun sepak terjang gelarannya acapkali membuat kejutan-kejutan baru, terutama dengan sistem penjuriannya.

Tim Barometer Indonesia.

Ya, penjurian yang diterapkannya selama ini  tanpa menggunakan Korlap dengan sistem ajuan terbuka dan transparan, dan belakangan ini sudah banyak diikuti EO lain. Karena, menurutnya untuk sistem gantangan jaman sekarang seperti 24G misalnya, itu sudah tidak relevan lagi menggunakan korlap. Keputusan juri  itu, mutlak.

Sistem ajuan juri langsung dan terbuka, nominasi. Juri diberi kewenangan penuh dalam menilai burung digantangan disesuaikan rotasi blok tadi. “Konsep terbuka ini kami yang mengawalinya, dan kini diikuti sejumlah EO lain,” terangnya.

Untuk itu Papih Wahyu selaku panglimanya di Barometer ini kerap selalu berpesan kepada tim juri-jurinya, untuk selalu menjaga performa, fokus dan teliti, dalam menilai kekurangan dan kelebihan harus benar-benar dibanding-banding sampai akhirnya ajuan yang terbaik.

Ir Wahu Eko Utomo.

Seperti yang pernah diulas dimedia ini, dalam model gantangan 24G,    jumlah Juri yang bertugas 4 orang. Pakem penilaian tetap mengacu pada   penilaian  Irama Lagu, Durasi Kerja >80%   atau 80%, Volume, Gaya dan Fisik.

Dengan penilaian perblok, yakni juri wajib menilai burung dibloknya masing-masing,. Sistem rotasi searah jarum jam, dari total penilaian selama 10 menit..

Keempat juri yang bertugas itu yang menentukan favorit. Selain keempat juri tadi masih ada 1 juri lagi yang mengintruksikan sebagai komando. Satu juri diluar empat orang tadi berhak menilai tapi tidak masuk hitungan, perannya hanya melengkapi data.

Itu sebabnya, seorang juri di Barometer Indonesia dituntut harus memenuhi kualifikasi yang memadai. Kemampuan komptensi dalam soal skill, moral dan memiliki integritas  menjadi prioritas utama. Dalam mencapai kriteria tersebut rekrutmen SDM Juri lewat audisi di Barometer sangat selektif dan cukup ketat.

Ajuan Terbuka Juri.

Papih Wahyu juga menegaskan, tim jurinya benar-benar selektif, pilihan juri terbaik. Dengan sistem kontrak pereven. Karenanya bila ada juri yang performanya tidak bagus, bisa turun grade atau out.

Karena kompetisi persaingan sesama juri itu sendiri sangat tinggi dan ketat, mereka berusaha menampilkan kinerja terbaiknya. Misalnya, bila juri yang memiliki kualifikasi  Grade A, performanya tiba-tiba tidak maksimal, ia bisa turun ke grade dibawahnya,  dan begitupun juga sebaliknya.

Agency Penjurian, Mahal Sesuai Kualitas

Menurut Papih Wahyu, sejatinya sistem yang dirancangnya ini semacam mewakili aspirasi konsep yang ia pendam selama ini, ketika berkarir hampir 20 tahun sebagai juri di Pelestari Burung Indonesia (PBI).

Penjurian terbuka tanpa korlap, yang merupakan impiannya itu, kini ia wujudkan di Barometer Indonesia. Dan, belakangan ini juga banyak diadopsi EO lain.”Jadi sekarang ini menjadi semacam perang dengan konsep saya sendiri,” ungkapnya.

Saat ini pihaknya masih menjadi semacam agency penjurian. Namun harus diakui, setiap  grand launching lapangan atau gantangan-gantangan modern yang baru berdiri di Jabodetabek selama ini sebagian besar diawali oleh Barometer Indonesia, dan  dalam setiap kemasan dengan tim penjuriannya selalu berlangsung sukses.

Juri Barometer Indonesia.

Diakuinya, ia bersama timny memang belum memiliki home base atau lapangan sendiri. Meskipun dalam waktu dekat ia bersama timnya sudah menyiapkan lapangannya. Karena bagaimanapun, menurutnya di Jabodetabek terutama di Jakarta dan sekitarnya, ditengah persaingan ketatnya kompetitor  EO dituntut punya gantangan sendiri.

Dari perjalanan dan kesuksesannya selama ini yang akhirnya, setiap lapangan yang disinggahinya, para pemilik EO yang menjadi mitranya kerap  selalu menawarkan kerjasama dengan berkesinambungan dan mengajaknya untuk berlanjut terus.

Meskipun ada anggapan jasa Agency Barometer Indonesia biayanya cukup tinggi atau mahal. “Tim kami bekerja profesional.  Sekarang bandingkan, daripada menggunakan juri dibayar murah tapi digantangan “bermain” atau ngodeng dengan peserta yang akhirnya merusak nama baik sipenyelenggara, kan lebih baik bayar mahal tapi dengan kualitas juri yang benar-benar berkualitas dalam tugasnya. Agar peserrta puas dan lomba bisa berlangsung sukses tanpa protes,” tegasnya.

Karena menjaga kualitas itu tadi, sesuai taglinenya di Barometer Indonesia , “Dare To Be Fair”  atau berani adil dalam hal penjurian. Rencananya ia akan menggelar even akbar Barometer Award 2023 bulan Agustus mendatang di Cibubur. “Tanggal mainnya, tunggu kabar selanjutnya,” pungkasnya diakhir obrolannya. *agrobur4.

Copyright © 2022 Media Agrobur. All Right Reserved.