Puter Pelung
Abdul Latief DL SWK BF Surabaya, Pendatang Baru yang Bikin Sewot dan Kalang Kabut Seniornya

Delapan bulan lalu, Abdul Latief mania puter pelung Surabaya menyatakan diri masuk menjadi komunitas penghobi dan peternak puter pelung. Awalnya ia mendapatkan puter pelung di sebuah pasar burung Kota Sidoarjo. Rasa panasaran terhadap puter pelung, berdampak pada seringnya ia mendapatkan burung tersebut dengan cara membeli.

Membeli dan membeli lagi adalah kegiatan yang ia lakukan awal pertama kali. “Saya masih ingat awal menyukai puter pelung, saya terus membeli, sampai mencapai angka 125 ekor burung, namun dari semua itu tidak ada satupun yang masuk kategori sebagai burung lomba,” terang Latief.
Sampai akhirnya pertemuan dengan Agus WAL Bird Farm Surabaya menjadi jalan terang untuk bisa mendapatkan burung kelas lomba. “Alhamdulillah saya dipertemukan dengan Pak Agus dan itu menjadi jalan bagi saya untuk mendapatkan puter pelung berkualitas lomba,” ungkapnya.

Tanpa menunggu lebih lama, akhirnya Latief memboyong beberapa indukan dari WAL Bird Farm ditambah indukan dari KRN Bird Farm Krian. Indukan WAL mengalir trah Mamo dan Pasir Mas, sedangkan indukan KRN memiliki darah kuat dari Messi DWR Bird Farm Surabaya.
Dari indukan-indukan inilah Latief memulai profesi barunya sebagai peternak. Produksi DL SWK Bird Farm miliknya mulai terlihat, meski belum diketahui kualitas yang ada. Sambil menunggu waktu yang tepat untuk memantau, Latief dengan sabar menekuni hobi barunya.

Keinginan untuk turun lomba nampaknya tidak bisa dibendung lagi. Kapolres Cup Bangkalan yang digelar pada 19 Agustus 2019 menjadi even perdana yang diikutinya. Membawa Vanesa yang merupakan produk ternak miliknya, ternyata memberikan hasil. Vanesa mampu menembus urutan keenam Kelas Utama.
Tarung perdana di Kapolres Cup Bangkalan, latief memasuki usia lima bulan sejak bermain puter pelung. Pasca kemenangan inilah yang membuat Latief semakin serius untuk menjadi bagian dalam komunitas puter pelung, baik peternak dan pelomba. Perburuan indukan kembali dilakukan.

Ia tetap merapatkan diri pada WAL dan KRN karena dinilai telah berjasa besar. Latief kembali mendapatkan produk KRN. Saat dilombakan dalam Liga Puter Pelung Jatim V di Madiun, puter pelung bergelang KRN ini langsung menembus urutan juara di Kelas Utama.
Setelah Vanesa muncul, Latief kembali berhasil mengorbitkan produk ternak sendiri, sebut saja Sharmila, Melejit, Nano Nano, Android dan sederet nama lain. Prestasi yang sudah dibukukan orbitannya tersebut, bukan saja dalam even lokalan seperti latber, namun sudah membuktikannya dalam ajang berlevel Liga ataupun Lomba.

Meski belum satu tahun melakoni hobi puter pelung, ternyata Latief sudah berhasil mengkoleksi trophy dan piagam penghargaan. Sukses inilah yang membuat produk ternak miliknya mulai disegani kawan dan lawan. Tidak sedikit pula yang sudah mengutarakan minatnya untuk memiliki produk bergelang DL SWK.
Sejak prestasi produk DL SWK moncer di arena lomba, sudah tidak terhitung berapa banyak Latef melepas produknya kepada penghobi, semisal di Sumenep. Bahkan menurut pengakuannya, ada juga yang berani menjebol indukan kandang miliknya. Saat ini peminat terhadap produk ternknya masih belum usai.

Beberapa diantara mereka ingin memboyong produk, baik yang masih berusia piyik maupun sudah berumur. Namun tidak semua permiantaan itu direalisasikan. “Kalau saya jual semua produk kandang ternak, maka saya bingung karena tidak bisa ikut lomba, wong saya juga senang lomba kog,” katanya.
Diakui oleh Latief bahwa keberhasilan dirinya mengorbitkan burung kelas lomba, selain karena faktor kualitas burung yang mumpuni, juga berkat ramuan yang ia pakai untuk membangkitkan performa burung ketika digantang. Sebagai mantan mania kicauan, merpati, ayam aduan, dirinya mengaku mengkombinasikan ramuan dari beberapa hobi. Ramuan itu jadi satu dan hasilnya sudah dirasakan dan dibuktikannya. “Saya banyak dibantu Mas Jokotole Bangkalan dalam meramu jamu untuk persiapan turun lomba. Bantuan ini tidak akan mungkin saya lupakan,” jelas Latief lagi.
