Perkutut
Anak Manis Bird Farm Malang, Sukses Berkarya dengan Lahan dan Kandang Ternak Terbatas
Lahan terbatas dengan jumlah kandang yang tidak banyak. Itulah yang dialami dan dilakukan Rompi pemilik Anak Manis Bird Farm Malang. Menempati lokasi sempit di depan kediamannya, Rompi mencoba mensiasati lahan minim persis di teras depan rumah demi untuk membangun 5 kandang ternak.
“Saya bersyukur, akhirnya bisa punya kandang ternak meski hanya ada 5, karena lahan yang tersedia memang sempit dan kecil,” terang Rompi. Keinginan membangun kandang ternak, sebenarnya tidak pernah ada dalam pikirannya. Dua tahun silam, Rompi pernah mengorbitkan burung bernama Anak Manis, perkutut ternakan Rajawali.
Selama orbit bersamanya, Anak Manis selalu mempersembahkan trophy juara. Padahal ketika itu Rompi adalah kung mania pendatang baru yang belum begitu paham soal perkutut. Karena alasan hobi dan senang dengan perkutut, Rompi menepis anggapan bahwa jika mau lomba perkutut harus paham dulu.
Bahkan dirinya membuktikan bahwa meski belum paham perkutut, tapi setiap kali dilomba, Anak Manis orbitannya selalu meraih juara. Sebagai pemain pemula, ada perasaan senang dan bangga karena bisa masuk daftar juara. Namun, saat pandemi Corona hadir, seluruh aktifitas masyarakat terhenti, termasuk juga kegiatan hobi perkutut.
Lomba yang rutin tergelar, saat itu juga harus berhenti. Sejak itu pula, aktifitas Rompi turun lapangan nyaris ikut-ikutan kena imbasnya. “Saat lomba tidak ada karena Corona, saya bingung, mau diapakan burung perkutut saya yang bernama Anak Manis. Mau di lomba, wong lombanya tidak ada, mau dijual juga Eman,” ungkap pria asal Sampang Madura.
Sampai akhirnya ada ide untuk menjadikan Anak Manis sebagai indukan kandang ternak. Maka di bangunlah kandang ternak di lahan sempit yang hanya bisa membuat 5 petak saja. Selesai pembangunan kandang, Anak Manis perkutut bergelang Rajawali 1046 resmi menjadi nama farm dan masuk kandang menjadi indukan bersama pasangannya produk ternak Berlian dengan nomor ring 96.
Keduanya tinggal di kandang Anak Manis K.333. Sejak saat itu, Rompi kini beralih profesi dari pelomba menjadi peternak. Lima petak kandang terisi dengan indukan hasil perburuannya. Proses produksi nampaknya berjalan lancar tanpa kendala. Kandang yang dihuni Anak Manis melahirkan anakan.
Rejeki kembali ia dapatkan. Tanpa diduga anakan pertama langsung diboyong Abah Faisol JBM Malang. “Saat itu ada Mas Dayat JBM datang ke rumah, sempat mantau anak kandang 333, ternyata cocok dan langsung dibawa pulang, kalau tidak salah dibeli dengan harga Rp 15 juta,” ungkap Rompi.
Transaksi tersebut seakan tidak bisa dipercaya olehnya. Harga yang terbilang besar karena burung belum pernah masuk lapangan tapi ada yang berani beli dengan harga tinggi. Sejak saat itu, Rompi makin semangat menekuni ternak perkutut. Anakan demi anakan ternyata mampu mengukir prestasi.
Salah satu anakan yang orbit dengan prestasi apik adalah Anak Tunggal. Prestasi terbaru adalah menyabet juara 8 kelas Piyik Hanging dalam gelaran Latber Gotong Royong WDN Cup I Blitar, 17 Oktober 2021 lalu. Dari kandang tersebut banyak bermunculan produk berprestasi.
Beberapa gelaran seperti Road To HK Pamekasan, Latber Sultan BF Surabaya, Sakkera Cup Pasuruan dan beberapa even di Malang sendiri, produk Anak Manis pernah menjajal serunya persaingan perebutan gelar juara dengan hasil memuaskan. Rata-rata prestasi tersebut baru terukir di kelas Piyik Hanging.
“Jika ada burung saya juara dan tidak ada yang membeli, maka saya pastikan menjadi indukan kandang, karena saat ini saya fokus untuk mengembangkan kandang dari hasil ternakan sendiri, soalnya mau beli indukan bagus pasti mahal, maka lebih baik pakai anakan sendiri,” papar Rompi.
Apalagi dari anakan sendiri banyak keluar bagus meski masih di Kelas Piyik Hanging. “Alhamdulillah dari kandang ini banyak muncul anakan bagus,” jelas Rompi. Kenyataan inilah yang membuat Rompi terus mempertahankan formasi kandang Anak Manis K.333 hingga mencapai 16 strip. “Eman kalau sampai saya bongkar indukannya karena anak-anaknya laku keras,” sambung Rompi. Sebaliknya dari kandang lain, sudah tidak terhitung berapa kali rombak indukan karena hasilnya tidak memuaskan.