Perkutut
Aksi Nyata H.Riman Tomy BF Surabaya Sosialisasi Program Ring P3SI, Bukan Sekedar Intruksi Namun Kawal Langsung di Setiap Gelaran
LatNil Piyik Bulu Coklat yang dilaunching H.Riman menjadi salah satu aksi nyata untuk melakukan sosialisasi ring P3SI. Saat itu H.Riman mengaku bahwa gelaran tersebut bukan semata-mata hanya untuk memberikan wadah bagi kung mania dalam menyalurkan hobi perkututnya, namun ada misi yang lebih penting untuk segera direalisasikan yakni sosialisasi ring P3SI.
“Apa yang saya lakukan bersama Mas Choirul Ketua Pengda P3SI Surabaya adalah untuk sosialisasi ring P3SI kepada rekan-rekan kung mania, terutama untuk wilayah Surabaya,” terang H.Riman kala itu. Kegiatan tersebut memang tidak terlalu besar, karena sifatnya hanya LatNil atau Latihan Dinilai yang sengaja mendatangkan juri.
Namun keinginan yang lebih besar adalah memberikan pemahaman dan kesadaran bagi peternak khususnya akan pentingnya penggunaan ring P3SI. Karena dengan aksi ini diharapkan program P3SI Pusat bisa benar-benar menyentuh dan sampai ke tingkat yang paling bawah.
Agenda bertajuk LatNil Piyik Bulu Coklat Tomy BF feat Pengda Surabaya yang digelar rutin setiap Kamis di Lapangan Pengda Surabaya yang berlokasi di Jalan Simorejosari A, sampai saat ini masih terus tergelar sebanyak 13 kali. Awalnya peserta yang mendukung gelaran tersebut hanya sebatas 1 blok saja.
Tetapi seiring perjalanan waktu, kini jumlah peminat even tersebut sudah menyentuh angka 2 blok peserta yang terbagi dalam 2 kelas yakni Kelas Piyik Hanging (1 blok) dan Kelas Piyik Bulu Coklat (1 blok). Yang membuat kegiatan ini begitu luar biasa, adalah tiket yang dibandrol panitia hanya 10 ribu saja.
Setiap peserta mendapatkan makan pagi prasmanan dengan menu yang berbeda setiap minggunya. Bahkan untuk tiga pemenang masing-masing kelas berhak atas hadiah beras 3 kg untuk setiap juara. Dengan kemasan yang terbilang berlebihan ini, H.Riman mengaku tidak memikirkan untung rugi.
“Bagi saya yang penting kegiatan LatNil Bulu Coklat Tomy BF bisa berjalan lancar dan sukses serta Istiqomah, soal untung dan rugi, itu urusan belakang,” ungkap pemilik Tomy Bird Farm Surabaya. Dalam puncak peringatan Ulang Tahun Tomy Bird Farm yang ke-3 pada Minggu 13 Agustus 2023 lalu, H.Riman sengaja mengemas kegiatan khusus hanya membuka dua kelas saja.
Seperti pada kegiatan LatNil yakni Kelas Piyik Hanging dan Piyik Bulu Coklat. Tiket yang dibandrol juga tidak terlalu besar. Untuk Kelas Piyik Hanging peserta hanya Rp 25 ribu saja dan Kelas Piyik Bulu Coklat tetap berada di angka Rp 10 ribu. Menu makan kotak seperti pada kegiatan lomba besar, menjadi sajian dari panitia ditambah nasi tumpeng.
Begitu juga dengan doorprize, panitia tetap menyediakan. Bahkan untuk para juara, beras menjadi hadiah yang diberikan. Catatan penting lain adalah bahwa dalam setiap kegiatan, H.Riman mengawal langsung pemilihan atas kelas yang akan dipilih. Artinya bahwa peserta tidak bisa seenaknya memilih kelas (terutama Kelas Piyik Bulu Coklat).
Karena H.Riman langsung turun tangan dalam menentukan kemana kelas yang akan dipilih terhadap burung perkutut yang dibawa oleh peserta. Kelas Piyik Bulu Coklat, harus benar-benar diikuti oleh perkutut dengan usia di bawah Piyik Hanging dan tidak boleh melebihi usia yang sudah ditentukan.
“Saya tidak mau kecolongan dalam menentukan kelas untuk peserta. Kalau burungnya sudah masuk kategori hanging, tidak boleh dimasukkan ke Kelas Piyik Bulu Coklat, kasihan yang lain karena ini akan merugikan,” sambung salah satu tokoh perkutut Surabaya. H.Riman juga tidak segan-segan untuk memastikan juri bahwa penilaian yang dilakukan sudah sesuai dengan kriteria.
“Mas, tolong kalau menjuri yang benar, karena pertanggungjawaban bukan saja pada saya dan peserta, tetapi pada yang Maha Pencipta Alam Semesta,” tutur Abah Riman dalam setiap kegiatan yang disampaikan langsung pada juri yang bertugas. Lebih lanjut disampaikan bahwa H.Riman tidak mau juri yang bertugas dalam kegiatan LatNil Tomy BF feat Pengda Surabaya memberikan penilaian yang tidak sesuai karena bisa merugikan peserta.
Padahal kegiatan tersebut digelar salah satunya adalah sebagai sarana pembelajaran dan pemahaman bagi peserta. Aksi lainnya yang dilakukan adalah dengan mencantumkan ring P3SI dalam setiap burung yang berhasil masuk daftar juara. Langkah ini mungkin belum pernah dilakukan penyelenggaraan sebuah kegiatan, dimana setiap data yang disetorkan harus menyertakan ring P3SI yang melingkar pada burung tersebut.
Apa yang dilakukan H.Riman memang terkesan ribet karena harus menambah data yang setiap orang tidak pernah membayangkan akan melakukan. Dalam setiap kegiatan LatNil ataupun gelaran Ulang Tahun Tomy BF Surabaya beberapa waktu lalu, H.Riman berusaha untuk menyertakan data ring P3SI untuk burung yang ditetapkan sebagai peraih juara.
Saat pertama kali dilakukan, memang tidak sedikit yang mengaku ribet untuk melakukan, namun lambat laun, ada beberapa peserta yang berusaha melakukan aksi yang sama meski belum banyak. Namun setidaknya dengan cara demikian H.Riman mencoba melakukan terobosan dalam merealisasikan program sosialisasi ring P3SI bagi kung mania.